Part 10

115 11 1
                                    

Sepagian ini Syena sudah segar dan terlihat ceria saat Feeya sampai di ruang makan.

"Kakak kenapa ?"tanya Feeya hati hati.

"Gapapa, kamu habis ini mau ke cafe ?"

"Iya"

"Kakak ikut"

"Lah ? Libur emang ?" Dan Syena hanya mengangguk sambil meletakkan hidangan terakhir ke meja kemudian ia duduk berhadapan dengan Feeya. Keduanya menyantap sarapan dengan khidmat.

"Kakak siap siap bentar Fee, tungguin"ucap Syena setelah selesai sarapan dan bergegas ke kamarnya.

Feeya juga kembali ke kamarnya untuk mengambil tasnya.
Dan segera turun menunggu kakaknya selesai bersiap.

***

Seperti biasa, saat tiba Cafe belum terlalu banyak pelanggan. Feeya sedikit heran melihat Kakaknya yang sangat antusias membantunya di cafe hari ini. Baru Feeya mematikan mesin mobil, Syena sudah langsung turun memasuki Cafenya.
Feeya hanya geleng - geleng kepala melihatnya. Saat akan memasukkan kunci mobil ke dalam tasnya, sesuatu jatoh dari tas Feeya tanpa Feeya sadari. Dan ia segera masuk ke Cafe mengikuti kakaknya. Namun, seseorang menahan tangannya tepat saat ia baru saja memasuki Cafenya.
Feeya menoleh dan mendapati si sombong di belakangnya, dan tangan si sombonglah yang menahannya.

"Iya ? Ada yang bisa saya bantu Mas ?"tanya Feeya berusaha ramah.

"Lain kali jangan ceroboh"balas si sombong sambil mengulurkan kalung dari tangannya. Feeya terkejut dan langsung mengambilnya. Kalung itu pemberian terakhir sahabatnya yang sangat berarti untuknya.

"Kalo mau bantu, bantu aja, nggak usah ngejugde orang"ketus Feeya mendengar ucapan si sombong yang hanya mengernyitkan dahi mendengar ucapan Feeya.

"Ohya terimakasih"tambah Feeya meninggalkan pengunjung ajaibnya.

Saat akan memasuki ruangan, Feeya mendengar suara kakaknya menyapa seseorang dengan girang. Saat menengok, ia melihat Kakaknya sudah duduk berhadapan dengan si dokter sombong.

"Hey, kenapa sih pagi- pagi udah kusut aja tuh muka"sapa Audrey pada atasannya.ĺ

"Kesel liat pelanggan kesayangan lo"

"Haha siapa ? Mas Abi ?"

"Bodo amat namanya siapa, udah ah gue ke dalem dulu ya. Awasin Kakak gue takut betingkah haha"

"Dasar adek kurang ajar lo Fee"balas Audrey yang langsung berjalan meninggalkan Feeya.

Feeya berkutat di dapur membantu chef nya yang lain.

"Mbak sering - sering deh nongkrong di dapur biar nggak kusut liatnya mereka mulu"keluh Raisa.

"Haha bukannya enak kamu disini cewe sendiri ?"

"Ah mbak sih nggak tau gimana mesumnya manusia - manusia ini. Kalo nggak kuat iman otak aku udah pasti terkontaminasi ini Mbak"

"Ngomong apaan toh Saa ?"goda Demas sambil melumuri pipi Raisa dengan tepung terigu. Raisa dengan gesit mencubit perut rata Demas.

"Aduuh sakit Sa sakit"

"Heh itu udah mateng Mas, Sa minumnya buruan siapin"seru Mas Andra mengingatkan keduanya.

Feeya tertawa geli melihat Demas dan Raisa. Dua orang yang saling mencintai namun memilih diam.

"Mbak kalo mau nonton sinetron mending di dalem aja"Ghani jail menggoda Feeya dengan tangan yang masih cekatan meracik menu yang di pesan pelanggan.

"Haha yang live jarang Ghan"

"Jangan masuk Fee, disini aja ngeliatin gue"

"Biar apa gue liatin Wa ?"

RetisalyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang