Satu

5.1K 296 30
                                    

HAIIII! AKU KEMBALI._. Ada yang berharap WYHM ada sekuelnya? Akhirnya harapan kalian terkabul. But, but, but, di sini yang bakal gue ceritain bukan tentang Tim Menolak Sivia Bahagia tapi anak-anaknya. Karna sudah gue peringatkan, jadi selanjutnya terserah mau baca apa nggak hehe



Let's enjoy!



Seorang gadis baru saja menapakkan kakinya ke dalam rumah. Begitu sampai di dapur, ia membanting tas ranselnya di atas meja makan dengan kasar. Sang Mama yang memang tengah bergumul dengan peralatan memasak sontak menoleh seraya mengurut dada. Datang tanpa salam, tanpa permisi, tanpa menyapa atau apapun dan malah menciptakan suara gaduh jelas membuat wanita itu terperanjat.

"Salam dulu, cuci tangan terus cuci kaki. Pulang pulang bawa setan," tegur sang Mama membuat putri cantiknya itu mengerucutkan bibir.

Peraturan itu selalu terlontar setiap kali dia pulang setelah menghabiskan waktu di luaran sana. Walau tanpa diingatkan pun, sebenarnya peraturan itu sudah melekat di otaknya.

"Aku sebel!" gerutunya pada sang Mama.

Wanita yang baru saja memasukkan ayam ke dalam penggorengan mendengus kentara kemudian memerintahkan putrinya itu untuk segera melakukan apa yang dititahkannya melalui sorot mata. Cuci tangan dan kaki. Setengah gontai, si gadis pun menurut sebelum mamanya mengomel lagi. Setelah selesai, barulah dia kembali.

"Dama lagi?" tanya mamanya spontan.

Kara, si putri tunggalnya itu mengangguk cepat. Memangnya siapa lagi yang dapat membuat mood-nya berantakan selain laki-laki itu?

"Daridulu nggak pernah akur sama Dama. Padahal anaknya baik," ujar sang Mama.

"Mama bilang gini bukan karna Dama anaknya Tante Sivia sama Om Gabriel ya," imbuh wanita itu sesaat sebelum Kara sempat memprotes.

Terpaksa, ditelannya kalimat sarkas mengenai sosok Dama yang selalu menyebalkan di mata Kara. Lagi-lagi gadis itu hanya bisa mengerucutkan bibir karena sebal. Mamanya justru tersenyum samar.

"Emang diapain lagi?" tanya Mama lembut bermaksud memberikan Kara kesempatan meluapkan isi hatinya.

"Dia nyontek PR aku tanpa ijin. Kan aku sebel, ngerjainnya mati-matian banget tapi dicontek gitu aja. Mama tahu sendiri kan semalem aku melek sampai jam satu pagi? Ya buat ngerjain PR itu. Kesel sumpah, Ma! Perasaan Om Gabriel itu genius banget tapi kok anaknya kayak Dama sih?" cerocos Kara tanpa sadar.

"Turunan Via kali," Ify—mamanya—terkikik dalam hati.

"Kalau gitu ajak belajar bareng dong. Jadi kan nggak perlu nyontek lagi," saran Ify langsung membuat Kara menggeleng berkali-kali

Kara menolak keras! Kara saja anti sekali dengan Dama. Boro-boro belajar bareng, yang ada nanti Dama cuma berkata "oh... hm... gitu..." tapi tetap tugas-tugas dia yang mengerjakan sementara pemuda itu tinggal menyalin. Jangan harap!

"Jangan pelit-pelit kalau punya ilmu. Dulu Mama juga ngajarin Papa kamu kok, eh akhirnya malah menikah," curhat Ify tiba-tiba mengingat masa lalunya.

Ah, ternyata sudah lama sekali moment itu terlewati. Bahkan sekarang dia sudah memiliki putri cantik bernama Langithalita Fikara, putri tunggalnya yang sudah menjelma menjadi anak SMA. Iya, tunggal. Sebab setelah Kara berusia lima tahun, dia tidak bisa hamil lagi karena rahimnya terpaksa diangkat. Untuk itu, bagi Ify dan Rio putri cantik ini adalah oksigen dalam kehidupan mereka.

K: Beautiful Sky [Compeleted]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang