49. Kita

242 18 0
                                    

"Diana?"

      Gadis yang tengah duduk bersandar melamun di atas ranjang queen size nya jadi tersentak kaget. Cewek cantik itu menoleh ke pintu kamar, melihat sahabatnya masuk ke dalam kamarnya.

"Ngapain lo kesini?" tanya Diana tak bergerak. Gadis tinggi yang merupakan sahabat Diana sejak Diana masih di Bandung itu berdecih sinis.

"Gue rela jauh-jauh dari Bandung kesini, dan gitu balasan lo? Tahu gitu gue nggak usah kesini," oceh sahabat Diana lalu beringsut naik keatas ranjang, duduk di samping Diana.

"Dih sensi amat lo lagi PMS?" tanya Diana balas sinis, "Dara... Dara... pipi lo makin gembul ih, sini mau gue unyel-unyel," Diana berubah menjadi manis dengan tangannya yang ingin menyentuh kedua pipi sahabatnya yang chubby itu.

"Dasar ular," gadis bernama Dara itu terkekeh pelan, lalu menatap pergelangan kaki Diana yang memerah.

"Udah ngorbanin diri, dianya notice lo aja nggak. Untung nggak mati lo," sindir Dara pedas, membuat ekspresi Diana jadi mengeruh.

"Diem aja lo!"

"Kalo emang rencana lo berhasil, pasti tuh si Raffa bakalan termakan berita. Dia bakal ikut curiga sama Ify. Lah inimah boro-boro curiga, eh malah mau jenguk lo ke UKS bareng tuh cewek. Pake lihat adegan mereka peluk-pelukan segala lagi. Untung banget 'kan lo nggak mati," Dara seolah tak peduli, malah makin mengompori.

"Lama-lama lo ya, Ra, yang gue bikin mati," Diana memajukan diri kearah Dara dengan tangan terulur seolah ingin mencekik sahabatnya itu. Dara malah tertawa pelan, dengan tubuh memundur, menghindar dari amukan Diana.

"Diana... Diana... mundur aja deh, gue sih yakin ya si Raffa sama Ify tuh terlibat friendzone," kata Dara santai tanpa beban. Diana yang mendengar itu jadi mendelik tajam.

"Mana mungkin?"

"Mungkin aja. Meskipun nggak lihat, denger dari cerita lo aja gue udah bisa langsung tahu bau-baunya."

"Nggak. Gue udah sejauh ini, gue nggak bakal nyerah," putus Diana dengan wajah mengeras dan tatapan tajam.

Dara yang melihat itu mendesah berat. Hafal dengan tabiat sang sahabat yang sangat ambisius, bahkan rela mencelakakan dirinya sendiri, "ya gue sih dukung tadinya, tapi lihat lo masokis gini, mending nggak usah lagi deh, Na. Gue khawatir, gue tuh takut lo kenapa-napa," kini intonasi Dara melembut, berharap Diana mengerti.

"Makasih udah khawatir sama gue, tapi gue ini Diana Renayastasia. Gue cewek kuat, lo tenang aja, Ra. Gue yakin gue bisa dapetin Raffa."

***

"Dihhhhh mukanya padahal cantik banget anjir, kayak bidadari seriusan, gue sempet mikir, ah gue mau cantik kayak Diana, tapi apaan dah. Iblis begitu,"

      Viona mendumel sendiri sambil mencomoti keripik pedas di dalam toples ukuran sedang milik Clara. Clara yang sedang sibuk membuat tugas di laptop menoleh sebentar kearah Ify yang tidur-tiduran diatas sofa besar Clara sambil menatap langit-langit kamar.

"Kok beneran ada ya, antagonis gitu? Gue kira di drama doang," sahut Clara tak berkomentar banyak. Sedangkan Ify hanya diam saja sehabis cerita kejadian Diana yang jatuh dari tangga tadi. Ah ralat, bukan jatuh, tapi menjatuhkan diri.

"Fy, mending lo bilang aja ke Raffa-nya. Biar dia tahu, Diana tuh ular," saran Viona jadi emosi sendiri. Ify manyun, jadi menoleh kearah Viona.

"Mana bisa begitu?" tanya Ify sebal.

"Ya bisa lah! Ini juga 'kan ada kaitannya sama Raffa. Dia begitu karena naksir Raffa 'kan?"

Kini Ify terdiam. Tidak bisa menjawab. Gadis cantik itu akhirnya bangun, "gue bingung," setelah hening 1 menit, akhirnya Ify bersuara. Kini Clara dan Viona kompak menatap Ify dengan tatapan bingung.

FRIENDZONE [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang