Part 17

220 17 14
                                    

Hari ini hari libur, Indira sudah bersiap dengan pakaian santainya, dia ingin bersepeda pagi hari ini. Indira terpaksa bersepeda sendiri karena Fera sudah ada acara hari ini, biasanya saat hari libur seperti ini mereka sering menghabiskan waktu dengan bersepeda mengelilingi taman komplek bersama.

Indira perlahan mengayuh sepedanya kelaur dari rumah, Indira mulai mengayuh sepedanya memasuki taman kota yang sudah terlihat ramai, banyak orang-orang yang sedang jogging maupun hanya sekedar bersantai bersma keluarga.

Saat jalanan menurun Indira berusaha mengurangi laju sepedanya, namun apes rem sepedanya tidak berfungsi sehingga dia oleng ke kanan dan ke kiri. Dari arah berlawanan terlihat sebuah mobil yang melaju dengan pelan, namun karena sepeda Indira yang tidak bisa dikendalikan akhirnya sepeda Indira yang menabrak mobil itu.

Aarrggghhh...

Brakkkk.....

Seorang pria keluar dari mobil itu dan langsung menghampiri Indira yang terjatuh didepannya. "Astaga kamu, nggak papa?" Tanya pria itu sambil membantu Indira berdiri.

Deg

Deg

Deg

Deg

Indira justru terpaku menatap pria bermata coklat terang itu. Jantungnya terasa berdetak dua kali lipat dari biasanya, iris coklat itu serasa membiusnya hingga sulit untuk mengeluarkan kata-kata. Pria didepannya itu bagaikan sosok dewa yunani yang turun ke bumi. Indira masih berusaha meredam jantungnya yang berdegup kencang, sampai deheman pria itu menyadarkannya.

"Eekhemmm.." Indira yang tersadar langsung menegakkan tubuhnya dari rengkuhan pria itu.

"kamu nggak papa kan?" Tanya pria itu sekali lagi.

"Ehh, nggak papa kak, Cuma lecet sedikit kok."

"Sorry ya, habisnya tadi sudah aku klakson berkali-kali tapi kamu nggak minggir justru nabrakin diri ke mobil." Ucap pria itu sambil sedikit terkekeh.

"Nggak papa kak, aku yang harusnya minta maaf mobil kakak jadi lecet tuh, tadi rem sepedaku nggak berfungsi mana jalanan menurun jadi oleng deh, hehe." Ucap Indira engan cengiran polosnya.

Pria itu hanya terkekeh dan menggelengkan kepalanya mendengar penuturan polos gadis didepannya.

"Lain kali hati-hati ya, dicek dulu sepedanya sebelum dipakai." Indira menganggukkan kepalanya.

"Aku antar ya, sepedamu nggak bisa dipakai itu!" Indira menggangguk polos sambil tersenyum miris melihat ban depan sepedanya yang bengkok.

Indira dan pria itu sudah berada dalam mobil dan bersiap pulang. Keduanya asik mengobrol dan saling mengenalkan diri masing-masing. Indira masih tak henti-hentinya mengagumi sosok pria yang sedang fokus ke kemudinya itu, sesekali Indira mencuri pandang pada pria disampingnya itu.

"Oh ya nama kamu siapa?" Tanya Pria itu.

"Indira kak, nama kakak siapa?"

"Reynard, panggil Rey aja." Indira menganggukkan kepalanya dengan senyuman manisnya.

"Rumah kamu dimana?"

" Itu didepan kak sudah dekat, nanti ada rumah cat biru, itu rumah Dira." Reynard sedikit mengerutkan dahinya saat mengenali rumah yang disebutkan Indira.

Inikan rumah Fera? Batin Reynard sambil melajukan mobilknya masuk kedalam pekarangan rumah itu.

Dan benar saja, bahwa rumah itu memang rumah Fera. Gadis itu sudah duduk santai didepan teras sambil memainkan ponselnya. Reynard segera turun dari mobil dan diikuti oleh Indira.

Luka Dalam CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang