part 14

957 19 0
                                    

( Azel)

Aku senang hari ini dia mau membantuku mencari oleh-oleh. Kami pun tak sekaku hari-hari kemarin. Terasa lebih akrab. Walaupun dia masih jaga jarak jika berjalan denganku. Masih menatap kemana-mana jika aku ajak bicara, tapi aku tidak masalah dengan itu. mungkin dia punya alasan yang aku yakin baik. Aku membawa oleh-oleh yang tadi aku beli dan memasukkan ke koper. Aku hanya membawa sedikit pakaian jika bepergian, kalaupun pakaianku habis karena kotor aku akan membelinya di jalan.

Rasanya teramat berat harus meninggalkan Salatiga besok. Tapi aku harus melanjutkan study ku disana. Banyak tugas yang harus aku selesaikan, supaya aku cepat lulus. Aku hanya ingin mendapatkan gelar sarjana ini dalam waktu 3 tahun tidak lebih. Makin cepat akan makin baik. Pikirku, dan aku yakin mampu.

Aku mendengar orang mengetuk pintu kamarku.

“masuuk” kataku.

“ mas ada yang cari tuh, sama dek Nabila”. Kata dimas adikku. Ngapain Nabil cari aku.

Akupun keluar kamar dan menuju lantai satu, karena kamarku terletak di lantai dua. Aku mendengar suara di arah dapur bersih tepatnya ditempat biasa kami makan. Ada Nabila, mama dan Nesha. Dia tersenyum padaku.

“ hai..” kataku, nggak nyangka dia kerumah.

Dia menengok kearah mamaku. “ tante boleh minta ijin bicara dengan Azel sebentar” katanya dengan mama.

“ boleh disini atau diruang keluarga? Tapi lebih baik disana aja, tante nggak ganggu kan”

“tidak. Nggak ada yang dirahasiakan kok tante, hanya ada sesuatu yang harus saya kembalikan”.

Nesha membuntutiku ke ruang keluarga. Wajahku sedikit muram, karena aku tahu apa yang dimaksud Nesha. Aku mempersilahkan dia duduk.

“ zel.. tadi waktu buka tas aku nemu ini”. Dia menyodorkan kotak yang sengaja aku taruh dalam tasnya saat dia kekamar mandi ditempat kami makan, ku kira dia mau nerima, soalnya baru ngomong sekarang.

“ itu buat kamu nesh, oh maaf jika kamu merasa sungkan karena aku nggak ngomong kamu”. Kataku menatapnya dengan serius.

“ azel.. kan aku sudah bilang. Kita mencoba menjadi sahabat baik, bukan berarti kamu ngasih barang sebagus ini. Dan aku yakin ini terlalu mahal buat aku yang baru menjadi sahabatmu”.

“ kamu kenapa sih Nesh? Salah aku ngasih kamu?” kataku sedikit tersinggung dengannya.

“ bukan itu maksudnya” Nesha menghela nafas. “ aku tidak mau menerima sesuatu dari orang terdekat. Bukan karena aku nggak menghargai pemberian kamu zel. Tapi kamu juga harus ngerti, karena aku nggak mau terikat dengan ini. Kuharap kamu paham yang aku omongkan. Kamu boleh memberikan ini lagi ketika kita sudah ….” Nesha menghentikan pembicaraanya, dan sedikit menunduk.

“ sudah sah”. Kataku frontal.

“ kita tidak tahu dengan siapa kita berjodoh kelak, tetapi aku yakin jika kita berjodoh Allah tidak pernah salah memberikan alasan kenapa kita berjodoh. Aku tidak berani menyebut perasaan yang kita rasakan saat ini dengan cinta. Karena cinta itu suci, pemberian Allah yang haqiqi. Harus saling menjaga kehormatan satu sama lain”.

Aku tersenyum, dalam hatiku merasa tidak salah memilih kamu sebagai orang yang paling aku rindukan selain keluargaku, semoga Allah benar-benar menjodohkan kita Nesh. Walaupun sekarang kamu menyebutku dengan “sahabat terdekat”, ku harap perkataan ini mempunyai penafsiran yang sama dengan ku.

Aku mengambil kotak itu, “ baiklah kalau itu menjadi alasan mu tidak menerima cincin ini, sebagai sahabat terdekat aku meminta gantinya”. Aku menampakkan senyum menggoda. Hal lucu waktu aku melihat ekspresinya.

cinta yang tertundaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang