Part 15

138 15 9
                                    

Tubuh Fera semakin menggigil karena dinginnya air hujan dicampur dengan hembusan kencang angin malam, namun dirinya juga tidak beranjak dari duduknya. Tangisnya semakin pecah dibawah guyuran hujan.

Setelah puas menumpahkan semua tangisnya Fera beranjak pergi dan menyetop taksi. Tak berapa lama taksi yang ditumpanginya sudah berhenti di depan rumahnya. Fera segera membayarnya dan masuk ke dalam rumah.

Masih dengan tubuh yang menggigil Fera masuk ke dalam rumahnya, wajahnya terlihat sangat pucat dengan bibir yang sedikit membiru. Liana terpekik kaget saat melihat putrinya yang pulang dengan keadaan basah kuyup dan wajahnya pucat.

"Ya allah, kamu darimana saja, Nak?" Fera tak mampu mengeluarkan suaranya karena sudah sangat menggigil.

"Kenapa bisa basah kuyup seperti ini?" Ujar Liana khawatir.

Brruukkk...

"Ya tuhan, sayang." Pekik Liana.

Tubuh Liana ikut limbung terduduk dilantai dengan menyangga tubuh putrinya yang sudah pingsan dalam dekapannya.

"Fera sayang, heii..astagfirllah apa yang terjadi denganmu, Nak?" Liana menepuk-nepuk pipi Fera berusaha menyadarkan putrinya, namun mata itu tak kunjung terbuka.

"Papa tolong pa, mbok, mang Parjo, tolongggg!!!" Teriak Liana meminta bantuan pada penghuni rumah lainnya.

Tak berapa lama Rahman datang dari dalam ruang kerjanya.

"Ada ap-....ya allah Fera kenapa ma?" Tanya Rahman panik melihat putrinya pingsan dalam dekapan istrinya.

"Angkat dulu pa!!!" Dengan cepat Rahman menggendong tubuh putrinya ke dalam kamar.

Mbok Surti dan mang Parjo yang berprofesi sebagai asisten rumah tangga dan sopir dikeluarga Rahman, datang tergopoh-gopoh dari arah dapur setelah mendengar majikannya meminta tolong.

"Ada apa buk?" Tanya mbok Surti.

"Lohh..ehh, itu non Fera kenapa buk?" Tambah Surti saat melihat Fera dibopong oleh Tuannya.

"Fera pingsan. Tolong siapkan air hangat dan buatkan wedang jahe ya mbok!!" Mbok Surti mengangguk cepat dan segera berlalu ke dapur.

"Mang Parjo tolong telfon dokter ya!"

"Iya buk."

Liana segera menyusul putrinya yang sudah dibopong ke dalam kamar. "Papa keluar dulu, biar mama ganti dulu baju Fera!" Seru Liana yang diangguki oleh suaminya.

Mbok Surti datang dengan membawa nampan berisi air hangat dan wedang jahe.

"Ini buk."

"Terima kasih mbok."

Liana segera membuka seluruh pakaian Fera dan mulai membasuh tubuh Fera dengan air hangat. Setelah dirasa cukup Liana segera memakaikan piyama pada putrinya itu. Liana mengoleskan minyak kayu putih disekitar hidung dan juga perut Fera, agar tubuh putrinya sedikit hangat. Liana menarik selimut sebatas dada putrinya.

Tak berapa lama, Rahman kembali masuk kedalam kamar putrinya bersama seorang dokter.

"Maaf saya periksa dulu bu putrinya!" Liana menggeser tubuhnya dari ranjang, memberi ruang untuk dokter itu.

Liana memandang suaminya dengan raut khawatir. Rahman yang menyadari tatapan khawatir istrinya, hanya bisa mengusap lengan istrinya untuk menenangkan.

"Bagaimana keadaan putri saya dok?" Tanya Liana saat dokter sudah selesai memeriksa keadaan Fera.

"Demamnya tinggi bu dan juga dehidrasi, sepertinya putri ibu tidak mengisi perutnya sama sekali." Terang dokter itu.

"Ini saya kasih resep obat dan juga vitaminnya, segera ditebus ya bu!" Ucap dokter itu sambil menyerahkan selembar resep pada Liana.

Luka Dalam CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang