Feeya berjalan menghampiri seseorang yang tengah berdiri menantinya di depan pintu sebuah panti asuhan. Senyumnya mengembang melihat laki - laki yang juga sedang menebar senyum padanya.
"Ko sendiri ? Yang lain mana ?"tanya Feeya mencari keberadaan kakak dan calon kakaknya.
"Syena harus operasi darurat terus Genta belum selesai operasinya" jawab Abi sambil mengikuti langkah Feeya masuk ke dalam panti asuhan untuk menemui anak - anak yang sudah menanti kehadiran mereka.
Setengah tahun sudah berlalu, hubungan Feeya dan Abi mengalami kemajuan pesat. Abi sudah meminta maaf pada Feeya dan memperbaiki hubungannya dengan sahabat almarhumah adiknya itu. Feeya sendiri tak ingin memperpanjang perseteruannya dengan Abi. Dan seperti saat ini, keduanya memang sudah cukup akrab. Feeya dan Abi kini tak jarang menghabiskan waktu bersama untuk sekedar bertukar cerita atau membunuh rasa bosan. Keduanyapun kerap melakukan beberapa aktivitas bersama, seperti mengunjungi panti asuhan saat ini misalnya. Sebenarnya, kunjungan ini rutin mereka lakukan sebulan sekali bersama Syena dan Genta tapi hari ini special karena pada tanggal ini peristiwa bersejarah beberapa tahun silam tengah terjadi. Dan mereka memilih cara ini untuk merayakan dan mengenangnya.
Seorang wanita paruh baya menghampiri keduanya sambil tersenyum. Feeya memeluk lembut wanita yang masih cantik di usianya yang sudah tidak lagi bisa di bilang muda.
"Apa kabar bu ?"tanya Feeya pada bu Amima, pengurus dan pendiri panti asuhan ini.
"Baik sayang, ibu baik. Kalian apa kabar ?"tanya bu Amima pada Feeya dan Abi. Feeya dan Abi memang sudah beberapa kali ke panti asuhan ini.
"Baik juga ko bu, ini bu maaf ya seadanya dari kami. Semoga bermanfaat ya bu"ucap Feeya memberikan amplop kepada bu Amima.
"Terimakasih banyak ya nak Feeya, Abi. Terimakasih banyak"bu Amima menerimanya.
"Ayo masuk, ko tumben berdua ? Mbak Syena sama Mas Genta kemana ?"tanya bu Amima sambil mengajak Feeya dan Abi menemui anak - anak panti yang tengah bermain di ruang tengah. Feeya dan Abi mengekorinya sampai ke ruangan yang luas, tempat anak - anak berkumpul.
"Masih ada pasien yang membutuhkan bu, jadi hari ini absen dulu"jawab Abi menanggapi pertanyaan bu Amima.
"Oh gitu, yasudah gapapa. Anak - anak liat nih siapa yang dateng"seru bu Amima mengalihkan fokus anak - anak. Melihat Feeya dan Abi yang tersenyum lembut pada mereka membuat mereka menghambur menghampiri Feeya dan Abi.
"Ka Feeya bawa buku lagi ?"tanya gadis manis yang usianya hampir 8 tahun. Shabrina namanya, gadis ini sangat gemar melahap buku bacaan yang sering Feeya bawakan. Feeya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban dan sorakan gembira dari beberapa anak terdengar sebagai sahutan.
"Ka Abi juga bawa mainan kan Ka ?"kali ini anak laki - laki berusia 6 tahun bernama Bimo bertanya pada Abi dengan tangan yang terus menggelayuti lengan Abi.
"Tenang, ka Abi bawa mainan ko buat kalian. Ada yang mau bantu ka Abi buat mindahin mainannya ?"tanya Abi yang jelas saja di sambut acungan tangan antusias dari anak - anak. Feeya terkekeh melihat pemandangan di sebelahnya. Karena memang tak memiliki banyak waktu keduanya kini berbalik kembali ke halaman depan panti asuhan. Mainan yang di bawa Abi sudah di letakkannya di teras sedangkan buku - buku yang di bawa Feeya masih tersimpan rapih di bagasi mobilnya.
Keduanya terlihat begitu asik berada di kerumunan anak - anak. Feeya yang tengah mendongeng dan Abi yang tengah bermain robot - robotan dengan anak lelaki lainnya. Saat telah selesai mendongeng, tak sengaja pandangan Feeya mengarah pada Abi yang terlihat sangat nyaman berada di antara anak - anak. Bibir Feeya reflek terangkat membentuk sebuah senyuman tulus. Abi yang merasa di perhatikan menoleh dan mata mereka bertemu. Tak lama, karena Abi segera menghampiri Feeya setelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Retisalya
RomancePernikahan adalah hal sakral untukku, terimakasih karena kamu menodainya sebelum janji suci itu terucap. -Shafeeya Allexa Ganies- -------------------------------------------------------- Kesalahan yang aku sesali seumur hidup adalah melukai dan mele...