"..PMI kehabisan juga Pak, pendonor kita lagi dijalan ko Pak. Nah itu datang Pak". Langkah Feeya semakin dekat menghampiri keduanya.
"Untung dateng tepat waktu Mbak, Pasien butuh secepatnya. Mari ikut saya Mbak" dan Feeya menuruti sang perawat untuk mengikuti prosedur pendonoran darah.
Setengah jam kemudian Feeya sudah keluar. Ia duduk di bangku tunggu koridor untuk menormalkan dirinya dari rasa pusing dan mual. Sang bapak tadi menghampirinya.
"Terimakasih banyak dek"parau, suara si Bapak seakan menahan tangis.
"Oh iya Pak sama - sama, aku cukup tahu golongan darah ini agak langka jadi sudah biasa Pak dan kebetulan aku termasuk ddp Pak"
"Bapak bener - bener berterimakasih loh dek, PMI kebetulan kosong dan anak Bapak yang se-golongan dengan Ibu sedang ada operasi"
"Maaf, anak bapak sakit ?"
"Oh bukan - bukan, anak Bapak dokter disini dek"
"Oh Alhamdulillah, aku kira anak bapak sedang sakit juga. Semoga cepat sembuh ya pak ibunya"
"Terimakasih banyak sekali lagi"
"Sama sama Pak kalo begitu aku pamit dulu ya Pak". Feeya melanjutkan langkahnya ke tempat tujuan awalnya.
Feeya sudah berada di depan ruangan yang di tujunya. Tanpa mengetuk pintu Feeya membukanya membuat sang pemilik ruangan terkejut.
"Hey Fee, ada apa ?"tanya Genta tersenyum menyambut kedatangan Feeya. Berbeda dengan Feeya yang wajahnya sudah menampilkan wajah sinis.
"Ada apa ? Harusnya aku yang nanya ke Mas Genta. Ada apa Mas ? Kenapa Mas Genta jadi cowo brengsek sekarang ?"
"Eh kenapa tiba - tiba ngomong gitu sih kamu ?"
"Mas sadar nggak sih kalo Ka Syena tuh suka sama Mas Genta"
"Sadar banget"jawab Genta masih tidak mengerti kemana arah pembicaraan Feeya.
"Terus kenapa tega berbuat begitu ? Kalo emang Mas dari awal nggak bisa baleskan Mas bisa ngasih tau Ka Syena. Jangan begini Mas, Ka Syena bukan mainan"
"Aduh Mas nggak ngerti Fee kamu ngomong apa"masih dengan kilatan emosi yang sangat terlihat Feeya menjelaskan ulang apa yang di dengarnya dari Kakaknya.
Genta tersenyum penuh arti mendengar penuturan Feeya. Dan setelah Feeya selesai bercerita, giliran Genta yang meluruskan kesalahpahamannya.
***
Seorang pria berbadan tegap, mata tajam dan wajah terkesan dingin berjalan dengan gagahnya ke ruangan yang akan ia datangi. Saat sudah di depan pintu dan hendak mengetuknya. Ia mendengar suara percakapan seseorang.
"Would you be my wife beauty ?"suara yang sangat di kenalnya berkata dengan nada tulus.
"Aw its so sweet, yes i do"dan tawa bahagia keduanya terdengar kemudian.
Rahang sang pria mengeras, ia tahu ini sudah salah.
"Makasih banyak ya Mas kalo gitu Fee pamit Mas, semoga semuanya berjalan lancar sampe hari H ya ganteng"
"Haha makasih banyak Feeya, Mas nggak sabar nunggu hari H sebenernya. Jadi sekarang keliatan nih gantengnya Mas ?"
"Cuma dikit haha, udah ah aku balik ya Mas. Bye"ucap Feeya keluar dari ruangan Genta dengan senyum dan binar bahagia yang tergambar di wajahnya dan terkejut mendapati seseorang telah berdiri di depannya.
"Aku nggak pernah nyangka kamu bisa serendah ini. Nggak heran sih, buat ukuran cewe yang lebih depresi di tinggal pacarnya selingkuh daripada di tinggal kedua orangtuanya. Ternyata Syena emang udah nggak kenal sama adik kecilnya yang sekarang udah berubah jadi monster buat dia. Pantas saja hidupmu hanya berkutat dengan si brengsek itu karena aku yakin kamu telah menukar waktunya dengan tubuhmu, perempua-"ucapan lelaki itu terhenti saat tangan mungil perempuan di depannya mendarat dengan sangat kencang di pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Retisalya
RomancePernikahan adalah hal sakral untukku, terimakasih karena kamu menodainya sebelum janji suci itu terucap. -Shafeeya Allexa Ganies- -------------------------------------------------------- Kesalahan yang aku sesali seumur hidup adalah melukai dan mele...