Part 13

74 11 0
                                    

Feeya tak mau mendengarkan kakaknya. Ia sudah benar - benar di ambang pintu dengan pintu yang sudah terbuka lebar dan Feeya bersiap meloncat saat Abi akhirnya menginjak rem karena desakan Genta.

***

"Fee-"baru ingin ikut menenangkan namun Feeya sudah keluar dari mobil dan menutupnya.

Berlari menjauh. Airmatanya meluruh. Ia terisak sambil mencari angkutan untuk membawanya pulang. Hampir 20 menit berjalan akhirnya ia melihat taksi di kejauhan. Ia segera menaikinya dan menyebutkan alamat rumahnya.

Setengah perjalanan sang supir taksi terlihat semakin gelisah membuat Feeya ikut penasaran.

"Kenapa pak ?"tanyanya dengan suara serak.

"Itu .. anu mbak kayaknya ada yang ngikutin kita"jawabnya sambil melihat ke spion dalam.

Feeya tau, itu pasti rombongan dokter nyebelin itu.

"Udah biarin aja pak" dan supir taksi akhirnya diam.

Sesampainya dirumah Feeya segera masuk dan berjalan ke arah kamarnya setelah menutup pintu rumahnya terlebih dahulu. Lelah badannya sudah tak sanggup ia tahan. Feeya bergegas mandi dan langsung merebahkan diri saat sudah nyaman dengan piyamanya. Mengecek jam di layar ponselnya yang sudah menunjukkan jam 1.30 dini hari. Dan tak butuh waktu lama Feeya sudah mengarungi dunia mimpinya saat Syena memasuki kediamannya. Memastikan seluruh pintu sudah terkunci dan mematikan lampu lantai bawah dan berjalan dengan gontai ke kamarnya. Ia membersihkan diri berharap lelahnya berkurang. Setelah siap dengan piyamanya Syena keluar dari kamarnya berjalan ke kamar adiknya yang tidak di kunci. Syena bergabung dengan adiknya di ranjang yang terlihat sudah nyenyak dalam tidurnya.

***

Pagi itu Feeya terbangun dengan napas yang terasa berat. Ada sesuatu yang menimpa dadanya. Ia menoleh mendapati wajah kakaknya sedang tertidur pulas memeluknya. Feeya dengan perlahan menyingkirkan tangan kakaknya dan bergegas mandi. Segar terasa saat air dingin mengguyur tubuhnya.

Selasai mandi, Feeya segera turun untuk menyiapkan sarapan untuknya dan kakaknya tentu saja. Kakaknya turun dengan pakaian rapih saat Feeya sedang memindahkan nasi bakar yang di buatnya ke meja makan. Syena masih merasa bersalah pada adiknya. Menatap adiknya penuh penyesalan. Saat menyadari kehadiran kakaknya Feeya menatapnya dan tersenyum lembut.

"Duduk ka, yuk sarapan"ajak Feeya sambil menarik kursi untuk ia duduki.

Syena duduk di hadapannya.
"Fee, kakak bener - bener minta maaf masalah semalem"sesal Syena.

Feeya kembali tersenyum lembut kearah kakaknya.

"Aku yang minta maaf Ka udah ngomong kasar ke kakak, udah ngebentak kakak juga dan yang paling bikin malu tuh aku drama banget semalem"

"Kamu wajar begitu, kakak salah. Pas kakak bilang kakak on the way, ada kecelakaan. Ugd butuh kakak, jadi kakak bantu dulu. Padahal Mas Genta sama Abi udah di sana. Tapi ternyata korbannya banyak. Selesai itu kakak langsung jemput kamu, tapi sampe di belokan rumah sakit mobilnya mogok. Karena jarak sama rumah sakit masih deket, kakak balik lagi minta tolong Mas Genta. Double sial karena Mas Genta nggak bawa mobil, pas berangkat dia jalan sama Ayah yang malem itu jelas udah pulang. Kebetulan Abi denger, nawarin buat nganter kakak. Mas Genta nggak mau kakak duaan sama Abi, kakak aja heran kenapa Mas Genta jadi aneh gitu. Mana mereka sempet debat sampe akhirnya kita bertiga yang jemput kamu. Tapi kejebak touring geng motor. Macet beneran deh"Syena menjelaskan kejadian yang di alaminya semalem hingga membuat adiknya menunggu sangat lama.

"Aku ngehubungin kakak, tapi nggak aktif. Aku juga nelpon Mas Genta, tapi nggak diangkat"

"Handphone kakak mati, handphone Mas Genta ketinggalan di jasnya. Maafin kakak ya"

RetisalyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang