Waktu berjalan begitu cepat. Feeya sudah melewati seminggu sejak kejadian yang membuatnya tersedu dalam dekapan Audrey itu. Tapi, tangisnya hanya malam itu. Karena paginya semua kembali normal sampai detik ini. Feeya kembali menipu orang lain dan dirinya sendiri. Tapi siapa yang peduli ? Menunjukkan keterpurukan sama saja menampakan kelemahan dan itu takkan ia lakukan lagi.
Feeya membuka pintu Cafe nya. Kosong, jelas saja jam buka masih lama. Feeya memang sengaja hari ini datang pagi untuk mengecek pekerjaanya yang masih setumpuk. Setelah meletakkan tas di ruangannya, Feeya berjalan ke dapur. Rasanya ia butuh hot chocolate untuk menemaninya bertugas. Dan langkah Feeya terhenti tepat di pintu dapur. Telinganya menajam, meyakinkan otaknya bahwa benar itu suara tangisan seseorang. Tiba - tiba saja bulu kuduknya merinding.
Siapa yang menangis di dapurnya sepagi ini ? Batin Feeya bertanya. Dengan perlahan, ia mendekati sumber suara. Dan ia benar - benar terkejut melihat perempuan muda tengah terduduk disana. Sedikit bernafas lega karena Feeya yakin yang ada di depannya adalah manusia. Bukan makhluk halus."Raisa .."panggil Feeya setelah yakin bahwa yang ada di depannya adalah karyawannya. Raisa menoleh dan langsung menghambur ke pelukan Feeya. Feeya tak bertanya ataupun mencoba berpetuah. Ia sangat tahu, disaat seperti ini seseorang tidak membutuhkan apapun selain kehadiran orang yang bisa menemaninya tanpa banyak bertanya dan tanpa perlu memberi motivasi. Cukup sebuah pelukan yang menenangkan.
Satu jam berlalu dengan Raisa yang masih terisak di pelukannya meski sudah tidak sekencang saat ia baru datang tadi. Raisa lebih muda darinya, Feeya tahu gadis ini terlalu banyak memendam dukanya sendiri. Mengingat ibundanya yang telah tiada dengan ayahnya yang kembali membina rumah tangga sudah cukup menjelaskan di tambah ia yang harus meneruskan usaha ibunya dalam dunia fashion di usia yang terlalu muda. Raisa, seperti dirinya saat dulu. Tak memiliki banyak pilihan dalam menentukan perjalanan hidupnya.
"Sa, pulang aja ya. Kamu lagi nggak fit gini. Kamu nggak mau kan yang lain liat kondisi kamu yang lagi gini ?"jelas saja Feeya tak tega melihat Raisa tetap bekerja hari ini. Masalah yang tengah di hadapinya pasti sangat berat. Namun gadis keras kepala ini malah menggeleng.
"Makasih mbak udah mau nemenin aku, aku bakal baik - baik aja ko"jawab Raisa dengan suaranya yang sangat parau. Pintu Cafe terdengar di buka sebelum langkah kaki tergesa mendekat ke dapur.
"Ca .."panggi suara yang Feeya hafal. Demas, salah satu managernya yang sejak dulu memang dekat dengan Raisa. Raisa sendiri menghapus jejak airmata di wajahnya meski menurut Feeya itu tidak berguna. Demas berdiri diantara Feeya dan Raisa yang masih terduduk.
"Eh Fee tumben jam segini udah dateng ?"tanya Demas canggung karena ia pikir Raisa sendiri. Feeya tersenyum.
"Aku mau ngegarap laporan tadinya"
"Mbak makasih banyak ya, aku ke kamar mandi dulu"Raisa menyela kemudian bangkit hendak meninggalkan keduanya namun tangannya di tahan Demas, dan dengan gerakan kilat Demas menarik tubuh Raisa dan langsung mendekapnya dalam pelukan. Feeya terkejut tapi enggan mengganggu dan memilih kembali ke tempatnya. Tapi langkahnya terhenti,
"Mas bawa Raisa pulang aja, biar istirahat"ucapnya kemudian melanjutkan langkahnya ke office.
Feeya duduk di kursi kebesarannya menatap layar ponsel yang mendisplay foto dirinya dengan Nata yang tengah menggoda Rayyen, anak mas Ragil.
Feeya sangat ingat hari itu, menjelang pernikahan mas Raga dan mbak Anggi. Feeya mengajak Nata karena permintaan Ayah dan Ibu. Dan hari itu mas Ragil datang bersama keluarga kecilnya. Feeya segera mengambil alih Rayyen saat melihatnya karena kelucuan bocah itu dan Nata sepertinya juga tak tahan melihat kelucuan Rayyen. Saat itu, mbak Kirana -istri mas Ragil- mengabadikan potret kami saat tengah menggoda si cubby Rayyen. Wajah Feeya langsung memerah melihat fotonya yang terlihat sangat intim itu tapi melihat wajahnya cemberut Nata malah tertawa. Tanpa sadar Feeya tersenyum, Nata benar - benar memberi banyak hal indah padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Retisalya
RomancePernikahan adalah hal sakral untukku, terimakasih karena kamu menodainya sebelum janji suci itu terucap. -Shafeeya Allexa Ganies- -------------------------------------------------------- Kesalahan yang aku sesali seumur hidup adalah melukai dan mele...