17.

142 20 1
                                    

Himchan melangkah hati hati , namun cukup tergesa untuk menggapai kenop pintu. Hatinya mencelos ketika asisten rumah tangannya melapor demikian. Mengatakan hal yang tak Himchan bayangkan sebelumnya. Berharap tak pernah Yongguk mengunjungi, untuk mengungkapkan rasa bersalahnya kembali. Sudah cukup, Bang! Cukup! Himchan perlu waktu memang untuk melupakan Yongguk dan perbuatannya yang membuat Himchan bagai anak tak tau diri. Tapi bila Yongguk terus menerus berada di dekatnya, akan membuat Himchan ingin terus menyalahkan Yongguk.

Ia tak mau seperti itu. Yongguk terlalu baik untuk dipersalahkan.

Tangannya kini sudah menggenggam kenop besi yang terasa dingin entah kenapa. Pori pori kulitnya mengirimkan sinyal ke otak, lalu di terjemahkan sebagai bentuk 'ketegangan' yang tengah mengunjungi hatinya. Himchan berpikir sejenak.

Ceklek

Tak banyak waktu juga berpikir, karena hujan semakin deras. Terdengar sekali bom air yang ditumpahkan dari atas langit, jatuh dengan dahsyatnya.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Kurang ajar kau , Bang Yongguk! Kau biarkan aku kerepotan merawatmu ya sepulang nanti setelah kau jatuh demam, Hah?!" Daehyun di bawah payungnya, dengan prihatin sekaligus kasar menarik narik tangan kekar Yongguk agar kembali memasuki mobilnya. Namun sekuat apapun ia menarik, tubuh itu tak beranjak dan tetap berada di satu titik.

Ia kelewat gila, pikir Daehyun dengan sejuta kefrustasiannya.

"Himchan tak ada di rumah. Kau dengar tadi kata Ahjumma itu kan, Yongguk?" Daehyun bersih keras membela argument (atau opini?) yang di ucapkan ahjumma tersebut ketika beliau hampir ribut dengan Yongguk. Namja tampan itu merasa keyakinannya sanggup mematahkan segala kata penolakan ahjumma itu hanya sekedar membuka pagar untuknya.

Namun bukan Yongguk, apabila namja itu melarikan diri dari suatu masalah. Ia harus menyelesaikannya dengan segala cara, dan membuat Himchan kembali ke sekolah. Sekretaris Yoon telah memperingatkannya begitu. Namun dibalik petuah Sekretaris pribadi Kangin, ada alasan lain yaitu dari keganjalan dalam hati Yongguk bahwa Himchan tak seharusnya mengorbankan sekolahnya dan masa depannya.

Yongguk juga merasa bodoh. Jika ia tahu dampaknya seperti ini. Jika ia tahu memilih membohongi Himchan atau tidak membohongi Himchan sama sama membawa nasib buruk. Lebih baik ia tak usah ikut ikutan akan urusan pribadi Himchan. Sekarang siapa yang harus disalahkan? Ia sendiri? Atau Kangin? Atau sekretaris Yoon yang seenaknya menculiknya?

Sudahlah, Bang.. waktu tak bisa diputar. Sekarang kau harus bisa menyelesaikan masalah satu ini jika kau ingin semuanya kembali normal.

Ceklek

Suara kenop pintu yang sedang dibuka terdengar. Yongguk yang harus terus menunduk—menghindari buliran air hujan semakin memperperih matanya—lalu mendongak memandangi sosok namja cantik yang berjalan ragu ragu mendekatinya. Hati Yongguk bergemuruh senang dengan dikabulkan semua harapannya kali ini. Sudah diduga, sebanyak apapun Ahjumma itu mengelak, tetaplah Yongguk perlu mempercayai keyakinannya sendiri.

Daehyun bernafas lega melihat namja cantik yang beberapa hari ini tak terlihat batang hidungnya, mengeluarkan sosoknya di balik rengkuhan dinding tebal rumah besar tersebut. Ingin sekali menyapa sebagai hal yang paling dirindukannya acap kali bertemu si pemilik rambut pirang itu. Namun, bukan waktu yang tepat. Apalagi melihat kedua pasang manik mata di hadapannya, saling bertumbukan bukan karena mengungkapkan rasa rindu. Yang satu tampak kesal, yang satu tampak menyesal.

With You; BAP[√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang