"Seminggu ini dia selalu ke Rumah Qian, tanpa seharipun ia absen. Kamu tahu Fee ? Jadi dokter Residen itu cape, sibuk juga. Belum mantau Apotik Mama kalian. Syena, bukan cita - citanya Fee buat berkarir sama kaya Papa kamu. Tapi dia nggak mau suatu saat nanti kamu yang di tuntut Om buat jadi dokter. Syena sayang banget Fee sama kamu. Selama aku kenal Syena. Selalu dia ngutamain kamu sebelum dia sendiri. Syena selalu berharap bisa secepetnya ketemu dan bareng kamu dulu Fee, tapi .." Genta menggantung kalimatnya menatap Feeya yang di pipinya telah mengalir bulir bulir airmata.
***Feeya menanti kelanjutan kalimat Genta namun bukannya dilanjutkan, Genta malah memeluknya erat.
"Kamu nggak sendirian Feeya, tolong tanemin itu di otak kamu. Banyak orang yang sayang sama kamu. Berhenti nyakitin diri kamu sendiri. Nggak perlu kamu simpen semuanya sendiri lagi. Syena udah disini, itukan yang dulu kamu mau. Sekarang kalian tinggal berdua, dan kamu harus percaya sama Mas. Satu - satunya orang yang nggak akan nyakitin kamu itu Syena". Genta membelai rambut Feeya yang kini semakin terisak di pelukan Genta. Feeya merasa egois menyadari kesalahannya selama ini pada satu - satunya orang yang sejak dulu selalu menyayanginya. Ia mengingat kembali betapa dulu ia dan kakaknya sangat dekat sebelum titah Papanya menjauhkan keduanya dan menjadi seperti orang asing saat bertemu kembali setelah bertahun - tahun kemudian.
"Mas Genta harus ke Rumah Sakit, kamu istirahat ya. Makan sarapannya, minta Syena sarapan juga kalo udah bangun. Itu ada vitamin. Kalian minum ya" kata Genta sambil melepas pelukannya.
Feeya mengangguk lemah menuruti kemauan Genta. Genta menatap gadis di depannya sebentar sebelum mengangkat dagu Feeya agar menatapnya. Di hapusnya airmata yang masih mengaliri pipi Feeya."Jangan nangis lagi Fee, kamu udah bukan anak kecil. Menangis terus menerus nggak akan menyelesaikan apapun".
Feeya menatap Genta sambil tersenyum lemah. Genta tak tahu pasti apa masalah Feeya, namun ia yakin Feeya sanggup melewatinya seperti masalah - masalahnya yang telah berlalu.
"Mas tinggal ya". Genta beranjak dan mengacak rambut Feeya lembut sebelum meninggalkan kakak beradik yang tengah sama - sama terluka itu.
***
Feeya sudah jauh lebih baik, begitupun dengan Syena. Meski badannya masih lemah, Syena sudah merasa jauh lebih baik.
"Ka, maafin aku"ucap Feeya saat baru mengambilkan teh hangat untuk Syena. Feeya masih terlihat pucat, matanya pun masih terlihat bengkak.
"Kakak yang minta maaf, kakak udah ninggalin kamu. Kakak yang buat kamu jadi begini"
"Enggak ka, aku yang salah paham sama kakak. Aku pikir kakak setuju pergi karena emang kakak cape aku ikutin terus"
"Kakak nggak sejahat itu tau"jawab Syena tersenyum sambil menjawil hidung adiknya. Feeya ikut tersenyum tipis. Keduanya terdiam cukup lama sampai Syena teringat sesuatu.
"Bener kamu ngebatalin sewa gedung ?"tanya Syena hati - hati.
Feeya tak langsung menjawab. Ada luka dimata indah Feeya. Syena melihat dengan jelas kesedihan yang menggelayuti wajah adiknya.
Perlahan, kepala Feeya mengangguk."Apa masalahnya udah nggak bisa di omongin baik - baik ?"
"Kesalahan yang dia buat fatal Ka, aku nggak mau nantinya nyesel di kemudian hari"
KAMU SEDANG MEMBACA
Retisalya
RomancePernikahan adalah hal sakral untukku, terimakasih karena kamu menodainya sebelum janji suci itu terucap. -Shafeeya Allexa Ganies- -------------------------------------------------------- Kesalahan yang aku sesali seumur hidup adalah melukai dan mele...