Part 7

132 15 10
                                    

Fera pun hanya pasrah saat Grace tak ingin memberitahunya, kini Fera dan Grace sudah berpindah ke Private Room di Café itu. 20 menit menunggu pintu itupun terbuka dan menampakkan seorang pria yang masih mengenakan setelan kerjanya, lengan kemejanya sudah digulung hingga siku dan dasinya pun sudah sedikit di longgarkan.

"Grace.." Fera membeku mendengar suara orang yang berdiri dibelakangnya.

"Hai kak, mana kak Dira sama Argan?"

"Mereka masih ke toilet sebentar, oh ya kamu bersama siapa?" Tanya pria itu sambil menatap seorang wanita yang duduk membelakanginya.

Grace beralih menatap Fera yang masih tak bergeming di tempatnya, sambil memberi kode pada Fera untuk berbalik melihat siapa yang datang dibelakangnya.

"Kakak gak mau berbalik melihat siapa yang datang, heem?" Fera mendongakkan kepalanya menatap Grace yang dibalas anggukan oleh Grace.

Jovan hanya menatap Grace bingung sedangkan Fera perlahan berdiri dan berbalik menghadap ke tamu yang datang. Seketika mata Jovan membesar begitupun dengan Fera yang memberi reaksi yang sama, Jovan perlahan mendekat ke arah Fera lalu memegang kedua bahu wanita itu.

"Fera, ini kamu?" Tanya Jovan dengan mengguncang pelan bahu Fera.

"Jo,," Gumam Fera yang kini sudah berkaca-kaca, sungguh ia sangat merindukan keluarga dan sahabatnya saat ini.

Jovan segera membawa Fera kedalam pelukannya yang dibalas oleh sahabatnya itu. Keduanya seakan menyalurkan kerinduannya selama ini, Grace hanya tersenyum haru melihat dua orang didepannya itu. Hingga pintu ruangan itu kembali terbuka menampakkan seorang wanita cantik yang menggendong seorang anak laki-laki.

"Sorry ya tadi....." Ucapan wanita itu terhenti begitu saja saat melihat pemandangan didepannya, matanya seketika berkaca-kaca tubuhnya masih tak bergeming ditempatnya berdiri.

Grace yang tersadar akan suasana di dalam ruangan itu segera menghampiri Indira dan meraih Argan dari gendongan ibunya tanpa bicara apapun Grace segera membawa Argan keluar ruangan, untunglah Argan bukan anak yang rewel. Grace sengaja memberi waktu untuk mereka bertiga bicara, Grace tau ada hal yang harus mereka luruskan selama ini setelahnya Grace akan segera menyelesaikan masalah lain dengan sang kakak.

Jovan dan Fera melepas pelukan mereka saat mendengar suara seseorang yang baru saja masuk kedalam ruangan itu. Apakah Indira merasa cemburu dan marah melihat itu semua? Tidak, jawabannya adalah tidak. Yang ada justru perasaan senang, haru, dan juga rindu.

"Kak.." Cicit Indira dengan suara tercekat, airmatanya sudah lolos begitu saja dari pelupuk matanya.

"Dira.." Gumam Fera dan segera menghampiri adiknya itu lalu mendekapnya erat.

"Hikz..hikz..hikz.." Isak keduanya yang masih saling menyalurkan kerinduan yang selama ini mereka pendam.

Jovan tersenyum bahagia melihat dua wanita didepannya yang masih saling berpelukan, dia bersyukur bisa dipertemukan lagi dengan Fera. Dengan begitu dia berharap beban yang di tanggung istrinya sedikit berkurang. Jovan mengusap pucuk kepala istrinya yang masih bergelung hangat dalam dekapan sang kakak.

Fera melepaskan pelukannya dan menatap Indira penuh kerinduan, tangannya mengusap pipi Indira yang basah oleh air mata.

"Kamu sudah sangat dewasa sekarang dan semakin cantik." Ucap Fera terkekeh kecil meskipun air matanya juga masih mengalir.

Indira hanya mampu menganggukan kepalanya dengan sedikit terkekeh, lidahnya terasa kelu untuk mengucapkan sesuatu, suasana hatinya sungguh tidak bisa digambarkan saat ini. Sedih, senang dan rindu bercampur menjadi satu.

Luka Dalam CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang