Rrrriiinggggg!!!
Suara yang sangat menganggu itu terpaksa membuat mataku terbuka dan terbangun dari mimpiku. Dengan kesal, aku segera mematikan suara berisik yang berasal dari ponselku yang kuletakkan diatas nakas samping ranjang.
Ify's POV off
Author's POV on
Seorang pria berperawakan tinggi dengan wajah yang hampir sempurna berjalan menyusuri koridor sekolah menuju kelasnya. Wajahnya yang hampir sempurna itu tidak pernah berhenti menarik perhatian para siswi. Dari yang berpas-pasan sampai para siswi yang juga kebetulan berada di koridor. Bahkan ada yang sengaja menyapa pria beralis tebal itu. Tapi, sang pria hanya diam tidak menjawab satupun sapaan dan tetap berjalan dengan memasang wajah datar.
Setelah sampai di kelas, pria itu langsung duduk di tempatnya dan melirik bangku kosong yang ada di sebelahnya. Menatap lama tempat dimana teman sebangkunya itu biasanya duduk.
"Lo beneran pergi ke asrama ya, Fy? Bahkan gue belum ngucapin selamat tinggal."
Batin pria itu bertanya. Rasanya baru kemarin ia mempunyai sahabat baru, adik baru, tapi secepat ini gadis itu pergi.
"Woy Raf?! Masih pagi jangan bengong! Kesambet loh!" Lamunan pria yang tak lain adalah Raffa itu langsung buyar ketika mendengar sebuah suara menginterupsi pendengarannya.
"Apaan si Sha? Siapa yang bengong?" Gadis berkacamata itu tersenyum meremehkan karena mendengar jawaban Raffa yang tidak mengakui bahwa ia sedang melamun, lalu duduk di sebelah Raffa.
"Lagi lamunin Ify ya? Gue denger, Ify 'kan pindah ke asrama." Ucap gadis berkacamata yang bernama Shasha itu. Raffa langsung bangkit dari duduknya lalu berjalan keluar kelas tanpa mengucapkan apapun kepada Shasha.
***
"Fy, abang ke rs dulu ya. Kamu gapapa 'kan disini sendiri?"
Seorang gadis berambut coklat panjang yang dicepol asal itu mengangguk mengiyakan pertanyaan dari kakak laki-lakinya.
"Yaudah, abang pergi dulu. Inget 3 peraturan. Okay?" Gadis yang sedang mengunyah sepotong rotinya itu kembali mengangguk. Mulutnya yang penuh dengan roti selai kacang membuatnya sulit berbicara.
"Assalamualaikum." Pria bertubuh atletis itu mengelus puncak rambut adik kesayangannya lalu melangkah keluar.
"Waalaikumsalam." Jawab gadis bernama Ify itu setelah benar-benar menelan potongan rotinya tadi.
Ify membuka iphone nya. Jam di iphone nya menunjukkan pukul 7 pagi. Biasanya jam segini, gadis itu sedang berada di kursinya di sekolah. Tapi sekarang, ia masih setia duduk di kursi ruang makan dan masih lengkap menggunakan piyama tidurnya. Bahkan ia belum mandi.
"Seminggu? Seminggu gak sekolah? Ya ampun, bisa mati kebosanan gue!" Ify mengeluh sambil memukul keningnya pelan. Setelah berpikir sejenak, ia tersenyum sumringah.
"Eh kayaknya gue gak bakal mati kebosanan deh. Because... its time to drakor yay!" Dengan semangat, gadis itu bangkit dari duduknya lalu naik ke atas dimana kamarnya berada. Lebih tepatnya, kamar sementara nya berada.
***
"Jadi.. Belanda datang ke Indonesia karena...
Celotehan seorang guru berperut buncit di depan sama sekali tidak dihiraukan oleh pria beralis tebal itu. Yap, Raffa. Pria itu selalu mengecek ponselnya yang ia letakkan diatas meja bersama buku-buku dan alat tulis lainnya. Menantikan sebuah panggilan ataupun pesan singkat ataupun kabar lainnya dari sahabatnya itu. Tapi sayangnya, tidak ada satupun pemberitahuan yang masuk ke ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDZONE [✓]
Teen Fiction"Sometimes I hate it when I remember that we're just a best friend." publish: 2017 republish: 2020