Dering nada panggilan telpon dengan getaran dari jaket Py, sambil mengendarai motor, ia menerima panggilan telpon dari atas motor. Tangan sebelah berpegang erat di stang kanan. Dengan mengangguk kecil, keningnya berkerut.
"Aku tahu kamu pasti mau cerita yang aneh-aneh lagi." Ujar perempuan dengan membenarkan helm, ia sejenak berhenti.
Cee Karol Py yang biasa akrab dipanggil Py, itu adalah sahabat baiknya, mereka pun bertemu di tempat perbelanjaan di dekat rumah Py.
"Aku tak sengaja saat hendak keluar dari kamar melihat ibu, dengan nada sedikit menggebuh."
"Kita pergi ke tempat lain saja, lagi pula suasana di sini kurang baik." Py menggeser rumput dan segera duduk di samping Airi.
"Dengar baik-baik, ia mulai bercerita."
"Tadi malam ibuku kedatangan tamu yang berpenampilan mantap, ia melangkah dengan penuh wibawa langsung cipika-cipiki dengan Ibu."
"Aku curiga kalau lelaki tua, yang kira-kira berumur 40 tahunan itu adalah pasangan baru Ibu.
"Tapi bisa jadi lelaki matang itu hanya teman dekat Ibu-mu." Jawab Py penuh semangat.
"Bagiku tidak ada istilah teman dekat. Ucapannya justu memancing kemarahan Airi.
"Py langsung menggaruk kepala yang tak gatal.
"Tetapi lelaki tua itu benar-benar membuat mukaku beku, ia membisikkan sayup-sayup kata. Aku tidak dengar persis apa yang ia katakan. Ibuku langsung senyum tipis." Itu yang kamu bilang teman?
"Py langsung mengarahkan pandangan dari sorot mata Airi."
"Lelaki tua itu sangat genit, ia sempat-sempatnya mencubit pipi Ibu-ku sebelum pergi."
Airi menawarkan segera untuk pergi ke sebuah Toko Buku, melihat reaksi tersebut. Cee Karol Py mengangguk pasrah. Sekian banyak lelaki yang mendekati Ibu, baru kali ini ibu terlihat seperti remaja yang baru mengenal cinta, sambil menaiki tangga, nada bicara Py tiba-tiba melonjak.
"Wah bagus dong."
"Bagus apanya? Airi melangkah cepat menaiki tangga.
"Kita mau cari buku apa?"
"Buku yang bisa membuatmu berhenti membela Ibu."
"Py menunjuk buku yang tergelatak jatuh. Melihat reaksi tersebut. Airi menggeleng tidak tertarik.
Kita menghampiri suatu ruang graviti yang berada di jantung sebuah buku. Ia adalah sisa-sisa perasaan dan kebingungan, kata Py dengan menggeleng-geleng buku. Sambil memilih-milih Buku. Ia melirik muka Airi dengan wajah sayup.
"Tentang hidup Py. Hidup! Untuk membuat kemajuan spiritual dengan tujuan akhir bersatu dengan Tuhan, dan dengan ini kita akan keluar dari siklus kelahiran dan kematian.
"Aku mengakumulasi penglihatanku memberi dan menerima, barangkali merupakan hasil langsung dari perbuatan dan tindakan kita." Kata-kata itu membuat energi terkuras.
"Py menarik napas panjang. Mereka tidak menemukan bukunya."
"Jika ibuku telah menemukan hubungan spiritualnya dalam dirinya, maka duniawi menjadi alasan untuk lebih bahagia."
"Sambil menuruni tangga, Py tak ingin melihat langsung mata Airi. Py membuka pintu kaca, seorang sekuriti nampak melihat wajah Airi yang nampak sedikit murung.
"Batinku boleh mengatakan bahwa tidak ada salahnya ibu menikah lagi, tapi bagian tubuhku belum sepenuhnya rela. Hidupku sepertinya belum terlalu matang untuk menerima kehadiran orang baru."
KAMU SEDANG MEMBACA
THEOPHILIA
RomanceApakah waktu membiarkannya harus berpikir lebih dari dua kali, hatiku tak ingin lagi berkelana, aku telah dipasak oleh beberapa rindu. Dari sekian banyak waktu untuk memikirkannya. Ia seperti resolusi segala hal akan cinta. Membentuk sel-sel rindu d...