Tujuh

1.4K 100 0
                                    

Hope you like it~


Kedatangan dua makhluk penghuni kelas X 2 yang selama ini seringkali ribut mengundang perhatian. Bagaimana tidak? Keduanya datang bersamaan, boleh dipastikan mereka memang berangkat bersama. Jika Dama menampakkan ekspresi bahagia, sebaliknya dengan Kara yang tampak nelangsa. Wajah itu tentu membuat mereka yakin tidak ada kabar gembira pagi ini.

"Habis diapain lo?" tanya Fany menyambut teman sebangkunya.

"Dikerjain sama manusia receh itu. Masa gue ditawarin ke abang gojek? Mana abang gojeknya kesenengan lagi!" jawab Kara bersungut-sungut.

Satu alis Fany terangkat, "Ditawarin?"

"He'eh. Begini nih, Bang jomblo nggak? Cewek yang saya boncengin lagi nyari pacar nih, nggak butuh kriteria khusus yang penting mau aja. Gitu," jelasnya berhasil membuat Fany tergelak.

"Sumpah dia ngomong gitu?"

Kara menganggukkan kepalanya. "Sumpah! Di lampu merah dan teriak pula. Kebayang kan pengendara lain ekspresinya gimana? Malu gue."

"Anjir. Tuh anak kayaknya makin hari makin banyak ide buat ngisengin elo. Terus terus? Abangnya gimana?" tanya Fany penasaran.

Detik berikutnya Kara mengerucutkan bibirnya, pertanda bahwa kejadian selanjutnya lebih memalukan. "Nyuruh gue pindah ke boncengannya! Terus nanyain nomor gue!"

"Lo mau?"

"Nggak lah! Gila aja kalau sampai gue mau. Si Dama malah ketawa lagi, terus untungnya habis itu lampu ijo jadi gue selamat. Eh nggak juga sih, abangnya sempet ngejar motor Dama tapi kayaknya kehilangan jejak," cerocos Kara panjang lebar.

Fany sampai geleng-geleng kepala membayangkan kronologi tersebut.

"Dia tuh sumpah ya kalau kutu udah gue pites deh," gemas Kara.

"Ya kali. Lagian kenapa lo bisa bareng sama dia sih? Nggak belajar dari pengalaman banget," komentar Fany membuat Kara teringat musibahnya.

Sejurus kemudian gadis itu memeluk Fany seraya pura-pura menangis. "HUAAAA FANYYY!!! Dama sekarang jadi tetangga gue," ujarnya sok sesenggukan.

"Hah?"

Dama yang sedari tadi memperhatikan dua gadis itu—lebih fokusnya pada Kara—terkekeh geli. Tadinya dia hanya iseng saat di lampu merah karena bosan, lagipula Kara ngambek karna ketahuan semalam dia menggendongnya lagi, tak disangka-sangka abang gojek tersebut justru merespon karena mengira Dama bersungguh-sungguh. Apalagi sampai menyuruh Kara pindah boncengan. Spontan Dama tertawa, lalu menyelamatkan gadis tersebut dari godaan abang gojek.

"Sehari nggak ngisengin Kara bikin kudisan ya, Dam?" celetuk Billy yang ternyata ikut memperhatikan.

"Bukan cuma kudisan. Panu, koreng, kutil, semuanya deh," sahut Dama kalem membuat Billy menatap teman sebangkunya jengkel.

"Kualat lu ntar naksir berat sama Kara."

Bola mata Dama berputar sejenak, "Lo sama aja kayak sahabat gue si Biel. Kerjaannya nuduh gue naksir Kara. Udah gue bilang, itu nggak bakal kejadian."

"Masa?" ledek Billy.

"Kayaknya gue batalin puisi buat lo deh, Bil," Dama mulai mengancam.

"Eh jangan dong! Iya deh iya gue percaya," rajuk Billy.

Dama tersenyum menang. "Gitu dong! Dah ah, gue mau tidur di UKS. Lo bilang ke Bu Rafi ya kalo gue lagi sakit," katanya lalu cabut dari kelas tanpa memberi waktu Billy untuk menyahut.

K: Beautiful Sky [Compeleted]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang