Part 3

149 18 7
                                    

Kak Fera.....

Indira terbangun dengan nafas tersengal-sengal, keringat sudah bercucuran dari tubuhnya hingga membuat seorang pria yang tertidur pulas disampingnya terbangun.

"Kamu kenapa sayang?" Tanya pria itu dengan suara seraknya khas orang bangun tidur.

"Kak Fera, Jo. Aku merasa dia sudah berada di Negara ini. Beberapa hari ini aku selalu memimpikannya." Tutur wanita itu dengan wajah yang masih linglung, suaminya pun hanya mampu menghela nafasnya.

Sudah berulang kali wanita yang kini berstatus istrinya itu selalu bermimpi tentang kakaknya yang sudah lama tidak kembali. Semua rasa bersalah dan penyesalannya selama ini selalu mengganggu pikiran dan juga hatinya, dia tak pernah merasa tenang sebelum bisa bertemu dengan sang kakak dan meminta maaf padanya.

"Minum dulu!" Pria itu memberikan segelas air putih yang sudah disiapkan diatas nakas setiap menjelang tidur pada istrinya.

"Terima kasih Jo."

"Tidur lagi ya jangan terlalu dipikirkan!" Pria itu kembali membimbing istrinya yang sudah sedikit tenang untuk berbaring.

Wanita itu pun menurut dan kembali berusaha memejamkan matanya, wanita itu menelusupkan wajahnya didada bidang suaminya mencari kenyamanan dalam dekapan suaminya itu.

Sampai kapan kamu akan seperti ini Dira? Semua sudah berlalu sejak enam tahun lalu tapi kamu masih belum bisa berdamai dengan hatimu.

Kemana juga sebenarnya kamu Fer, kenapa tak pernah kembali?

Pria itu menatap nyalang langit-langit kamarnya, pikirannya berkecamuk tentang kejadian enam tahun silam yang membuat istrinya selalu menyalahkan dirinya sendiri, entah sampai kapan semua ini akan menemukan titik ujung, semua berharap akan baik-baik saja dan kembali seperti dulu lagi. Pria itu memutuskan untuk memejamkan matanya kembali dan merengkuh tubuh mungil disampingnya kedalam dekapannya.

*****

Di lain tempat duduklah seorang wanita paruh baya di taman belakang rumahnya. Sebuah usapan lembut dibahunya membuat Sandra tersadar dari lamunannya, lalu ia mendongak melihat siapa yang datang menghampirinya. Tak berbeda jauh dengan wanita tadi, wanita paruh baya ini juga selalu terlihat murung dan sering melamun sejak enam tahun lalu. Semua kejadian di masa lalu dan kesalahpahaman di antara mereka memang tidak bisa begitu saja dilupakan, bahkan sang aktor utamapun sampai saat ini belum mau kembali untuk menyelesaikan semua kesalahpahaman yang ada.

"Melamun lagi?" Tanya seorang pria paruh baya.

"Hmmm.. mami kangen sama Rey, apa belum cukup enam tahun ini membuatnya sembuh pi?" Tanya Sandra sendu pada sang suami.

"Rey tau apa yang terbaik untuknya mi, mungkin Rey memang butuh waktu untuk dirinya." Sandra hanya tersenyum masam dan mengangguk.

"Masuk yukk, disini dingin!" Ajak Pram pada Sandra.

Seorang gadis cantik terlihat menuruni tangga dengan riang dan bersenandung menuju ruang keluarga, meski sudah berumur 23 tahun namun sikap manjanya tak berubah.

"Mami...papi" Grace menghambur diantara Pram dan Sandra yang sedang bercengkrama.

"Grace..Grace kamu ini sudah mau wisuda loh tapi masih saja manja-manjaan sama mami dan papi." Ujar Sandra sambil membelai rambut putri bungsunya.

"Manjanya sama orang tua sendiri juga." Ujar Grace dengan nada merajuk membuat Pram dan Sandra terkekeh.

"Malu kalau ketahuan pacar masih manja-manjaan gini sama mami papi." Goda Sandra.

"Pacar,,pacar siapa juga mi? Grace gak ada pacar kali."

"Masa sih putri papi yang cantik ini belum punya pacar?" Ujar Pram yang ikut menggoda putri bungsunya.

Luka Dalam CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang