Part 18

176 18 17
                                    

Kaca yang pecah tidak akan bisa kembali seperti semula, meskipun bisa pasti bentuknya sudah tak lagi sama. Begitupun dengan kepercayaan, sekali dikhianati pasti akan sulit untuk didapatkan kembali.

Meskipun Fera berkali-kali meminta maaf dan mengutarakan perasaannya yang masih sama, namun Reynard tetaplah tidak bisa menerima sedikitpun penjelasan yang keluar dari mulut Fera. Laki-laki itu terlanjur sakit hati, egonya terluka.
Dia bertahun-tahun menjaga hatinya untuk Fera, mempercayakan semua harapan bersama wanita itu, merangkai mimpi untuk bersama dalam ikatan suci pernikahan, namun saat tiba waktunya apa yang justru Fera lakukan sangatlah melukai dirinya.
Reynard terlihat seperti orang yang begitu bodoh saat itu, dia tidak bisa mengambil keputusan untuk hatinya hanya karena permohonan Fera yang dianggapnya tidak masuk akal.

Hingga akhirnya dia memilih untuk pergi melupakan kenangannya bersama Fera. Berharap akan bisa melupakan wanita itu, namun apa yang didapatnya?
Nyatanya hanya rasa sakitlah yang dia dapat dari pelariannya, rasa sakit karena rindu, benci, dan marah.

Setelah bertahun-tahun akhirnya dia memutuskan untuk kembali, dan lagi-lagi tuhan seakan kembali mempermainkan hatinya. Wanita itu, wanita yang sangat dia benci saat ini kembali hadir mengusik dirinya dan keluarganya.

Reynard terlihat termenung diatas ranjangnya, berbaring telentang dengan bertumpu, pada kedua tangannya. Matanya menatap nyalang pada langit-langit kamar, sampai tak sadar ada seseorang yang masuk ke dalam kamarnya.

"Rey.." Reynard tersentak dari lamunannya saat Sandra menyentuh lengannya.

"Mami" Ucap Reynard sambil bangun dan bersandar ke kepala ranjang. Sandra tersenyum dan mengelus lengan putranya.

"Nglamunin apa, sampai gak denger mami ngetokin pintu dari tadi."

"Gak papa mi, Rey cuma lelah aja hari ini." Reynard tersenyum tipis menatap ibunya.

"Jangan bohong! Mami tau, kamu lagi memikirkan Fera kan?" Reynard mendengus lirih mendengar nama itu.

"Jangan sebut-sebut nama wanita itu lagi mi!" Ucap Reynard datar.

"Ck, kalian berdua sudah dewasa tidak seharusnya kalian bersikap kekanakan, saling melukai seperti ini." Reynard pun terdiam tidak tau mau berkata apa.

"Kamu ngomong apa sama Fera kemarin?" Tanya Sandra.

"Apa? Rey nggak ngomong apa-apa."

"Kamu pikir mami nggak tau kalau kalian kemarin bertengkar. Si mbok bilang Fera keluar dari dapur sambil menangis dan langsung pulang."

"Ya terus kenapa Rey yang disalahin?" Tanya Reynard acuh.

"Aduhhh..mami apaan sih?" Ucap Reynard sambil mengusap kupingnya yang terasa panas karena jeweran Sandra.

"Karena kamu yang bikin Fera nangis dan jatuh sakit kemarin." Reynard langsung menoleh pada ibunya.

Sakit? Benarkah Fera sakit?

Reynard kembali termenung dan bertanya-tanya, benarkah Fera sakit. Reynard sangat tau Fera paling lemah jika dibentak dan terlalu banyak pikiran. Seketika sedikit rasa khawatir muncul dalam hatinya, namun Reynard segera menggelengkan kepalanya, menepis semua rasa khawatir yang tiba-tiba muncul dalam hatinya.
Bukan! Itu bukan urusannya lagi, wanita itu pantas merasakan sakit itu!

"Kenapa kamu geleng-geleng kepala, mikirin Fera sakit?" Ucap Sandra saat melihat tingkah putranya, dia sangat tau kalau putranya itu sangat khawatir saat ini.

"Nggak, Rey capek mi mau istirahat." Ucap Reynard dan langsung berbaring memejamkan matanya. Sandra pun hanya mengulum senyum dan menggelengkan kepala melihat tingkah putranya.

Luka Dalam CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang