Part. 5 New Life

39.9K 1.3K 12
                                    

Seperti itulah setiap hari yang terjadi di kediaman Constantine. Para pelayan di kediaman Constantine sudah mengetahui keadaan yang sebenarnya dan dengan patuh menutupi semuanya.

Jack akan selalu menarik Victoria kapan pun dia menginginkan wanita itu. Di sudut manapun Jack menginginkannya.

Dan Victoria tidak mampu menolaknya. Jack terlalu kuat dan terlalu mempesona untuk diabaikan.

Satu minggu berlalu dan Jack Constantine sedang berada di dalam ruangan perpustakaan kediamannya. Victoria mengetuk pelan pintu yang memang terbuka. Mata Jack berbinar melihat kedatangan wanita itu yang tanpa diundang, namun senyum Jack perlahan sirna ketika mendapati seorang wanita yang muncul dari balik tubuh Victoria.

"Hai, sayang. Kau tidak merindukanku?" Wanita itu berambut merah dan sangat cantik. Victoria merasa sangat iri. Wanita itu mengaku sebagai tunangan Jack. Dengan enggan Victoria mengantarkan wanita itu ke tempat Jack berada.

Dia tidak ingin memperdulikan apa yang akan pasangan kekasih itu lakukan di dalam perpustakaan. Victoria meninggalkan mereka berdua tanpa berpamitan. Hatinya sakit dan nafasnya sangat sesak. Andai saja dia tidak terjebak diantara mereka, mungkin saat ini dia tidak perlu memangis. Victoria pasti ikut bahagia mengetahui Anna akan memiliki ibu baru yang akan menyayanginya.

************
Victoria masih belum bisa melupakan bagaimana ketika tunangan Jack mengumumkan kepada seisi rumah bahwa dia akan menjadi Nyonya rumah disana. Dan Jack, dia hanya berdiri disana, di samping wanita itu. Tidak mengatakan Iya, tidak juga mengatakan Tidak. Tapi diamnya memberi jawaban atas semua pertanyaan di dalam benak Victoria.

Jack menatap ke dalam mata Victoria, berusaha menangkap apa yang ada di dalam kepala wanita itu. Jack ingin mengatakan kepadanya bahwa semua akan baik baik saja. Jack melihat kesedihan di mata Victoria. Wanita itu ingin mengatakan sesuatu padanya, terlihat jelas dari sinar mata Victoria.

"Gabby, kau temani Anna bermain di kamarnya." Jack memerintahkan tunangan nya untuk bersama Anna selagi dia berbicara dengan Victoria.

Jack mengejar Victoria yang telah membubarkan diri bersama dengan barisan pelayan lain tadi. Victoria berjalan di koridor dan menghilang di balik kamarnya.

Jack membuka pintu kamar Victoria dan wanita itu terlihat terkejut dengan kehadirannya disana. Jack melihat sebuah koper tergeletak dengan posisi terbuka di lantai. Di dalam nya telah tersusun rapi pakaian dan beberapa barang milik Victoria.

"Kau akan pergi kemana? Aku tidak mengijinkanmu pergi." Ucap Jack.

"Aku tetap akan pergi, Jack. Aku mengundurkan diri." Jawab Victoria datar. Dia kembali memasukkan beberapa barang yang belum sempat dia bereskan.

"Jika kau pergi sekarang, aku memastikan kau tidak akan mendapatkan bayaran penuh."

Victoria menatap nya dingin. "Kau selalu merendahkan aku, menilai aku dengan uangmu. Sudah cukup Jack. Aku tidak ingin menjadi benalu diantara kau dan istrimu." Victoria berkata, suaranya bergetar, matanya mulai basah. "Aku tidak sanggup jika harus membereskan seprai kamarmu yang kusut dan membayangkan kau dan istrimu bercinta di atasnya setiap malam."

"Victoria. Kau tidak perlu membereskan tempat tidurku mulai sekarang. Aku hanya tidak ingin kau pergi secepat ini."

Secepat ini? "Kau mengharap aku pergi suatu hari nanti, Jack? suatu saat kau akan bosan denganku. Aku tidak ingin saat itu datang. Aku akan sangat terluka, dan aku tidak sanggup menahan pedih nya. Lebih baik aku pergi sekarang."

Victoria meraih koper nya dan menyampirkan tas nya di bahu. "Kau tidak perlu membayarku lebih. Aku sudah menerima uang DP darimu ketika hari pertama aku datang kemari. Itu sudah lebih dari cukup. Tolong Sampaikan salamku untuk Anna. Aku menyayanginya."

Victoria membawa koper nya berjalan menuruni anak tangga dan telah sampai di ruangan depan bangunan rumah ketika Jack menghentikan langkahnya. Pria itu mencengkram lengan Victoria dan berdiri menghadang jalannya. Lagi lagi Jack melemparkan tatapan dingin kepadanya. Victoria meneteskan air mata. Dia sudah tidak tahan lagi.

"Ini perintah, Victoria. Kau tidak diijinkan meninggalkan rumahku."

"Kau tidak berhak, sama sekali tidak berhak atas diriku." Victoria terisak ketika mengucapkannya.

"Victoria benar. Kau tidak berhak mencegahnya pergi. Dia bukan istrimu."

William Howard datang tepat pada waktunya. Dia kebetulan lewat dan sudah merindukan Anna dan pengasuh nya yang cantik. Dia mendengar keributan dan langsung mencari tahu.

"Jangan ikut campur, William. Sebaiknya kau masuk dan tinggalkan kami berdua."

Victoria melihat kedua pria itu berdiri saling berhadapan seperti akan berduel. Jack melepaskan Victoria dan wanita itu menghambur berlindung di belakang tubuh William.

"Kau lihat Jack. Dia tidak menginginkan berada disini. Seharusnya kau berhenti bersikap arogan, seakan semua orang selalu tunduk pada perintahmu."

Jack mengepalkan tangan nya dan memukul rahang William.

Victoria menjerit. "Oh Tuhan. Will."

William mundur beberapa langkah oleh serangan mendadak itu. Namun dia berdiri dan melakukan aksi balasan. Dia melangkah mendekat dan memukul rahang Jack sekuat tenaga, lalu mencengkram kerah kemeja pria itu dan meninju Jack sekali lagi di bagian perut. Dan Jack pun roboh di lantai sambil memegangi bibir bawah nya yang berdarah.

"Aku sudah lama ingin melakukan itu padamu, Jack. Kau membuat sepupuku meninggal, dan aku tidak akan pernah memaafkanmu jika sampai kau menyakiti Victoria." William berteriak marah dihadapan Jack sebelum kemudian dia membawa Victoria pergi keluar dari sana. "Ayo kita pergi, Victoria."

************

"Jadi, Victoria, kau akan pergi kemana?" William bertanya kepadanya ketika mereka telah berada di dalam mobil milik William. Pria itu melarangnya berpergian dengan kendaraan Victoria yang sudah usang itu. Jadi dia meninggalkan mobil itu begitu saja di halaman parkir keluarga Constantine.

"I dont know, Will." Victoria memejamkan matanya, berharap semua ini hanyalah mimpi. "Kedua orang tuaku sudah tidak ada. Aku menyewa flat di Brookline, dan aku tidak memperpanjang nya karena aku bekerja di Boston."

"Ikutlah bersamaku, rumahku di Boston cukup besar, dan aku sendirian disini." Itu adalah jawaban yang konyol namun paling masuk akal yang pernah diucapkan William pada seorang wanita.

"Will, kau sangat perhatian, aku akan baik baik saja. Antarkan saja aku ke Brookline dan aku akan mencari sebuah flat dan memulai hidup baru lagi. Aku bisa mencari pekerjaan baru, kau tidak usah mencemaskan aku." Victoria tersenyum hangat padanya. Dia memberi senyuman yang paling meyakinkan untuk Will.

"Aku akan memastikan kau menempati sebuah flat sebelum aku kembali ke Boston." Ucap Will.

"Will, kau sangat baik. Aku menyayangimu." Ucap Victoria.

"Kalau begitu jadilah kekasihku, Vicky. Dan ikutlah denganku."

Victoria tertawa kecil. "Kau adalah pria pertama yang memanggilku Vicky, setelah ayahku. Will, aku menyayangimu. Aku berpikir untuk melanjutkan kuliahku di Harvard." Dua hari yang lalu Victoria menerima telepon dari Rektor Universitas Brookline, dan pria tua itu menyesali apa yang telah mereka tuduhkan kepada Victoria. Mereka memberikan beasiswa penuh kepada Victoria atas kompensasinya. Mereka menawarkan beasiswa Harvard University. Seorang pelaku yang sebenarnya akhirnya menyerahkan diri, dan pelaku nya ternyata salah satu staf Universitas itu sendiri. "Cambridge dan Boston tidak jauh, Will. Aku akan menemuimu disaat senggang. Kita akan bertemu lagi, bukan?"

"Tentu saja. Aku akan menunggumu, Vicky."

****************

The Pursuit of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang