Part 20

100 8 0
                                    

Hari ini Fera terlihat lebih baik dan ceria, dia tidak lagi bersedih memikirkan pria yang dia cintai. Tak dipungkiri keberadaan Fathan yang selalu disampingnya membuat dirinya merasa lebih baik dan bisa sedikit melupakan permasalahannya dengan Reynard. Fera bukan memanfaatkan ataupun menjadikan Fathan sebagai pelampiasan atas kesendiriannya, Fera hanya merasa terlalu nyaman berteman dengan Fathan selama ini. Kelembutannya, perhatiannya dan sikap tenangnya lah yang membuat Fera bisa membuka diri untuk berteman lagi dengan seorang pria.

Selama enam tahun ini dirinya selalu menutup diri dari lawan jenisnya, entahlah dia hanya terlalu takut untuk membuka hatinya lagi setelah berpisah dari Reynard. Cintanya yang masih begitu besar pada Reynard membuat dirinya menutup diri dan menahan semuanya sendirian. Saat sudah tidak mampu menahannya, Fera memilih kembali, namun dia tidak pernah menyangka akan sesulit ini kembali untuk meraih cintanya. Fera bisa saja menjelaskan semuanya dan alasannya memilih meninggalkan Reynard dulu, namun entahlah Fera merasa belum siap mengatakan semuanya pada Reynard.

Fathan terlihat termenung disebelah jendela ruangannya, matanya setia menatap padatnya jalanan diluar gedung. Sesekali bibirnya menyunggingkan senyum tipis, senyum yang menenangkan.

"Kamu begitu dekat denganku, namun kamu sangat sulit untuk ku gapai. Bahkan untuk sedikit masuk ke dalam hatimu saja aku tidak bisa."

"Kamu bahkan tertawa lepas didepanku, tapi saat menatap matamu terpancar jelas semua kesedihan dan kesakitanmu. Tapi kamu tidak pernah berbagi apapun padaku, apa yang sudah kamu lakukan padaku Fer? Aku merasa semakin jatuh terlalu dalam padamu."

Tok..

Tok..

Tok..

Fathan tersadar dari lamunannya saat mendengar pintu ruangannya diketuk. " Ya, masuk!" Jawab Fathan sambil berjalan ke kursinya.

"Maaf dokter, operasinya akan segera dimulai." Ucap seorang suster pada Fathan.

"Baiklah saya akan segera kesana." Suster itupun mengangguk dan meninggalkan ruangan.

Fathan merapikan jas dokternya dan berjalan keluar menuju ruang operasi. Setelah beberapa jam berkutat dalam ruang operasi akhirnya Fathan pun menyelesaikan pekerjaannya, dia keluar dari ruang operasi lalu mencuci tangannya.

Kini Fathan bersiap untuk pulang, dia berjalan menuju area parkir dan masuk kedalam mobilnya. Fathan terdiam sejenak dalam mobilnya, lalu mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi seseorang.

"Hallo"

"Iya Fathan, ada apa?"

"Nanti sore ada acara nggak?"

"Emm, nggak ada. Kenapa?"

"Jalan yukkk!"

"Mau nraktir aku lagi ya, boleh deh."

Fathan tersenyum gemas mendengarnya, meskipun orang diseberang telfon itu tidak dapat melihat senyuman senangnya.

"Ok, nanti aku jemput!"

"He em, sampai ketemu nanti."

Fathan menutup panggilan teleponnya dan segera menjalankan mobilnya dengan senyumannya.

*****

Fera sudah siap sore ini dengan mengenakan jumpsuit bermotif polkadot dipadu dengan flat shoes, wajahnya sudah dipoles dengan make up tipis dan rambutnya di kuncir kuda. Fera tetaplah terlihat menggemaskan di usianya yang sudah menginjak kepala tiga.

"Loh..loh, kamu mau kemana Fer?" Tanya Liana saat melihat putrinya sudah rapi sore ini.

"Mau jalan ma, diajak temen."

Luka Dalam CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang