With You (Together)
-EXTRA CHAPTER-
.
.
.
.
.
Huft...
Pagi yang begitu indah.
Aku melihat ke arah jendela, dengan pemandangan langit biru mudanya diterangi biasan cahaya matahari. Menyegarkan pandangan yang sedari tadi terlelap semalaman.
Tapi apa menurutku itulah keindahan yang kuharapkan? Tidak.
Ada sesuatu yang lebih indah dari semua pagi yang diciptakan Tuhan untuk umat manusia.
"Ugh~"
Perhatianku beralih pada si pemilik suara yang menggelitik telinga. Ia melenguh, seperti kucing yang terlalu nikmat tidur. Oh, ia memang terlihat seperti kucing. Sudah berapa kali kusebut jika ia punya kepribadian 'liar' dan 'imut' jadi satu? Ia kucing berwujud manusia. Berwujud kekasih tersayang.
"Himchan~"
Tubuhnya menggeliat sedikit. Sepertinya masih tidak ingin menghentikan bunga tidurnya yang begitu indah. Apa yang sedang ia impikan? Kuharap ada aku di dalamnya.
"Himchan~ Ini sudah pagi. Kau mau tidur berapa lama lagi?"
Beberapa menit kemudian ia mulai merespon lain. Tubuhnya berbalik. Pada akhirnya punggung tirus miliknya berganti pada bentuk wajah sempurna bagai pahatan. Terlebih, dengan pose tertidur... yang begitu 'menggiurkan'? Kedua mataya masih terkatup, dan dengkuran lembutnya masih terdengar. Ia masih enggan bangun.
Aku ingin sekali membangunkannya kembali. Namun aku tidak tega memaksa. Ia terlihat kelelahan. Sangat lelah. Ditambah, wajah yang sangat polos dan cantik ketika tidur itu, ingin kupertahakan lebih lama. Aku ingin sekali mengabadikannya.
Dimana hp ku? Dimana kutaruh Hp ku?!
"Yo—Yongguk~"
Eh?
Aku berhenti mengasak isi laci.
Tunggu..
Panggilan macam apa itu?
Himchan menyebut namaku dalam tidurnya?!
Tunggu..
Apa ia sedang bermimpi tentang aku?!
AAAAAA(aku berteriak seperti seorang fans gila di dalam batin sendiri)
Aku ingin lekas bangun dan mencari perekam br*sek itu yang jadi alat wajib untuk koleksi-koleksiku. Dimana sih hilangnya?!
Tapi sialannya, selagi memaki benda tak berguna itu.. Aku tersadar bahwa 'benda' lain terbangun.(iykwim) Oh, sht. I got horny so suddenly.
"Himchan.." Jika saja aku punya cermin tepat di hadapan muka, aku sudah bisa melihat wajah menjijikkanku. Menatap wajah sexy Himchan yang tepat tertidur di sampingku. Mendesah—maksudku bernafas lembut selama tidurnya , membuat pertahanan diriku sebentar lagi ambruk. TIDAK. Sudah ambruk. Oh NO!
Mau tidak mau. Agar aku tidak menjadi seorang monster kurang ajar, menerjang bidadari tidak berdosa dalam tidur lembutnya, aku harus segera membangunkannya tidur.
Kudekati bibirku tepat ke arah telinganya. Aku tahu kelemahannya—
"Himchan~neo ireona, chagiya? Kau ingin lanjut ke ronde selanjutnya, eum~?"
DEG
"AAAAAAAAAAAAA!"
GUBRAK
—dan aku harus terima akibatnya. Tangan Himchan bisa selembut sutera, tapi kuat bagai besi baja. Sekali dorongan di muka tampan ini, aku tersundul hingga jatuh dari ranjang. Bagian bawahku yang tidak berlapis apapun, mencium lantai dingin dengan sangat baik. SANGAT BAIK.
Yah, untungnya, dengan begitu aku bisa melunturkan niat kurang ajarku sebelumnya. Lihat, 'benda' lain itu sudah tidak 'bangun' lagi. (lol)
Himchan terlihat cemas di atas ranjang. Ia menyeret selimutnya, menutup seluruh bagian tubuhnya yang tidak menggunakan apapun. Matanya yang sedikit merah setelah menangis semalaman—ehem—memelototiku kasar. Tatapannya sangat awas. Aku tidak tahu, dia sedang marah atau ketakutan lagi?
Hmm.. terlihat imut untukku. Apa aku terlalu sadis ya melakukannya tadi malam?
"Apa-apaan tadi?! Kau ingin memperkosaku, hah?!" Oh, Himchan ternyata sedang marah. Syukurlah, Himchan yang agak tsundere* di kesehariannya ini sudah kembali. Walaupun aku merindukan Himchan yang seduktif seperti tadi malam. Ah Ani! Bukan saat yang tepat untuk mengingatnya.
"Habis dari tadi kubangunin juga gak bangun-bangun. Ya sudah, kubangunkan dengan cara tadi." Kedua bahuku terangkat. Memberi kode 'Aku tidak salah dong'.
"Y—Ya, kan bisa bangunin dengan cara baik-baik."
"Oh? Cara baik-baik? Kau mau aku bangunin dengan cara apa? Mencium bibirmu, dan mengucapkan 'selamat pagi, Princess~Bangunlah'? Atau memelukmu dengan erat dan bilang 'Himchannie, sudah pagi. Mau sarapan apa?'? Atau aku langsung gendong kau secara bridal, dan mengajakmu mandi bareng?" Dengan sangat percaya diri aku mengungkapkan jawaban terbaik dari otak ku.
Oh tunggu, tampaknya aku menciptakan sesuatu yang menarik. Aku baru sadar bahwa wajah Himchan jadi semerah tomat cherry. Ia sedang tidak marah. Ia diam saja. Hanya menatapku dengan sangat kaget. Sepertinya kata-kata jelek untuk diucapkan padaku, tertahan kuat akibat seluruh ucapanku barusan. Bukankah dia sangat imut?!
"Himchan?" Aku menegurnya, hanya sekedar memastikan ia masih hidup. "Jadi.. Kau lebih suka dibangunkan dengan cara yang mana?"
PLUK
Bantal pun melayang tepat ke muka. Right to the face.
Ia bangun dan lekas berlari ke arah pintu kamar mandi tanpa mengucapkan sepatah katapun. Ia sampai-sampai membawa serta selimut dan membalut seluruh tubuhnya bagaikan kue bolu.
AAAAAA(lagi-lagi berteriak seperti fans gila di dalam batin sendiri)
Sepertinya keimutan Himchan membuat pertahananku kembali jatuh.
Aku lekas berlari telanjang ke arah pintu kamar mandi, mau menikmati sensasi mandi bersama sang Pujaan Hati. Ooh~
"YAK BRNGSK MESUM GILA! BERHENTI MENGGEDOR PINTU, ATAU KUPATAHKAN KAKIMU AGAR KAU TIDAK BISA LARI LAGI!"
.
.
.
.
.
.
.
END
?
*tsundere : seseorang yang bersikap dingin/kasar/sinis/dsb, namun sebenarnya berhati lembut/perhatian/baik/dsb.
Bernostalgia dengan cerita ini, aku jadi tertarik buat extra chapternya. HAHAHAhahaha... *hening*
Jadi apa kalian masih ingat dengan cerita ini? TvT
Mir sebenarnya ingin buat extra chapter ini lebih panjang. Mungkin untuk memperjelas kelanjutan beberapa couple lain. Well, just for fun. Gak ada lagi konflik dan cerita rumit. Hmm..
Apa kalian tertarik? Tergantung antusiasme(atau mungkin hasutannya?) readers sih. Karena semakin banyak readers yang respon, akan semakin bersenang hati Mir up ;) Dan menurut kalian, apa kubuat versi sekuel saja (berpisah dari cerita ini)? Jika iya, maka CERITA BARU,YEY! Or not :(
Comment nya kutunggu yaaa! Terima kasih :D
KAMU SEDANG MEMBACA
With You; BAP[√]
Teen Fiction[BAP FF] Himchan tidak menduga bahwa kehidupannya berubah (kali ini) dengan pindah ke Sekolah Jungjeon. Tidak hanya teman baru, teman sekamar, guru baru, atau kehidupan normal lainnya. Kali ini ia pindah ke tempat yang akan mempengaruhi masa depanny...