Hellooo aku update lagi hehe
Maybe, ini update terakhir di bulan ini bcs mulai minggu2 berikutnya me mulai sibuk dgn usbn dan unbk doain yaaaa smoga semuanya lancar dan dapet nem tinggi jadii aku bisa masuk smk negri tujankuu huhuhu
Ah byk cot ya gue wkwk:(
Okay, happy reading❤
******
Tangan mungil yang hampir saja ingin menarik kenop pintu berhenti. Gadis itu megurungkan niatnya lalu membalikkan tubuhnya.
"Raf?"
"Hm?"
"Makasih udah nganter gue ke rs."
Sebelum masuk ke dalam ruangan bernomor 223 itu, gadis yang tak lain adalah Ify itu berbicara pada sahabatnya yang berdiri tidak jauh di belakangnya--sekarang mereka berhadapan. Pria itu hanya menganggukkan kepala dengan kedua tangan yang masih setia tersimpan di dalam saku celana seragamnya.
"Gue pergi dulu, Fy."
"Eh, Raf,"
Baru saja pria itu ingin berjalan, suara Ify kembali terdengar.
"Private number gue.. jangan lo kasih siapa-siapa ya? Walaupun dia sahabat gue, atau siapapun."
"Oke."
"Dah sana." Ucap Ify. Raffa mengangguk lalu mulai berjalan menjauhi Ify. Sedangkan Ify masih setia berdiri di tempatnya sambil menatap punggung pria itu yang semakin mengecil sesuai dengan langkahnya. Hingga diujung koridor, pria itu tidak lagi terlihat di pandangannya.
Ify membalikkan tubuhnya lalu membuka kenop pintu. Pemandangan yang pertama kali dilihatnya adalah Zyan yang sedang duduk di kursi yang ada di sebelah brangkar sambil menonton serius pertandingan sepak bola yang terpampang di layar televisi dan juga Dimas yang duduk di atas brangkarnya dengan arah tatapan yang sama dengan Zyan.
"Permisi," merasa Zyan dan Dimas tidak menyadari kehadirannya, Ify mengeluarkan suara guna mengalihkan perhatian kedua pria dewasa yang tampan itu. Benar saja, mereka berdua langsung menoleh ke sumber suara dan mendapati seorang gadis dengan jeans hitam yang kebesaran, kaos putih, dan dibalut dengan jaket hitam yang terlihat gombrong karena dipakai gadis mungil itu. Oiya, jangan lupa dengan topi hitam dan kacamata kotak tebal yang membuat gadis itu terkesan misterius.
"Ify? Sini masuk!" Mendengar perintah dari abangnya, Ify kembali menutup pintunya lalu berjalan mendekati Dimas dan Zyan.
"Hai Kak Dimas. Cepet sembuh ya. Ini, Ify bawain buah-buahan." Ify mengangkat keranjang yang biasa dipakai untuk membuat pastel saat lebaran yang berisi berbagai macam buah-buahan. Ia sengaja membelinya dijalan tadi untuk Dimas.
Dimas tersenyum walaupun beberapa detik lalu ia sempat tidak percaya kalau gadis yang datang itu adalah Ify, adik dari sahabatnya. Ia bingung apa yang terjadi dengan penampilan Ify. Jeans hitam, sneakers, dan kaos putih yang dikenakan gadis itu seperti tidak asing di matanya.
"Makasih, Fy. Seharusnya lo gak usah repot-repot beliin gue buah segala." Ucap Dimas. Ify hanya tersenyum. Lalu ia meletakkan buah-buahannya diatas nakas.
"Oiya, maaf Dim, sneakers, jeans, sama kaos lo dipinjem adek gue dulu. Gue belum sempet beliin dia baju semenjak dia tinggal sementara di apartemen lo." Ujar Zyan.
"Ralat ya Zyan, apartemen kita. Bukan apartemen gue." Balas Dimas. Zyan terkekeh.
"Iya iya. Sorry ya Dim, nanti pas dia udah beli baju, gue gak utak-utik lemari lo lagi kok."
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDZONE [✓]
Teen Fiction"Sometimes I hate it when I remember that we're just a best friend." publish: 2017 republish: 2020