Part 11

104 12 12
                                    

Hari ini aku sengaja datang ke rumah sakit milik Om Hardi. Aku hanya ingin menanyakan, kenapa tiba-tiba dr.Firman harus digantikan oleh dokter baru padahal beliau sudah lama menjadi dokter kantor dan dokter keluargaku, padahal kinerja beliau sudah sangat bagus dan memuaskan.

Mobilku kini sudah terparkir di parkiran khusus dokter petinggi, aku segera melangkahkan kakiku keluar dan berjalan masuk ke gedung rumah sakit. Aku langsung menaiki lift menuju ruangan Om Hardi.

Ting...

Aku segera berjalan ke ruangan Om ku itu, aku masuk begitu saja ke dalam ruanganya tanpa mengetuk pintunya dulu hingga membuat sang empunya sedikit kaget. Aku tidak peduli dengan itu biarkan saja, aku sedikit kesal dengan beliau atas keputusannya itu.

"Heii, kamu tidak pernah diajarkan sopan santun apa?" Benarkan dugaanku Om Hardi pasti bakal marah gak jelas sama gue.

"Maaf Om, Rey lupa." Cicitku yang hanya dibalas dengan gelengan kepala oleh Om Hardi.

"Ada apa?" Tanya Om Hardi padaku.

"Kenapa om mengganti dokter Firman dengan Fera?" Tanya tanpa basa basi, kulihat Om ku menaikkan sebelah alisnya saat aku menyebutkan nama Fera.

"Eekhemm,,,maksudku dokter Fera." Ujarku lagi.

"Kau datang kesini, hanya untuk menanyakan itu?"

"Jawab sajalah om, kenapa om mengganti dokter perusahaanku tiba-tiba begini?" Ujarku lagi dengan sedikit kesal.

"Haha,, Rey,,,Rey, kenapa kamu menanyakan hal ini padaku harusnya kamu tanyakan ini pada papimu sendiri!"

"Papi?" Tanyaku sedikit bingung.

"Iya, kamu tanyakan saja pada papimu, dia yang meminta agar dokter Firman digantikan oleh dokter Fera."

Apa, Papi?? Jadi semua ini ulah papi, apa maksudnya beliau merekrut Fera ke perusahaan?

Apalagi yang mereka rencanakan?

Kemarin Jovan, lalu Grace dan sekarang papi, kenapa mereka begitu gencar mempertemukan gue dengan Fera lagi.

Reynard menggerutu kesal dalam hatinya.

Andai mengumpat pada orang tua tidak dilaknat oleh tuhan, pasti sekarang gue sudah mengumpat pada papi. Apa-apaan ini, beliau mengambil keputusan ini sendiri tanpa meminta pendapatku terlebih dulu.

"Permisi Om." Pamitku pada Om Hardi begitu saja dan melenggang keluar ruangan.

Om Hardi hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkahku. Sedangkan aku bergegas menuju kantor dan menemui papi untuk meminta penjelasannya. Setelah empat puluh menit kini aku sudah berada di kantor, dan buru-buru menuju ke ruangan papi.

"Papi.." Ujarnya sambil membuka pintu begitu saja.

Dua orang yang berada diruangan itu pun menoleh saat mendengar suara Reynard. Pramana menatap tajam putranya yang masuk dengan seenak jidatnya itu, sedangkan putranya itu hanya nyengir tanpa dosa sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Maaf, kita lanjutkan nanti pembicaraan kita Mr, sepertinya ada hal yang mau disampaikan putra saya." Ujar Pramana kepada seorang pria paruh baya berdarah Pakistan itu.

"Ok, no problem Mr.Pramana, kalau begitu saya permisi dulu." Pamit pria paruh baya itu.

Setelah kepergian rekan kerjanya Pramana berdiri dan menghampiri putranya itu.

Pruukkk...

Pramana memukulkan map yang dipegangnya ke kepala sang putra.

"Aduhh,, kok ditimpuk sih pi?" Gerutu Reynard dengan mengusap kepalanya yang terkena timpukan ayahnya.

Luka Dalam CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang