Chapter 1.

7.4K 914 127
                                    

Saat umur Bayu hampir menginjak lima tahun, sang ibu meninggalkannya. Meninggalkannya untuk selama-lamanya. Kini ia hanya tinggal bersama ayah dan adik laki-lakinya, Bagas.

Sejak sang ibu meninggal, mereka bertiga menjadi kuat untuk satu sama lain. Bertahan untuk satu sama lain. Mendukung satu sama lain. Mereka ingin menunjukan pada semua orang bahwa mereka bisa melanjutkan hidup tanpa ibu tercinta. Mereka juga ingin membuat sang ibu bangga di sana.

Sebisa mungkin, Bayu tidak membuat sang ayah kerepotan. Apalagi Bagas masih berumur tujuh tahun saat itu. Bayu berjanji akan menjaga Bagas selama ayahnya bekerja.

Bayu bisa melihat bahwa sang ayah bekerja keras siang dan malam hanya untuk menghidupi anak-anaknya. Bayu bisa melihat waktu sang ayah dengannya maupun adiknya berkurang akibat perkerjaan. Bayu juga bisa melihat bagaimana ayahnya tetap tersenyum bahkan dalam keadaan lelah setelah bekerja.

Bayu mempelajari banyak hal dari sang ayah. Ayah adalah sosok yang sangat ia kagumi dan hormati bahkan hingga detik ini. Tidak peduli apapun yang ayahnya lakukan padanya. Tidak peduli seburuk apapun perlakuan ayahnya padanya. Ayah tetaplah ayah. Sekarang ini Bayu hanya mempunyai ayah dan Bagas.

Hanya saja sekarang Bayu tidak bisa membuat ikatan ataupun hubungan yang dulu pernah ia miliki dengan sang ayah. Bayu tidak bisa kembali. Seakan ada jarak yang terus melebar setiap harinya di antara ayahnya dan dirinya.

Bayu mati-matian menyelesaikan SMA dengan janji bahwa itu adalah terakhir kalinya ia hidup dengan campur tangan sang ayah. Setelah itu Bayu memulai usahanya yang bisa dibilang nekat dengan Anggra dan Luke.

Kehadiran Anggra dan Luke tidak banyak mempengaruhi hidupnya. Tapi mereka sangat berarti bagi Bayu. Mereka spesial untuknya dan Bayu tidak ingin kehilangan dua sahabatnya itu. Mereka selalu ada dimanapun Bayu butuhkan.

Bayu berusaha melupakan bayangan sang ayah. Ayah yang terasa seperti orang lain untuknya. Ayah yang terakhir ia lihat seakan memicu rasa benci pada diri Bayu. Ayah yang sudah tidak ia kenali lagi. Bayu sangat berusaha untuk melupakan bayangan sang ayah. Bahkan tidak ada yang tahu seberapa keras Bayu berusaha melakukan itu.

Tapi usahanya seakan sia-sia saat Bayu menemukan sosok berbeda namun mempunyai segala sifat sang ayah.

Bayu mendengus di kursinya. Tidak menyembunyikan kekesalan yang tengah dirasakannya. Sudah hampir satu jam Bayu menunggu dan sosok yang hanya mengingatkannya pada sang ayah tidak kunjung muncul. Bayu seperti orang bodoh yang menunggu untuk selama ini.

Tapi memang mungkin skripsi membutuhkan banyak pengorbanan. Bayu pernah mendengar sebelumnya tentang bagaimana menderitanya saat para mahasiswa menemui masa-masa skripsi. Ia pikir bahwa mereka berlebihan. Tapi sekarang Bayu menyadari bahwa masa-masa skripsi memang mengerikan.

Kali ini Bayu menghela nafas. Merasa bahwa apa yang tengah dilakukannya sekarang bukanlah apa-apa. Ia akan mencoba untuk bertahan lebih lama lagi. Semua ini demi masa depan yang sebenarnya tidak ia yakini akan seperti apa. Bayu hanya berpikiran bahwa tidak ada salahnya untuk mencoba.

"Bima."

Bayu tersentak saat suara itu terdengar. Kepalanya mendongak dan menemukan sosok Bima berada tidak jauh di hadapannya. Ia berdiri dari duduknya dan menyadari sesuatu.

"Bapak kalo panggil nama saya kayak gitu, emangnya nggak ngerasa kayak panggil diri sendiri?" Bayu jengkel seketika. Mood yang sedari tadi coba ia perbaiki untuk tidak menjadi buruk, sekarang sudah menjadi yang paling buruk.

Seorang Bima Adipati memang mempunyai hobi untuk membuat mood-nya memburuk.

"Bukannya itu memang nama kamu? Setidaknya saya masih panggil kamu dengan nama." Bima menjawab. Kakinya melangkah ke arah pintu ruangannya. Bayu bisa melihat laki-laki itu merogoh saku celana untuk mengambil kunci dan membuka pintu ruangan. Ia sendiri mengikuti di belakangnya.

When Love Comes Around [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang