Himchan menaruh tas nya. Sejenak mendudukkan diri, sambil menidurkan kepalanya di atas meja. Ia menghiraukan panggilan bersemangat ditujukan padanya, bersamaan itu seorang pemuda manis langsung duduk di bangku tanpa sang empu mendudukinya.
"Tok Tok!" Youngjae mengetuk-ngetuk meja belajar berkayu milik Himchan seolah itu pintu yang pantas digedor. Tingkahnya begitu menggemaskan layaknya anak kecil. Namun Himchan beranggapan, ia seperti membuang-buang waktu—mengganggu waktu tidur orang lain. "Kau seperti kekurangan tidur. Ada apa?"
"Pergilah. Aku tak mau diganggu, Jae." Himchan kembali memeramkan kedua matanya tanpa mendongak sama sekali. Jika saja ada benda yang bisa menulikan telinganya sejenak, ia membutuhkannya segera.
Himchan memang saat ini terlalu lelah karena ia berusaha membangunkan diri sepagi mungkin. Demi Yongguk, ia rela melakukannya. Jam luang untuknya sebagai siswa kelas tiga hanya dipakai saat larut malam dan jam sebelum masuk kelas.
"Kau mulai sombong, Chan. Kurasa karena Yongguk tidak masuk kelas selama seminggu ini, kau jadi kehilangan nyawa begitu. Ya kan!? Ya kan?!" Youngjae menggoyang-goyangkan bangku, hingga suara decitan terjadi. Himchan tak kuasa menahan sikap penganggu Youngjae yang kelewatan kekanakan. Kenapa anak ini jadi lebih menyebalkan daripada pertama kali ia bertemu?
"Aku penasaran kemana anak itu seminggu ini. Apa ia pura-pura kehilangan ingatan untuk menghindari ujian? Atau..." Youngjae tampak berpikir. Sebenarnya, ia sudah mengubur dalam-dalam rumor yang mengatakan bahwa Yongguk akan kehilangan beasiswanya karena kekalahan saat itu. Apalagi, Daehyun sama sekali tidak mendengar ada isu akan ada siswa di DO (Drop Out)—pasalnya Daehyun memiliki koneksi yang baik dengan Kang Sanjangnim.
"Ia sedang tidak enak badan. Setelah kecelakaan pada pertandingan saat itu, tenaganya belum pulih. Lagipula kekalahan pertamanya ini pasti membuatnya agak shock." Himchan menyenderkan kepalanya ke dinding kelas. "Tenang saja, aku sudah mengajarkannya beberapa pelajaran penting setidaknya untuk membuatnya lolos ujian akhir."
"Hei. Kenapa kau tidak minta tolong padaku atau Jongup yang jelas kami selalu bersaing di peringkat teratas sekolah?"
"Kau ingin membuat Yongguk komplikasi karena darah tinggi? Tidak, terima kasih. Lagipula Jongup sepertinya punya masalah dengan sakitnya Zelo, jadi itu bukan ide yang bagus."
Youngjae sejenak mendengus. Kadang kata-kata pemuda cantik di hadapannya bisa sangat menusuk. "Kau jahat sekali. Oh ya, ngomong-ngomong soal Jongup dan Zelo, anak 'bengal' itu sudah pulang dari rumah sakit."
Himchan pun terpancing dengan perkataan Youngjae barusan. "Benarkah?"
"Ya. Lagipula, apa kau lihat anak pendek itu menempel seperti perangko di bangkunya pagi ini? Tidak, kan?"
Himchan memasang wajah penasaran pada bangku kosong dari bangkunya. Benar saja, tas milik Jongup berada disana belum terbuka sama sekali. Namun sosok pemiliknya entah pergi kemana.
Sepertinya, Jongup terlalu merindukan Zelo.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Zelo mendudukkan diri di atas bangku miliknya yang ia tinggal hampir lebih dari 2 minggu. Segelintir siswa-siswa seperti memperhatikannya takut-takut—sepertinya perubahan Zelo tidak berefek sama-sekali pada yang lain. Mereka tidak percaya, 2 minggu diliputi ketenangan, menjadi tercekam setelah kehadiran Zelo kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
With You; BAP[√]
Teen Fiction[BAP FF] Himchan tidak menduga bahwa kehidupannya berubah (kali ini) dengan pindah ke Sekolah Jungjeon. Tidak hanya teman baru, teman sekamar, guru baru, atau kehidupan normal lainnya. Kali ini ia pindah ke tempat yang akan mempengaruhi masa depanny...