Part 10

108 14 18
                                    

Tok..tok..

Tok..tok..

"Masuk!"

"Permisi dok, dokter memanggil saya?" Tanya Fera saat sudah masuk ke dalam ruangan dr.Hardi Hareshananda sp.PD.

"Iya, silahkan duduk dokter Fera!" Ujar dr.Hardi.

"Ada apa ya dok?" Tanya Fera setelah mendaratkan bokongnya.

"Begini, perusahaan kakak saya membutuhkan tenaga dokter untuk dokter kantor. Saya memutuskan untuk menempatkan kamu disana untuk menjadi dokter kantor sekaligus dokter keluarga Bapak Rahman Hareshananda!" Fera mengernyit bingung.

"Tapi dok saya ini dokter bedah anak, bagaimana mungkin saya ditugaskan menjadi dokter kantor dan dokter keluarga?" Fera masih bertanya-tanya bingung, kenapa harus dirinya yang ditempatkan disana.

"Pihak rumah sakit sudah memutuskannya dokter Fera!"

"Kenapa tidak dokter umum saja dok? Saya yakin banyak dokter yang lebih handal dari saya, saya disini pun baru beberapa bulan dok." Ujar Fera yang masih berusaha mengelak.

"Setelah saya pertimbangkan jadwal kamu tidak terlalu padat dokter, karena tidak setiap hari melakukan operasi. Jadi sewaktu-waktu bisa dipanggil ke kantor pak Rahman saat ada pasien atau karyawan yang sakit." Fera mendesah.

"Dokter umum disini tidak ada yang santai, jadi saya fikir posisi kamu yang tepat untuk saat ini!" Tambah dr.Hardi.

"Iya, tapi kenapa harus saya dokter?" Fera masih ngotot untuk menolaknya.

"Keputusan ini sudah tidak bisa diganggu gugat dokter Fera, karena pemilik perusahaan meminta kamu sebagai dokter perusahaan dan dokter keluarganya. Apalagi yang meminta ini Pak Rahman sendiri!" dr.Hardi masih berusaha memaksa Fera.

"Dokter bisa menjelaskan kepada Pak Rahman, kalau saya ini dokter bedah anak bukan dokter umum!" Ujar Fera kesal.

"Kalau kamu menolak nama baik kamu dan rumah sakit ini akan tercemar, karena pihak perusahaan sudah menyiapkan semua berkas-berkas perijinan praktek kamu disana. Jadi terima lah ini untuk kebaikan kita semua dokter Fera!" Seru dr.Hardi tegas, Fera pun mendesah mendengarnya.

"Baiklah dok, saya akan berusaha menjalankannya dengan baik." Ujar Fera pasrah, dr.Hardi pun tersenyum lega mendengarnya.

"Baiklah, saya harap kamu bisa menjalakankan amanah ini dengan baik!"

"Iya dok, kalau begitu saya permisi!" Pamit Fera yang di angguki oleh dr.Hardi.

Fera berjalan lesu kedalam ruangannya, keputusan pihak rumah sakit yang terlalu tiba-tiba itu membuat kepalanya pening. Kenapa harus perusahaan itu, kenapa tidak perusahaan yang lain saja. Kenapa pihak perusahaan mengurus semua perijinan itu sepihak tanpa melibatkan dirinya terlebih dahulu. Semua pertanyaan itu bermunculan dibenak Fera namun dia sudah tidak bisa mengelak lagi.

"Huuffttt..apalagi ini Tuhan?" Tanya Fera retoris dengan mengusap wajahnya kasar.

Fera memutuskan melakukan visit saja daripada kepalanya bertambah pening memikirkan semuanya. Dia segera menuju ke ruangan Melati 7, dimana ada pasien anak berumur 5 tahun yang baru selesai melakukan operasi pencangkokan jantung.

"Hallo sayang, bagaimana masih sakit kah?" Tanya Fera saat sudah berdiri disisi brangkar pasien.

"Hallo dokter cantik, kepalaku masih pusing dokter."

"Baiklah saya periksa dulu ya." Ujar Fera mulai memeriksa kondisi pasien.

"Perkembangannya sudah cukup baik, mungkin 2-3 hari lagi sudah boleh pulang." Ujar Fera pada orang tua pasien.

Luka Dalam CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang