Youngjae berjalan riang sembari memperbaiki baju hangatnya yang sedikit tersentak oleh angin pagi. Saat itu jalanan Namsan , tak terlalu ramai oleh penduduk. Tampak rentetan rumah di perumahan sederhana Namsan , memperlihatkan keramahan pemandangannya. Rumah-rumah disana tampak rapih dengan kayu mahoni yang menjadi spot terpenting kesan rumah jaman dahulu Korea.
Youngjae kembali memainkan layar sentuh di HP nya. Membuka Google Map dan apapun itu agar tak membuatnya sepenuhnya buta arah. Alamat yang diberikan Daehyun, tidaklah mudah untuk diterka saja. Terlihat juga perumahan ini adalah perumahan baru yang begitu asing jika hanya didengar saja.
Tapp...
Youngjae menghentikan langkahnya setelah ia menemukan sebuah rumah kecil dengan pagar putih di hadapannya. Sebuah plang nomor 93, menjadi perhatiannya.
"Jalan Namsan Dong, nomor 93. Kupikir ini rumahnya. Dasar merepotkan..." Youngjae mendengus kesal sembari menunjuk nunjuk gemas plang nomor tersebut. Seolah perjalanan jauhnya ini, akan sia sia jika ia tak benar menemukan alamat Daehyun.
Youngjae menekan berkali kali tombol bel di bagian pagar rumah. Hal ini begitu mengesalkan, karena sosok namja berkulit tan yang ia ingin temui sama sekali tak menunjukkan batang hidungnya.
Apa ia pergi?
"Ah jinja?! Kalau Daehyun hyung pergi tanpa sepengetahuanku, aku akan menghajarnya bes-"
#Ceklikk
Youngjae sontak mengalihkan pandangannya.
Seorang namja berkacamata hitam dan seringai tajam, terarah padanya. Namja itu bersembunyi dibalik tiang listrik yang tak jauh dari Youngjae berdiri. Entah Youngjae yakin atau tidak, bahwa namja misterius tersebut mengarahkan kamera SLDR nya padanya.
Youngjae mencoba menghiraukannya. Ia tak mungkin diikuti oleh wartawan sekolahnya sampai kesini, bukan? Well.. Memang ia akui, di sekolah ia cukup banyak diidolakan oleh berpuluhan namja. Layaknya idola sekolah saja. Namun ini sangat keterlaluan apabila mereka mengikutinya sampai kemari. Hanya untuk mengambil foto dirinya?
Bagaimana selain wartawan sekolah? Ahh tidak mungkin. Tidak masuk akal sekali siswa Jungjeon (selain siswa yang masuk ekskul jurnalistik) diperbolehkan membawa barang elektronik ke luar asrama. Sebagai penghuni asrama, tentu saja barang barang seperti itu akan ditahan.
Lalu, siapa orang tersebut?
"Daehyun hyung... Palli-ya(Cepatlah)..." Youngjae menunduk dalam, dengan jari tangannya yang terus menekan tombol bel. Berdoa dalam tundukannya agar sang 'penyelamat' melindunginya saat ini. Ia begitu cemas dengan siapa yang mengikutinya dan mau apa orang itu padanya. Tentu baginya, ia hanyalah remaja yang butuh perlindungan orang dewasa semacam Daehyun. Bagaimana jika ia diculik nantinya?
"Youngjae-ah?"
Youngjae menangkap panggilan tersebut, dan segera menolehkan arahan kepalanya pada sumber suara yang didengarnya.
Syukurlah..
Daehyun berada di sampingnya.
"HYUNG!" Youngjae memeluk erat tubuh tegap Daehyun. Sontak Daehyun terkejut dan hampir menjatuhkan 'sesuatu' yang berada di genggamannya. Getar getir dalam dadanya, bermain begitu harmonis melihat reaksi Youngjae.
Ia tak menyangka , ini hasilnya setelah Daehyun melakukan hal 'itu'...
"Gwaenchanayo?" Daehyun mengulum senyum manis sementara tangannya bermain halus di punggung datar namja manis tersebut. Mengelusnya perlahan agar menenangkan sang namja 'kesayangannya' itu.
"Aku takut... Ada yang mengikutiku disitu..." Youngjae melonggarkan pelukannya dan menunjuk ragu pada sosok namja misterius tadi. Namun yang ia temui, justru hanyalah tiang listrik tanpa siapapun di belakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
With You; BAP[√]
Teen Fiction[BAP FF] Himchan tidak menduga bahwa kehidupannya berubah (kali ini) dengan pindah ke Sekolah Jungjeon. Tidak hanya teman baru, teman sekamar, guru baru, atau kehidupan normal lainnya. Kali ini ia pindah ke tempat yang akan mempengaruhi masa depanny...