Hope you like it~
Ini sudah lewat setengah jam dan wajah masam si pemuda keras kepala masih menghiasi kamar Dama hingga membuat si pemilik kamar sekaligus Kara kompak mengernyit. Meskipun dia sempat bersikap seperti biasa, tapi ketika berkumpul di kamar ini tiba-tiba saja ekspresi itu terpeta jelas di wajah tampan Sabiel. Sedangkan Andra memilih tak peduli, dia lebih senang memfokuskan diri memainkan PSP-nya sambil tiduran di atas ranjang Dama dengan posisi kepala di tepi ranjang.
"Kenapa sih?" tanya Kara akhirnya.
Sikunya bertumpu pada bantal yang berhasil dia rebut dari Andra.
"Habis sial," jawab Biel ketus.
"Apaan lagi?" sahut Dama yang duduk bersandar dengan laptop di hadapannya.
Meluncurlah cerita mengenai peristiwa di Mall tadi, tentang pertemuannya dengan gadis rambut sebahu yang membuatnya naik darah. Sesekali Biel berdecak sebal atau bahkan mengumpat kasar. Kara dan Dama mendengarkan seksama. Dari intonasi yang dipilih sahabatnya itu, tampak sekali ada kesal yang menggunung terselip di sana. Tak heran, sebab Biel memang tak dapat lepas dari yang namanya amarah. Mereka bagaikan satu kesatuan. Hal sekecil apapun akan dia permasalahkan jika tak sesuai dengan kehendaknya.
"... gila kan tuh cewek? Seenak jidat! Kalau sampai ketemu lagi, habis dia sama gue!"
Kara menaikkan sebelah alisnya, "Bukannya lo yang salah ya, El?"
"Maksud lo?" Biel melotot.
"Ya kan kalian ngambil tuh sepatu barengan. Nggak bisa diputusin begitu aja dong itu hak siapa," Kara memperjelas.
"Hak gue lah, Kar! Kan gue yang dapet!" nyolot Biel.
"Tapi kan itu karna lo tarik duluan. Curang namanya," komentar Kara.
Biel jadi semakin sebal. "Jadi lo belain dia?"
Astaga. Kara tak habis pikir. Disaat seperti ini, entah mengapa Kara merasa sifat Biel mirip sekali dengannya setiap tamu bulanannya datang. Jadi lebih sensitif. Ibarat kata, senggol dikit langsung bacok.
"Itu kan sepatu keds, mana ada hak?" celetuk Dama mencairkan suasana.
"Garing!" maki Kara membuat pemuda itu berseringai.
"Dia harus ganti ponsel gue yang rusak," tegas Biel tak terpengaruh.
"Ya udahlah. Minta aja ponsel baru ke Om Cakka, pasti langsung dikasih. Urusan sepatu juga gampang kan di online shop banyak," hibur Kara.
Biel tampak manggut-manggut, "Lagian gue juga pingin ganti ponsel baru sih."
"Nah kan! Udah nggak usah dipikirin lagi," balas Kara kemudian menyandarkan punggungnya pada sisi ranjang Dama hingga Andra harus menggeser posisinya karena rambut Kara berjatuhan di atas wajahnya.
Meskipun rasanya masalah ini tidak perlu diperpanjang lagi, Biel masih merasa dendam dengan gadis di Mall tadi. Biasanya orang-orang yang dimarahinya menundukkan kepala karena takut, membiarkannya mengolok-olok mereka sampai dia puas, tapi gadis itu tidak. Jangankan takut, gadis itu justru balas mengibarkan bendera perang padanya.
"Ih! Dama! Jauh-jauh lo!" seru Kara tiba-tiba karena Dama menyandarkan kepalanya di bahu gadis itu.
"Nyender doang astaga," gemas Dama.
Kara menggeleng keras lalu menggeser duduknya hingga benar-benar mepet dengan Biel. Dama sontak berdecak, ternyata perlakuannya tadi masih membuat gadis itu enggan dekat dengannya. Yah, jangan salahkan Dama yang terbiasa dengan kelakuan ajaibnya. Lagipula dia pun melakukan dengan tidak sadar.
KAMU SEDANG MEMBACA
K: Beautiful Sky [Compeleted]
Teen FictionSahabat jadi cinta sudah biasa. Musuh jadi cinta pun sudah biasa. Tapi, apa jadinya kalau sudah sahabatan sekaligus jadi musuh bebuyutan tapi akhirnya jatuh cinta? Sayangnya baik Dama maupun Kara tidak ada yang sadar. Kalau Dama gengsi dan seringkal...