Chapter 8.

5K 837 63
                                    

Bayu membaui hidungnya dengan aroma musk milik Bima sepuas hatinya. Aroma yang sekarang menjadi favoritnya. Aroma yang selalu berhasil membuatnya tenang juga.. merindu.

Saat ini, tidak ada perasaan lain selain rasa benar dan tepat. Bayu merasa benar dan tepat akan perasaannya, akan tindakan yang ia lakukan. Bayu hanya tidak pernah merasa sebenar dan setepat ini selama hidupnya.

"Bima."

Suara berat dari sang dosen hanya menyamankan indera pendengarannya. Ketika suara itu terdengar kembali, Bayu memejamkan kedua matanya. Berusaha untuk menikmati semuanya. Aroma Bima, suara Bima, kehadiran Bima.

Dan saat ketiga kali suara Bima terdengar, Bayu seakan ditarik paksa oleh kenyataan. Matanya terbuka lebar. Ia menegakan tubuhnya dengan ekspresi campur aduk. Matanya bisa melihat bahwa Bima sudah membalikan badannya untuk menghadapnya.

Tidak ada kata yang terucap.

Bayu dengan perasaan kacau bertanya-tanya kepada dirinya sendiri dengan apa yang sudah ia lakukan. Itu benar-benar di luar kesadarannya. Semua otot tubuhnya seakan bergerak dengan sendirinya. Dan Bayu sangat terkejut saat menemukan dirinya sendiri tidak menyesal dengan apa yang sudah dilakukannya.

Matanya mencoba untuk menatap kedua mata hitam milik Bima. Mata yang dikaguminya. Ah, Bayu sekarang menyadari sesuatu. Ia mengagumi semua hal yang berada pada sosok Bima. Tapi kemudian kenyataan kembali menariknya untuk yang kedua kali.

Bagaimana reaksi Anggra dan Luke jika melihat tingkahnya yang seperti ini? Di samping itu, Bayu hanya merasa penasaran sekaligus takut dengan seperti apa reaksi Bima. Bayu merasa takut. Ia merasa takut jika apa yang sudah ia lakukan adalah salah. Ia merasa takut jika semuanya tidak seperti yang ia pikirkan.

Tapi di tengah semua rasa takutnya, tekat Bayu untuk menyampaikan semua perasaannya pada Bima tidak padam. Di tengah semua rasa takutnya, Bayu mencoba menatap lurus pada kedua mata hitam milik Bima. Di tengah semua rasa takutnya, Bayu berharap bahwa perasaannya akan sampai kepada Bima.

"Kenapa Bapak melakukan semua itu?"

Sekian dari beribu pertanyaan yang berputar-putar dalam otak Bayu, hanya itu yang bisa mewakili semuanya. Ia benar-benar tidak tahu tentang alasan kenapa Bima seolah-olah melindungi tanpa sepengetahuannya. Dosennya itu benar-benar bertingkah sok misterius.

Bayu menolak dirinya sendiri untuk merasa baper ataupun salah paham. Saat memikirkan hal itupun, pemikiran bahwa Bima melakukan semua itu untuknya hanya karena ia adalah murid dari sosok itu seketika menghantamnya. Dan Bayu tidak bisa untuk tidak merasa terkejut dengan pemikiran tersebut.

"Kenapa, Pak?"

Tiba-tiba Bayu merasa nelangsa. Pertanyaannya tidak kunjung terjawab dan otak juga hatinya keburu baper duluan. Apakah menyukai seseorang harus serepot ini? Dalam hati, Bayu benar-benar merasa salut pada Anggra yang bisa memenangkan hati Varo yang juga seorang cowok sepertinya.

Sebuah helaan nafas dari Bima adalah respon pertama setelah sekian lama terdiam. Dan entah kenapa Bayu menemukan hal itu bukan sebagai pertanda yang baik.

"Kamu nggak berubah." Bima di sana berkata. Seketika hanya membuat Bayu mengerutkan dahinya. Ia bisa melihat dosennya itu berjalan mendekatinya, menepuk kepalanya satu kali lalu menyuruhnya untuk duduk menunggu makan malam siap.

Bayu hanya terdiam melihat Bima yang kembali berbalik menghadap konter dapur dan sibuk di sana. Mengesampingkan rasa kagumnya ketika ia menemukan fakta bahwa Bima bisa memasak. Bayu berusaha sekeras yang ia bisa untuk tidak melakukan hal yang sama saat kembali memandang pada punggung lebar milik Bima.

When Love Comes Around [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang