Dalam lamunannya Saki teringat akan sesosok pria yang telah membuatnya kesal dan akhirnya ia mulai berkata dalam penasarannya.
" Apakah pria itu mahasiswa palkultas pertanian di USU?" Chizu langsung terbelalak mendengar pertanyaan itu yang terlempar bagaikan umpan. Dengan menaikan sebelah alisnya Chiju memberi tanda agar Saki melanjutkan. Dengan berdiri tegak dan sambil melipat tangan didadanya ia memberikan nama pria itu.
" Nama pria itu Takaru Matsui, benarkan?"
" Yah, betul! Dari mana kau kenal dia?" Mereka saling memberi pertanyaan. Sambil menuju sebelah bangku sofa dan meletakan bokongnya nya di bangku Saki mulai bercerita tentang pertemuannya dengan pria itu walau mereka saling bertemu Saki tetap merasa tidak nyaman dengan pria cerewet itu. Mereka sering bertemu di halte bus yang sama dan apalagi bus mereka juga sama. Jadi mau tak mau Saki pun mendengar keluhan pria itu. Dan tentang puisinya, ternyata ia telah menerbitkan sebagian kumpulan puisi Saki ke penerbit pencinta puisi nah dari sana jugalah Saki merasa sebal kepada pria itu. Apa lagi setiap ia pulang pria itu selalu membuntutinya maksudnya menunggu di gerbang perusahaan dimana Saki bekerja. Dengan antusias yang berlebihan Chizu mendengarkannya dengan saksama. Tubuhnya di condongkan kedepan dansambil menopang dagunya dengan buku-buku tangannya.
" Jadi begitu awal perkenalan kami." Kata saki kepada Chizu. " Kau harus pergi sebelum suamiku pulang, Chi-Chan-" 'chan adalah panggilan sayang'.
" Biarkan aku menjadi tamu kalian hanya beberapa waktu saja." Ucap Chizu dengan keras kepalanya.
" Jangan katakan kau jatuh cinta kepada Takaru Matsui itu. Kau itu sudah bersuami?" Sepertinya kata-kata itu penuh arti yang mendalam, tapi Saki mampu menjawabnya." Kalau bukan gara-gara siapa, aku bisa menikah dengan orang yang aku benci." Semburnya dengan nasda keras sambil menuju dapur dan mengambil gelas dan menuangkan air putih dari kran dan meminumnya dengan setengah teguk. Ia tidak menawarkan kepada tamunya.
" Biar kan suamimu menjawab semuanya, adik. Ku" ia terhenti sejenak untuk menekan kata ' Ku' untuk Saki. " Apakah kau jatuh cinta kepada orang incaranku itu, adik, ku." Lagi-lagi ia menggunakan kata tekanan itu lagi, mau tak mau Saki berusaha mencibir dan menggeram bagaikan kucing yang sedang mempertahankan makanannya.
" Terserah kau. Kakak." Ucap Saki yang tak mau kalah dan meniru suara Chizu.
Persekian detik terdengar pintu depan terbuka dengan suara klik. Saki tersentak dan Chizu hanya tenang menikmati nyamannya sofa Haruhiko sambil mengoyangkan kakinya yang di lipat. Dada Saki berdetak bagaikan suara drum yang bertalu-taluh. Tak hentinya ia memandang kearah Chizu dan pintu yang berada di seberang kirinya.
Akhirnya tibalah juga seorang pangeran dengan jas serbah putih dan celana serbah putih tapi tidak beserta dengan kuda putihnya tapi melainkan dengan tas kantorannya yang berwarna hitam mengkilat. Mata Haruhiko terus memandang kearah tamunya yang sedang duduk di sofa favoritnya. Dan dengan langkah anggun ia mendekati tamunya ia tak menyadari bahwa Saki berada di sebrang kirinya. Chizu hanya mengerjap-ngerjapkan mata atau buluh matanya.
Dan akhirnya Chizu bangkit dari tempat duduknya dan memandang kearah Saki: sepertinya ia ingin meminta pertolongan Saki. Tapi Saki hanya berpura-pura melihat keluar jendela dengan siluet pohon-pohon yang sedang menari.
Dengan kedekatan masing-masing yang hanya berjarak satu inci. Dengan kecut Chizu memaksa tenggorokannya untuk bersuara. Ia merasa takut, karena pria itu bagaikan srigala yang kelaparan.
" Boleh kah aku menginap atau menjadi tamu sementara kalian?" Pria itu tersadar dalam hipnotis yang kasat mata dari ciptaannya sendiri.
" Tentu saja boleh, sayang. Emangnya siapa yang tidak mengizinkan kamu.?" Tanya pria itu ketika ia telah bisa menenangkan dirinya dan sambil mengundurkan dasinya dan mengangkat pipa celananya kemudian ia duduk di sofa yang tadi di duduki oleh Chizu. Wanita itu memperhatikan adiknya yang berdiri di konteir dapur. Arah mata Haruhiko pun mengikuti Chizu. Hanya kata 'Saki' yang keluar dari tenggorokannya dan suara itu tak pernah keluar hanya mulutnya yang berbentuk 'Saki'." Apakah dia sudah berada disini dari tadi?" Tanya pria itu yang terkejut melihat kehadiran Saki. " Tidak usah terkejut, aku sudah dari sini dari semenjak pagi, atau lebih dari semalam." Ucap nya dengan nada sinis. Haruhiko hanya bisa tersenyum kecut dan ia kembali menatap kearah Chizu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret Wedding Series.
Любовные романыPernikahannya batal dan kemudian ia di jodohkan. Kemudian ia tertarik dengan calon tunangannya, Tapi calon tunangannya meninggalkannya pada saat itu juga. Ia selalu mencari perhatian kepada Wanita itu. Dan pada saat itu juga ia terjerat dengan pe...