Hope you like it guys~
"Dama! Woy! Lo belom jawab!"
Dama tidak mengacuhkan. Pemuda itu benar-benar menghilang setelah melewati bilik pintu UKS. Fany sendiri geleng-geleng kepala, sudah biasa dengan kelakuan teman sekelasnya. Tidak pernah lelah mengerjai teman sebangku sekaligus sahabatnya ini.
***
Gadis itu tak tahu bahwa setelah Dama meninggalkannya, pemuda itu sibuk tergelak hingga perutnya serasa kram. Kara memang sangat polos sehingga mudah sekali bagi Dama untuk mengerjainya. Tinggal merekayasa cerita, gadis itu akan panik setengah mati lalu ketika tahu kebenarannya maka dia akan berubah galak dan bawel.
"Parah lu. baru sadar langsung lo kerjain, untung dia nggak pingsan lagi," cetus Billy.
Dama menarik sudut bibir kirinya dengan geli, "Lagian dia gampang banget dikerjain. Gue kan ketagihan."
Mau tak mau Billy mengangguk setuju. Apalagi menyaksikan reaksi gadis itu saat tahu bahwa Dama lah yang menggendongnya, wajahnya benar-benar membuat Billy tak dapat menahan tawa. Makanya waktu Dama menariknya menuju salah satu gazebo, Billy langsung leluasa tertawa.
"Masakan mamanya top banget," celetuk Dama seraya membuka kotak bekalnya.
"Tante Ify ya?" Billy menanggapi.
"Iyalah. Nyokapnya Kara kan cuma satu," kesal Dama.
Billy nyengir. Sebagai sahabat dekat Dama, ia memang tahu mengenai hubungan Dama dan Kara selama ini. Bagaimana orang tua mereka bersahabat bahkan sampai menurunkan persahabatan ke anak-anaknya. Hanya saja Billy masih tak mengerti karena Dama dan Kara selalu saja ribut, masalahnya pun selalu sepele.
Keseringan ribut di kelas membuat keduanya sempat dijodoh-jodohkan sampai si Kefan membuat singkatan Damara alias Dama-Kara. Jadi, setiap sudah muak dengan kelakuan keduanya, teman-teman sekelas tinggal berteriak "DAMARA!" supaya mereka diam. Kalau Dama menanggapinya dengan santai khas Dama Antariksa, lain hal dengan Kara yang justru menolak keras. Katanya namanya terlalu bagus digabungkan dengan Dama.
"Eh ada Agatha, Dam. Jalan ke sini," ceplos Billy.
Dama langsung pura-pura sibuk dengan kotak bekalnya. Beberapa saat kemudian, pemuda itu merasakan seseorang berdiri di belakangnya tapi ia tetap pada posisinya. Billy terkekeh. Kalau dilihat-lihat, lucu juga menyaksikan Dama makan dari kotak bekal apalagi warnanya pink. Tapi pemuda itu tampak santai, tidak terganggu sama sekali.
"Hai Dama."
Seseorang yang awalnya berdiri di belakangnya kini duduk di sebelahnya. Dama menatap seseorang yang disebut Billy bernama Agatha sekilas. Anak kelas sebelah yang naksir berat padanya.
"Nggak ke kantin?" tanya Agatha pantang menyerah.
"Bawa bekal," jawab Dama sekenanya.
Tanpa permisi, gadis itu menggeser duduknya hingga mepet sekali dengan Dama. Benar-benar tidak ada space sedikitpun. Billy sempat melongo meskipun pemandangan seperti ini seringkali dilihatnya.
"Nanti malam jalan yuk," ajak Agatha.
"Kayaknya nggak bisa deh, Tha. Gue kan harus belajar," tolak Dama.
Diam-diam Billy ingin memaki pemuda itu. Sejak kapan Dama belajar?
"Ayolah, Dam! Gue beneran lagi bete banget di rumah. Butuh refreshing. Cuma lo yang bisa nemenin gue," rayu Agatha.
Lengan gadis itu sudah bergelayutan pada lengan Dama. Namun Dama membiarkannya.
"Tapi..."
"Please, Dam. Lo kan tahu gue kesepian," desak Agatha.
KAMU SEDANG MEMBACA
K: Beautiful Sky [Compeleted]
Teen FictionSahabat jadi cinta sudah biasa. Musuh jadi cinta pun sudah biasa. Tapi, apa jadinya kalau sudah sahabatan sekaligus jadi musuh bebuyutan tapi akhirnya jatuh cinta? Sayangnya baik Dama maupun Kara tidak ada yang sadar. Kalau Dama gengsi dan seringkal...