Part 4

134 12 2
                                    

Feeya keluar rumah, menghidupkan mobilnya dan berlalu meninggalkan rumahnya.
Ia butuh udara segar. Ia butuh menenangkan diri. Ia butuh waktu untuk dirinya sendiri. Di lajukannya mobil Feeya ke tempat yang sudah sangat lama tak di kunjungi. Terakhir, 10 tahun yang lalu saat ia kehilangan orang yang juga sangat berarti untuknya. Tempat ini memiliki banyak kenangannya dengan seseorang di masa lalunya.

Setelah memarkirkan mobilnya, Feeya keluar. Berdiri cukup lama di depan mobilnya. Menikmati udara segar yang menggelitik hidungnya. Di depannya, hamparan laut dengan deburan ombak yang terdengar indah di telinganya. Laut hanya menampilkan pendar gelap disana, tapi bintang terlihat begitu indah di atas luasnya langit. Terlihat sangat jelas.

Tidak ada orang lain, tentu saja. Apa yang Feeya harapkan di pantai pada dini hari seperti ini.
Tapi justru ini yang ia mau. Ia butuh sendiri saat ini. Di langkahkan dengan pelan kakinya menuju laut yang luas.

Kakinya mulai menyentuh air yang terasa dingin. Reflek Feeya mengeratkan hoodie yang di kenakannya.
Di atas ayunan, ia labuhkan tubuhnya. Menatap riak ombak yang menyentuh kakinya.

Ingatannya melayang ke beberapa tahun yang lalu, saat pertama kalinya ia menerima perasaan Qian yang sudah di nyatakannya sebanyak 5 kali.

"Whoa ! Akhirnyaaaa, aku hampir putus asa tau nggak sih. Kamu tuh ya susah banget sih tinggal bilang iya aja"girang Qian saat itu.

"Dih terserah akulah"

"Tapi sebenernya apa sih alasan kamu ragu sama aku ?"

"Bukannya ragu sih Qi, cuma aku pengen liat seserius apa kamu sama aku. Aku sengaja juga bikin kamu bener bener kaya berjuang dapetin aku gitu. Soalnya aku pengen suatu waktu kalo kamu mau berbuat salah sama hubungan ini, kamu bakal inget kalo buat ngebangun hubungan ini aja kamu usaha banget. Masa mau ngehancurinnya semudah itu".

"Aduuh pacar aku dewasa banget siih. Nggak salah deh aku melabuhkan hati aku ke kamu"

"Gombal" jawab Feeya dengan semburat merah di pipinya.

"Aku harus berterimakasih banget nih sama Abel. Nggak ada dia aku nggak bakal di terima deh kayaknya sama kamu"

"Haha Abel kan isi hati aku, kamu nggak salah kalo minta bantuan sama dia"

"Oke, kuncinya di Abel nih kalo ada apa apa"

"Apaan nih sebut - sebut nama aku ?"yang di bicarakan muncul di hadapan keduanya. Qian segera tersenyum girang kepada sahabat Feeya.

"Abeeel, makasih bangeet yaaa"

"Udah jadian kalian ?"tanya Abel terkejut sekaligus gembira.

"Haha udaaah, makasih banyak my angel"kali ini Feeya yang menjawab dan memeluk Abel bahagia.

Feeya menyeka airmatanya, sesak di dadanya masih sangat terasa. Begitu banyak kenangan tentang Qian yang bersarang di otaknya. Feeya menatap langit yang terlihat cerah seakan hendak menghiburnya.

 Feeya menatap langit yang terlihat cerah seakan hendak menghiburnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
RetisalyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang