Himchan
Suara alarm berbunyi cukup keras memekak di telinga. Tubuhku menggeliat pelan ke kanan dan kiri mencari posisi terbaik kembali untuk bisa tertidur nyaman. Namun suara alarm tak juga mengasihani. Masih bergetar hebat di atas nakas kayu.
Hoahmm!
Mataku yang setengah terpejam, kukucek pelan-pelan. Cahaya matahari sudah mengedar di lantai putih kamarku. Rasanya, aku sudah seharusnya mengucapkan selamat tinggal pada malam hari.
Tunggu.
Ini sudah pagi?!
"UWAAAA?!" aku segera menyambar alarm yang menjadi sumber pengganggu. Jam menunjukkan angka 7 pagi. Syukurlah. Kukira cuaca secerah ini pertanda sudah jam 12 siang.
Jujur, aku masih mengantuk. Bantal memanggil-manggil ingin ditiduri. Namun, mengingat hari ini adalah hari pertama ujian akhir, tidak enak rasanya Kim Himchan langsung membolos karena kegiatan malas yang tak biasa.
Tubuhku agak sakit. Mungkin salah posisi tidur. Berkali-kali kuregangkan bahu serta punggung, rasa nyeri itu masih ada.
Kakiku mulai beranjak, walaupun otot kakinya masih tak mau bersahabat. Kududuki tepi ranjang milikku sejenak, menghirup udara pagi yang sesegar biasanya.
Kudapati ranjang di seberangku, kosong tanpa dihuni siapapun. Kupikir, Yongguk sudah pergi mandi. Namun suara pancuran yang acap kali terdengar, tak ada tanda-tanda. Aku tak berpikir aneh-aneh dulu setelah ini. Yongguk tidak mungkin kemana-mana. Ya, aku yakin.
Tiba-tiba, ekor mataku tak sengaja mencuri pandang pada sebuah kotak kecil di atas nakas tadi. Kulewatkan dari perhatianku karena terlalu konsen pada waktu di jam weker. Beberapa waktu mencerna dahulu, apa sebab kotak itu berada di sana. Kupikir, ya, hanyalah kotak kecil usang yang pantas dibuang. Tapi dari bentuk dan bahan buatannya, seperti kotak berisi jam mahal.
Tok Tok
Yongguk. Senyumku mengembang penuh gembira. Aku loncat dari ranjang, berlari ke arah pintu. Seenaknya saja anak itu meninggalkanku duluan.
Kugenggam kenop pintu tanpa ragu. Hatiku melompat kegirangan, jika pagi ini bisa kembali memukuli kepalanya sebagai hiburan.
Cklek
Hatiku mencelos. Senyumku menciut dalam kekecewaan.
"Himchan, mau sarapan bersama denganku dan yang lain? Ada menu baru di kantin. Aku yakin kau menyukainya."
Jongup. Sahabatku ini berwajah datar saja menawarkan sesuatu, ia mengabaikan ekspresiku yang sudah berubah tak bersemangat. Aku hanya mengangguk menerimanya. "Aku mandi dulu, tunggu aku."
"Yongguk dimana?"
Jongup mencuri-curi pandang ke dalam kamar, berharap menemukan sosok Yongguk setidaknya walaupun hanya sehelai rambutnya saja. Aku pun sama berharap. Berharap sosok itu tidak mengabaikanku pagi ini.
"Aku tidak tahu. Mungkin sedang ada urusan di luar. Kau pesankan saja makanannya untukku. Terima kasih, Jongup." Kututup pintu. Wajahku malas untuk merasa sangat bahagia mendapati menu makanan baru di kantin. Itu hal yang selalu kuinginkan.
Namun, jika aku menikmatinya tanpa Yongguk. Rasanya akan hambar.
Aku mendekati meja kayu dimana kotak kecil itu berada. Belum pernah kutemukan kotak itu, namun sudah ada saja di depat mataku saat terbangun. Apa peri gigi baru memberikan hadiahnya bertahun-tahun lalu pada hari ini?
Tak sopan rasanya membuka kotak ini tanpa kutahu siapa pemiliknya. Mungkin milik Yongguk. Bukankah anak itu tidak suka jika barang pribadinya disentuh? Aku takut menghancurkan lagi barang-barang lain yang ia miliki.
KAMU SEDANG MEMBACA
With You; BAP[√]
Teen Fiction[BAP FF] Himchan tidak menduga bahwa kehidupannya berubah (kali ini) dengan pindah ke Sekolah Jungjeon. Tidak hanya teman baru, teman sekamar, guru baru, atau kehidupan normal lainnya. Kali ini ia pindah ke tempat yang akan mempengaruhi masa depanny...