Senin pagi. Ify memasuki area sekolahnya setelah memakirkan motornya. Lagi-lagi, saat melewati koridor, Ify menjadi pusat perhatian."Eh, ade kelas!" Ify berhenti berjalan saat 3 gadis yang merupakan senior berdiri menghalangi jalan Ify.
"Kenapa?" tanya Ify datar. 3 gadis itu menatap Ify dengan tatapan tidak suka sedangkan Ify hanya memberikan tampang datarnya.
"Apa-apaan rambut diwarna-warnain? Kaos kaki semata kaki? Rok diatas lutut? Lengan almameter digulung-gulung? Sepatu warna putih? Khusus hari senin, sepatu warna hitam! Gak pake dasi lagi! Lo kira di sekolah itu gak ada peraturannya? Gak usah sok deh, lagian biar apa sih penampilan kek gini? Ngebet famous?" gadis yang berada di tengah itu menatap Ify dengan tatapan tidak suka dan juga dengan tatapan jijik.
Gadis itu memang sangat benar tentang deskripsi penampilan Ify sekarang. Entah sudah berapa kali Ify mengganti warna rambutnya. Pertama masuk saat kelas X, warna rambutnya normal, warna hitam. 3 bulan kemudian ganti warna hijau tosca, ungu, pink, lalu biru muda, dan sekarang berwana coklat.
"Ya ampun, perhatian amat sih sama gue. Lo denger ya, KAK TANIA, gue lebih suka berpenampilan kek gini. Penampilan yang bikin gue bebas dan jadi diri gue yang sebenarnya. Daripada di sekolah berpenampilan rapih sedangkan diluar berpenampilan kek jablay? Well, gue gak ngebet famous kok. Gue mah emang udah famous dari pertama masuk." sahut Ify santai sambil tersenyum miring.
Orang-orang yang ada disekitar Ify dan Tania pun seperti tidak ingin melewatkan debat antara Most Beautiful sekaligus Queen Of the School yang merupakan julukan untuk Ify sekarang ini. Sedangkan Tania mendapat gelar itu saat sebelum Ify datang ke Southeast Wood. Mungkin itulah yang membuat Tania geram karena gelar yang ia miliki diambil alih oleh Ify saat gadis itu baru saja masuk SMA 1 tahun yang lalu. Bukan diambil alih sebenarnya, tetapi para siswa lah yang tiba-tiba memberi gelar itu pada Ify. Sedangkan Ify tidak pernah peduli sedikitpun tentang hal itu.
"Berani lo ya, ngejawab!" timpal salah satu teman Tania yang berdiri disamping kanan. Ify tertawa seperti tokoh antagonis di film-film.
"Buat apa gue dikasih mulut sama Allah kalo nggak buat ngomong, hmm?" tanya Ify santai sambil menaikkan sebelah alisnya. Wajah Tania terlihat memerah menahan amarah karena adik kelas yang sama sekali tidak mempunyai rasa takut itu.
"Setidaknya lo itu harus hormat sama yang lebih tua dari lo! Gak pernah diajarin sopan santun sama orang tua lo ya?" sekarang, teman yang berada di sebelah kiri Tania-lah yang berbicara. Lagi-lagi, Ify hanya memasang senyuman miring yang bisa membuat para siswa Southeast Wood merinding.
"Orang yang lebih tuanya yang kayak gimana dulu? Kalo orang yang lebih tuanya macem kalian yang suka semena-mena sama yang lebih muda, yaitu adek kelas lo sendiri, buat apa hormat? Gue lebih rela hormat ke tiang bendera selama 5 jam daripada hormat sama senior kek kalian." ucap Ify santai setelah itu pergi dari hadapan Tania dan entek-enteknya. Sedangkan para siswa Southeast Wood yang melihat kejadian itu hanya menatap Ify tidak percaya. Salute dengan perkataan Ify yang memang benar adanya.
Tania tidak bisa menahan lagi. Kali ini dia benar-benat dibuat mati kutu di depan orang-orang yang tengah menontonnya. Dengan cepat, Tania menarik pergelangan Ify yang langkahnya belum terlalu jauh. Setelah Ify berbalik, tangan Tania melayang keudara siap untuk mendaratkan telapak tangannya di pipi tirus Ify.
Hap!
Sebelum tangan Tania benar-benar mendarat, sebuah tangan lain sudah mencekal tangan Tania terlebih dahulu. Ify yang otaknya masih berjalan lamban hanya menatap bingung.
"Jangan berani nyakitin Ify!" desis pemilik tangan dengan tatapan tajamnya. Sedangkan Tania meringis kesakitan karena pergelangan tangannya yang dicekal oleh pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDZONE [✓]
Teen Fiction"Sometimes I hate it when I remember that we're just a best friend." publish: 2017 republish: 2020