"Cla, pulang ke rumah lo aja ya. Gue males balik ke rumah," ucap Ify pada Clara yang sedang fokus mengendarai motornya dan dijawab anggukan.Setelah sampai di depan rumah Clara, gadis itu langsung memarkirkan motornya dan masuk ke dalam rumah. Diikuti oleh Ify dibelakangnya.
"Assalamualaikum, Bunda?" panggil Clara pada Sinta yang merupakan bundanya yang sedang duduk disofa.
"Waalaikumsalam." Clara mencium punggung tangan Sinta begitupun dengan Ify.
"Assalamualaikum, Bunda." Ify mengucap salam sambil tersenyum. Yap, Ify memang memanggil Bundanya Clara dengan sebutan Bunda juga karena Sinta yang meminta. Juga karena Clara dan Ify sudah bersahabat sejak kecil dan Sinta yang sudah menganggap Ify sebagai anak kandungnya sendiri.
"Waalaikumsalam, sayang." jawab Sinta sambil tersenyum lembut.
"Eh, Bunda bikin cupcake loh. Kalian ganti baju gih, abis itu turun kebawah. Kita makan sama-sama," ucap Sinta. Mereka mengangguk berbarengan lalu pergi ke kamar Clara yang berada di lantai dua.
***
Setelah memakan cupcake buatan Sinta, Clara, dan Ify kembali ke kamar Clara. Si pemilik kamar sibuk dengan tugas rumahnya sedangkan Ify sibuk memainkan PSP yang selalu dibawanya saat sekolah sekalipun.
"Cla, gue nginep di rumah lo ya?" tanya Ify pada Clara yang sedang fokus di meja belajarnya.
"Terserah. Asal orangtua lo tau lo nginep di rumah gue," jawab Clara masih fokus pada tugasnya.
"Kenapa mereka harus tau? Toh mereka juga gak peduli." Ify menyahuti santai, membuat fokus Clara jadi teralih dan menatap sahabatnya yang masih fokus bermain PSP kini.
"Bagaimanapun juga, mereka orang tua lo, Fy."
"Mereka emang orangtua gue, tapi gue bukan anak mereka. Mereka gak pernah nganggep gue ada, Cla," sahut Ify yang juga menatap Clara sejenak kemudian memainkan PSP nya kembali. Clara menghela nafas lalu membuangnya kasar. Gadis itu kini lebih memilih melanjutkan tugasnya kembali tanpa menanggapi ucapan Ify lagi. Clara tahu, ia tidak bisa membahas hal yang menyangkut orangtua Ify lebih dalam lagi. Clara sangat tahu, sahabatnya itu akan sangat sensitif bila membahas masalah keluarganya dan ujung-ujungnya, pasti mereka akan beradu argumen.
Setelah 2 menit berada pada keheningan karena terhanyut dengan kegiatan masing-masing, akhirnya Clara bersuara kembali.
"Fy, lo gak ada PR apa?" tanya Clara sambil ikut bersandar pada kepala ranjang di sebelah Ify. Ify menggeleng sambil fokus pada PSP nya.
"Lo gak pengen cerita apa gitu ke gue?" tawar Clara. Ify berpikir sejenak lalu tersenyum seketika dan meletakkan PSP nya.
"Oiya, gue pengen cerita sama lo!" Heboh Ify dengan senyuman yang tidak luntur sama sekali dari bibirnya. Clara mengernyit penasaran.
"Tell me then!" perintah Clara.
"Gue pernah cerita sama lo, kan, kalo gue suka sama senior yang jadi mentor di kelas gue pas MOS saat gue baru masuk SMA?" tanya Ify. Clara mengangguk.
"Dika Firmansyah?" tanya Clara memastikan. Ify mengangguk mantap.
"Yap. Tadi kan gue nungguin lo jemput di depan pos satpam, dan Kak Dika juga nungguin jemputan dan berdiri di samping kanan gue. Singkat cerita, gue ngeliat lo dan langsung jalan ke arah lo dan naik ke atas motor. Terus pas gue udah naik ke atas motor, gue sengaja nengok ke tempat dimana tadi gue berdiri dan pandangan gue mengarah ke Kak Dika. Saat itu juga gue merasakan oksigen di bumi semakin menipis, Cla! Asli! Dia senyum ke gue! Kak. Dika. Senyum. Ke. Gue. Dan gue cuman bales senyuman kecil dan langsung mengalihkan tatapan sebelum dia liat pipi gue yang merah kayak tomat busuk. Aaaa ini pertama kalinya dia senyum ke gue, Cla! Senyumannya itu ya ampun!" cerita Ify panjang lebar dengan hiperbola diceritanya. Sampai Clara bisa melihat kebahagiaan yang terpancar dari mata hazel sahabatnya itu. Jujur, Clara pun bahagia melihat mata hazel sahabatnya yang juga dianggap sebagai saudara kandungnya itu berbinar.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDZONE [✓]
أدب المراهقين"Sometimes I hate it when I remember that we're just a best friend." publish: 2017 republish: 2020