Part. 11 Sorry

29.9K 1K 6
                                    

Satu rangkaian bunga yang sangat cantik diletakkan di atas meja di sudut ruangan apartemen Victoria. Victoria baru saja pulang dari kampus ketika dia mencium aroma bunga segar saat membuka pintu apartemen nya. Victoria meraih bunga yang sudah disematkan di dalam vas dan mendekatkan ke hidung nya menghirup wangi bunga.

Victoria membaca sebuah pesan yang digeletakkan di atas meja bersama beberapa tangkai mawar berwarna merah muda.

I'm sorry....

Will.

Begitu juga dengan hari berikutnya dan seterusnya selama satu minggu Victoria menerima rangkaian bunga yang sudah menunggu di atas meja setiap sore sepulang Victoria dari kegiatan kampusnya.

Hari ini sebuah memo menuliskan kalimat yang lain.

Look down to the window!

Victoria berdiri ke dekat jendela dan melihat ke bawah. Dia terperangah melihat tumpukan mawar berwarna warni menumpuk di atas tanah, di halaman belakang bangunan apartemen. Dan William berdiri diantara nya. Pria itu pasti sudah gila.

Victoria berlari menuruni lift apartemen dan memutar dari pintu depan untuk mencapai ke halaman belakang. Langkah kaki Victoria berhenti di antara mawar yang bertebaran di kakinya. Dan dia berdiri menghadap William.

"Bagaimana caramu masuk ke dalam kamarku? Jangan katakan apartemen ini milikmu juga." Victoria tersenyum masam. William terlihat tampan dengan setelan jas nya. Sepertinya pria memaksakan diri meluangkan waktu di sela sela kesibukannya.

"Aku baru saja membelinya." Ucap William lalu berjalan mendekati Victoria. "Aku berniat memberikannya untukmu."

"Kau sangat yakin aku akan menerima permintaan maafmu."

Tangan William terulur menyusup ke dalam rambut rambut Victoria, dan mendarat di tengkuknya. Tangan William yang bebas menarik pinggang wanita itu agar menempel kepadanya. "Perempuan itu bernama Meghan White. Kami pertama kali bertemu di New England, saat itu dia meminta ijin masuk melihat perkebunan anggur milik keluargaku untuk salah satu riset kuliahnya. Dia wanita yang baik. Kami berpacaran satu tahun. Ketika dia mengatakan kepadaku bahwa dia hamil namun bukan darah dagingku, kami memutuskan untuk berpisah. Tapi aku menghargai kejujurannya dengan tidak menjebakku diantara masalah yang dihadapinya. Ayah sang bayi melarikan diri. Meggy tinggal seorang diri di New England. Hari itu, seorang perawat yang menghubungi aku. Meggy melahirkan seorang bayi perempuan."

Victoria terenyuh mendengar ucapan William. Victoria merasa sesak, dia menyandarkan kepala nya ke dada William. "Bagaimana bayi nya, Will. Apa dia cantik?"

"Dia cantik seperti ibunya. Namun tidak ada yang melebihi kecantikanmu, Vic. Aku selalu mengagumimu, sinar matamu ketika menatapku. Kau seperti bunga, sangat cantik dan harum, namun aku tidak akan membiarkanmu menjadi layu. Aku akan menyirami-mu dengan kasih sayang dan menyinarimu dengan cahaya cinta." Ucap William, tangannya mengusap usap kepala Victoria. "Hari itu harusnya kita ke New England, aku ingin mengenalkanmu dengannya. Tapi kau terlalu mendengarkan Constantine. Pria itu menginginkanmu sebesar aku menginginkanmu. Jadi sebaiknya kita tidak usah lagi kerumahnya." Ungkap Will bersikap posesif.

"Dia melamarku hari itu." Kata Victoria, dan Will melonggarkan lengan Victoria hingga terlepas dari pegangannya.

"Kau serius?" William menatapnya tajam. Victoria mengangguk menjawabnya. "Nanti aku akan bicara dengannya."

The Pursuit of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang