Part 9

109 14 28
                                    

Sialan!!

Reynard menghembuskan nafasnya kasar sambil memijit pelipisnya, ia tak bisa berkonsentrasi sejak tadi, tak ada satupun berkas yang dapat ia pahami. Entah kemana pikirannya hari ini. Reynard melonggarkan sedikit dasinya yang membuatnya merasa tercekik padahal ia setiap hari memakainya.

Fera...

Fera...

Fera...

Kenapa kamu harus kembali?

Bayang-bayang Fera selalu hadir dalam benaknya dan itu mampu membuat Reynard uring-uringan hari ini, pekerjaannya terbengkalai. Beberapa kali ia menyuruh sekretarisnya untuk membatalkan rapat-rapat penting. Ini sudah satu minggu berlalu sejak pertemuannya dengan Fera dirumah Jovan, ia sudah tak pernah lagi bertemu Fera namun bayangan Fera selalu terlintas dibenaknya.

"Ini gara-gara Jovan sialan." Gumam Reynard geram mengingat rencana Jovan kemarin.

Jovan kini sedang berkunjung ke kantor Reynard, setelah insiden kemarin dirumahnya. Dia ingin sedikit menjelaskan rencananya yang membuat Reynard bertemu dengan Fera.

"Ada apa?" Jawab Reynard dingin tanpa mengalihkan pandangannya.

"Loe gak seharusnya bersikap seperti itu sama Fera." Reynard mendongak dan menatap tajam sahabatnya itu.

"Apa maksud loe mempertemukan gue sama dia?" Tanya Reynard tanpa menjawab pernyataan Jovan.

"Ck, kalian memang harus bicara, gue yakin dihati kalian masih ada cinta satu sama lain." Reynard mendengus sinis.

"Tau apa loe tentang hati gue, loe gak tau apa yang gue rasakan saat ini Jo." Ujar Reynard tajam dan Jovan pun terdiam.

"Sangat sakit Jo." Jawab Reynard lirih, Jovan masih terdiam tanpa berniat menyahuti ucapan Reynard.

"Loe nggak bakalan tau seperti apa rasanya, bertatap muka lagi dengan dia. Dan gue memang nggak berharap bertemu lagi sama dia. Dengan bertemu lagi sama dia, itu hanya akan menyayat kembali luka yang selama ini berusaha gue sembuhkan sendiri." Ucap Reynard dengan pandangan jauh kedepan.

"Lalu sampai kapan kalian akan terus menghindar dan saling kucing-kucingan seperti ini?" Reynard terdiam mendengar pertanyaan Jovan.

"Gue tau yang loe rasain Rey, loe hanya tidak mau mengakuinya karena rasa sakit hati loe sama Fera." Gumam Jovan sambil menatap sahabatnya yang masih tak bergeming.

Tok..tok..

Tok..tok..

Ketukan pintu ruangannya membuat Reynard membuka matanya yang dari tadi terpejam.

"Masuk!"

"Maaf pak, rapat akan segera dimulai, bapak sudah ditunggu diruangan." Ujar sekretarisnya

"Baiklah saya segera kesana." Ujar Reynard, ia segera merapikan kembali bajunya dan bergegas ke ruang meeting.

"Gue ada rapat! Gue harap pembahasan soal dia sudah selesai Jo!"

Reynard mempresentasikan proyek baru perusahaannya untuk membangun sebuah apertemen di Tangerang di daerah Cibodas.

" Tanah itu harus segera kita dapatkan, bagaimanapun caranya kita harus dapat karena lokasinya sangat strategis!" Ujar Reynard tegas.

"Tapi saya dengar tanah itu sudah diincar seseorang juga pak, bahkan sudah ada hitam di atas putih." Ujar salah satu pegawai.

"Perusahaan mana yang tertarik juga dengan tanah itu?" Tanya Reynard.

"Dari yang saya dengar dia salah satu dokter di Rumah sakit paman anda pak." Reynard sedikit menaikkan alisnya, bergumam dalam hati menebak siapa dokter yang ingin membeli tanah itu juga.

Luka Dalam CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang