Hope you like it~
Disaat anak-anak lain tengah sibuk bergumul dengan aktivitas tidur setelah pulang sekolah, dua pemuda ini justru berjalan mengelilingi salah satu Mall yang terkenal di ibu kota. Tak jarang Mall itu memuntahkan manusia-manusia yang sudah lelah menghabiskan isi dompet mereka.
"Ayolah, Ndra! Lo jalan apa ngesot sih!" seru Biel jauh di depan.
Andra memutar bola matanya malas, "Udah gue bilang. Gue tuh males jalan-jalan di Mall kayak gini, El. Nggak penting banget."
"Terus lo pikir nge-game tuh penting? Di sini kan seenggaknya kita kan jadi bisa cuci mata terus siapa tahu lo dapet bidadari," balas Biel asal setelah menyejajarkan langkahnya.
"Mending juga gue ke rumah Dama," cibir Andra.
"Ya udah, habis dari sini kita ke rumah Dama sekalian gue mau minjem gitarnya. Sekarang lo temenin gue dulu nyari sepatu."
Malas berdebat lagi dengan Biel, Andra pun menurut. Pemuda itu membuntuti langkah Biel yang tampak santai seolah Mall sebesar ini miliknya seorang. Andra mendesah kasar, sebal dengan kebiasaan sahabatnya yang suka semena-mena. Tadinya dia sedang memainkan playstation-nya dan tahu-tahu Biel datang menyeretnya ke mari. Lebih-lebih dengan tampang tak berdosa pemuda itu menyuruhnya menyetir.
Biel masuk ke area sepatu. Andra lantas memilih duduk di dekat pintu masuk untuk menunggu sahabatnya itu. Kalau tidak salah, baru kemarin Biel membeli sepatu seharga sepuluh juta melalui media online. Sekarang sudah beli sepatu lagi?
"Ndra, bagus nggak?" tanya Biel tiba-tiba menghampirinya.
"Kayak Kara aja lu nanya-nanya dulu," sahut Andra tanpa dosa.
Biel berdecak, "Maksudnya gue kayak cewek?"
"Bagus kalo sadar," jawab Andra.
"Anjrit," umpat Biel.
Daripada sakit hati karena ucapan-ucapan Andra yang nyelekit, Biel memilih fokus mencari sepatu yang diinginkannya sambil sesekali mengabadikan moment tersebut ke dalam akun snapgramnya. Sesaat matanya tertumbuk pada sepatu keds berwarna silver. Pemuda itu langsung jatuh cinta. Biel pun mendekat, hendak meraih sepatu itu sampai tiba-tiba sebuah tangan ikut terulur menggapai sepatu yang diincar Biel bersamaan dengannya.
Biel menolehkan kepalanya, ternyata si pemilik tangan ikut menoleh. Seorang gadis dengan rambut sebahu itu menatapnya.
"Gue duluan," celetuk Biel kemudian menarik sepatunya.
Si gadis yang tersadar, "Eh apa lo bilang? Siniin sepatunya!"
"Orang gue yang lihat duluan kok," sanggah Biel.
"Tapi kita ngambilnya bareng!"
Tanpa pikir panjang, gadis itu meraih sepatu yang telah berada di tangan Biel dan menariknya. Biel tak tinggal diam, dia tetap mempertahankan sepatunya hingga terjadilah tarik-menarik sepatu antara dirinya dengan gadis asing tersebut.
"Pokoknya ini tuh punya gue!" nyolot Biel.
"Sepatu ini belom lo bayar jadi nggak bisa lo hak milikin gitu aja!" si gadis membalas dengan penuh penekanan.
Biel tak peduli. Baginya, apa yang sudah diincarnya—terutama sudah berada di tangannya—berarti kepunyaannya. Dan gadis asing ini tak berhak atas sepatu silver ini.
"Gue bahkan bisa bayar lima kali lipat sepatu ini," tandas Biel semakin membuat si gadis geram.
Keduanya berhasil menjadi pusat perhatian. Si gadis sadar akan hal itu. Sebab volume suara mereka sama-sama meninggi. Sayangnya gadis itu terlanjur kesal, apalagi ketika mendengar pemuda di hadapannya menyinggung soal kekayaan. Dia pikir cuma dia yang punya uang? Jelas jawabannya tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
K: Beautiful Sky [Compeleted]
Teen FictionSahabat jadi cinta sudah biasa. Musuh jadi cinta pun sudah biasa. Tapi, apa jadinya kalau sudah sahabatan sekaligus jadi musuh bebuyutan tapi akhirnya jatuh cinta? Sayangnya baik Dama maupun Kara tidak ada yang sadar. Kalau Dama gengsi dan seringkal...