Part 13

168 14 16
                                    

Dua insan itu masih saling membuang muka masing-masing, tak ada niatan dari mereka untuk membuka suara sama sekali. Sang wanita sibuk memandang keluar jendela menatap pemandangan awan-awan putih yang menggumpal, sang pria pun hanya memejamkan matanya sejak tadi.

Keduanya masih sama-sama merasa kesal, bisa-bisanya keluarganya sudah mengatur semuanya seperti ini. Sungguh situasi seperti ini sangat menyiksa untuk keduanya, sekuat tenaga keduanya pun menahan perasaan yang entah apa itu yang tiba-tiba muncul dalam hati mereka. Keduanya masih sama-sama bergerak gelisah, menunjukkan ketidaknyamanan mereka.

"Haaahhh..." Sang wanita pun mendesah lelah, lalu dia memutuskan untuk memejamkan matanya.

Pria itu refleks membuka matanya saat mendengar orang disebelahnya mendesah. Pria itu dapat melihat wajah lelah pada wanita itu, ingin sekali rasanya dia menanyakan keadaan wanita itu namun seakan lagi-lagi ego melarangnya untuk menanyakan hal itu. Wanita disebelah pria itu perlahan benar-benar terlelap hingga tak sadar kepalanya kini bersandar pada pundak pria itu.

Kamu bahkan tidak pernah berubah, Kamu tetap seperti bidadariku yang sangat cantik.

Senyummu pun masih sangat terlihat manis, bahkan hati ini masih selalu berdetak lebih cepat saat bertemu denganmu.

Mata indahmu itu selalu dapat meneduhkan hatiku setiap kali aku menatapmu.

Tapi kenapa? Kenapa kamu membuatku membencimu?

Kamu segalanya bagiku, kebahagiaanmu adalah tujuanku. Tapi kenapa kamu menghancurkan semuanya, Fera?

Gumam Rey dalam hatinya.

Reynard masih menatap lekat wajah Fera yang kini tertidur di pundaknya, perlahan Reynard mendekatkan wajahnya pada Fera. Tangannya perlahan bergerak mengelus pipi tirus Fera.

"EEnngghhh.." Merasa ada yang menyentuhnya Fera pun terbangun, Reynard pun cepat-cepat kembali menyimpan tangannya dan mengalihkan pandangannya ke segala arah. Reynard masih mencoba menoleh kembali ke sampingnya, melihat keadaan Fera.

Deg

Deg

Deg

Jantung keduanya kembali berdetak lebih cepat saat mata keduanya beradu. Ternyata Fera masih pada posisinya bersandar di punggung Reynard dengan kepala mendongak menatapnya. Saat tersadar, dengan cepat Fera bangun dari posisinya dan kembali menegakkan posisi duduknya.

"Ma...maaf." Cicit Fera pelan.

Reynard diam tak menjawab, dia justru memalingkan wajahnya kembali ke segala arah untuk menutupi kegugupannya. Detak jantungnya kembali menggila saat lengan wanita disampingnya tak sengaja menyenggol dirinya.

Sedangkan sepasang suami istri yang duduk dibangku sebelah kanan mereka hanya tersenyum penuh arti melihat tingkah Reynard dan Fera.

"Semoga pulang dari liburan ini, hubungan mereka bisa jadi lebih baik ya Jo!!" Ucap Indira sambil menatap suaminya.

"Iya sayang, semoga saja."

Setelah mendarat di bandara Ngurah Rai pukul 16:30, mereka langsung menuju salah satu hotel bintang 5 di daerah Jimbaran, Bali. Setelah check in, mereka segera mengistirahatkan tubuh masing-masing.

Fera menaruh kopernya di sudut ruangan kamarnya, dia berjalan ke arah jendela dan membukanya. Fera berdecak kagum melihat pemandangan di luar jendela tersebut, di depan terlihat hamparan pantai dengair air biru jernih berpadu dengan dengan indahnya awan biru berhiaskan awan putih yang menggumpal. Fera memejamkan matanya, menghirup udara sedalam-dalamnya berharap mendapatkan ketenangan disini.

Luka Dalam CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang