1.

701 57 7
                                    

"M-MWO?!"

Himchan berseru keras pada ucapan ayahnya , Kim Kangin. Bagaimana pun, ia begitu terkejut atas pernyataan penuh wibawa sang ayah. Tapi bisakah ia menyetujui bahwa dirinya harus...

"Pindah sekolah? Tapi kenapa, appa? Bukankah baru sebulan lalu appa memindahkanku?"

Pertanyaan berentet tersebut hanya dapat membuat sang appa memijat pelan keningnya. Umur senja, bisa menguras pikirannya jika melihat reaksi anak semata wayangnya tersebut. Ia pikir, anaknya dapat menerima (lagi) keputusan pemindahan ini.

"Appa memiliki proyek pekerjaan di Seoul. Jadi , appa putuskan untuk membawamu juga bersama appa untuk tinggal disana," Kangin membuka selembar kertas di tangannya lalu ia julurkan di atas meja kepada Himchan. "karena ada tawaran beasiswa di salah satu sekolah baru dibangun di dekat tempat kerja appa, maka bagus untukmu bersekolah disana. Appa tidak akan sulit mengontrolmu."

"Tapi, appa?! Aku tak mau pindah jika kita akan terus pindah seperti ini! Memangnya appa kira mudah berbaur sebagai anak baru terus menerus?" Himchan menghentakkan kakinya berkali kali hendak memaksa Kangin merubah pikirannya. Tapi bukan Kangin jika ia tak bisa menyelesaikan masalah ini dengan memenangkan keputusannya.

"Kau ini masih dibawah umur untuk ditinggal sendirian. Apa yang akan terjadi apabila appa meninggalkanmu disini sendirian? sementara appa tinggal di Seoul yang notabene sangat jauh dari daerah ini. Appa terlalu sibuk untuk mengontrolmu!"

Himchan hendak membuka suara untuk membela, namun...

"Pikirkan bagaimana saat tragedi itu sudah menewaskan ibumu. Appa tak mau hal ini terjadi padamu."

Himchan bungkam. Apa yang dikatakan Kangin membuatnya merinding seketika. Seolah membuatnya harus bernostalgia akan kenangan terlalu mengintimidasinya 7 tahun silam. Keinginan untuk bertahan sendirian tanpa rongrongan sang appa -walaupun itu berarti harus menuntutnya hidup mandiri-, harus dibuangnya sejauh mungkin. Ayahnya benar. Kejadian buruk itu bisa saja mengancam kembali. Lebih buruk lagi... Dirinyalah yang akan menjadi sasaran selanjutnya.

Terlalu berbahaya untuk hidup sendiri , pikirnya.

"Sekarang , apa kau ingin ikut appa ke Seoul? Anggap saja kau berlibur disana!" Kangin tersenyum hangat agar anak laki2 di hadapannya itu dapat bernafas lega kembali. "Appa usahakan kali ini, appa tak akan memindahkanmu lagi."

Himchan mendongak dari tundukannya dan menatap kedua mata Kangin yang tersembunyi di balik kacamata minusnya. Akankah ia mempercayai janji appanya kali ini?

"Lagipula kau tak usah khawatir. Karena yang menjagamu tidak hanya appa..."

Himchan memiringkan kepalanya tanda bingung.

"kau akan masuk asrama khusus namja."

.

.

.

1 detik

.

.

2 detik

.

.

3 detik

.

.

"MWO?!"

Kangin pun tersentak melihat reaksi kedua Himchan , layaknya deja vu.

.
.
.
.
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.

With You; BAP[√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang