Chapter 9.

4.7K 807 98
                                    

"Bun, kita mau kemana?"

Bima kecil bertanya pada Sang Bunda; yang dijawab dengan sebuah senyuman. Walau senyuman Sang Bunda adalah hal yang paling Bima sukai di dunia ini tapi tetap saja ia hanya membutuhkan jawaban. Tidak biasanya Bunda mengajaknya pergi tanpa memberitahukan kemana tujuannya.

Bima dengan perasaan tidak rela hanya diam sepanjang perjalanan saat Sang Bunda sepertinya tidak ingin menjawab pertanyaannya.

Mobil yang mereka tumpangi berhenti di sebuah rumah. Rumah yang terlihat tidak kecil namun juga tidak besar. Rumah yang terlihat cukup nyaman untuk ditinggali. Bima menurut saja saat Bunda mengajaknya untuk turun.

Mereka di sambut oleh pasangan suami istri, itu yang ada dipikiran Bima. Ia tidak terlalu memperhatikan ketika matanya lebih tertarik untuk menjelajahi seluruh isi rumah tersebut. Ia hanya memberi salam sesopan mungkin ketika Sang Bunda menyuruhnya.

Kemudian mereka berdua digiring memasuki sebuah kamar. Kamar bernuansa putih dengan banyak barang-barang bayi di dalamnya. Barang-barang bayi? Bima mengernyitkan dahinya sebelum matanya kemudian menemukan seorang bayi mungil yang berada di tempat tidur.

Ini adalah kali pertama Sang Bunda mengajaknya untuk melihat bayi. Itu adalah pemandangan yang menarik dan membuat Bima merasa excited. Ia terus saja memandangi bayi kecil yang sesekali bergerak itu. Bayi itu sedang tidur, terbukti dari matanya yang tertutup. Bima hanya berpikir kenapa ada makluk sekecil itu.

Ketika Sang Bunda kembali mengobrol dengan suami istri yang Bima duga adalah pemilik dari bayi tersebut, kedua matanya tidak sengaja menangkap kepala yang menyembul di pintu kamar tersebut. Bima menelengkan kepalanya untuk melihat siapa yang berada di sana tapi detik itu juga kepala itu menghilang.

Oh, ada seorang Pengintip.

Rasa penasaran seakan menyuruh Bima untuk menangkap Sang Pengintip jadi ia meminta izin pada Sang Bunda untuk pergi dengan alasan ingin melihat-lihat. Sungguh alasan yang tidak memcermikan bahwa dia adalah seorang anak kecil.

Ketika keluar dari kamar, Bima tidak menemukan apapun. Ia mengedarkan pandangannya. Lalu kepala itu muncul di antara tembok yang terletak di sudut ruangan. Kali ini Bima bisa melihat dengan jelas bahwa itu adalah kepala seseorang. Kepala anak kecil lebih tepatnya. Namun kepala itu kembali menghilang begitu tahu bahwa Bima telah menemukannya.

Bima tidak akan berhenti sampai situ saja, jadi ia berusaha berlari ke tempat dimana kepala itu menghilang dan akhirnya ia menemukan seorang anak kecil tengah bersembunyi di belakang sebuah pot bunga yang bahkan ukurannya tidak lebih besar daripada anak itu.

"Ngapain di situ?"

Bima hanya ingin memperjelas semuanya. Ia tidak memikirkan bahwa nada dan pertanyaan yang ia gunakan bisa menakuti anak tersebut. "Ngapain sih?" Tanyanya lagi, kali ini dengan tidak sabar ketika tidak ada gerakan di sana.

Sang Pengintip sesekali mengintip melalui celah-celah tanaman dalam pot tersebut dan hal itu hanya membuat Bima merasa gemas. Ia memutuskan untuk menghampiri anak tersebut.

"Jangan jadi tukang ngintip."

Bima tidak tahan untuk menghardik anak tersebut. Dan akhirnya anak kecil itu keluar dari persembunyiannya. Anak yang Bima kira berumur sekitar 4-5 tahun. Anak kecil itu menatapnya dengan pandangan kesal walau bercampur dengan ekspresi seperti tengah menahan tangis.

"Bima bukan tukang ngintip." Anak kecil itu membantah dengan suara cadelnya. Bima hanya menaikan sebelah alisnya. Anak tersebut baru saja menyebut namanya. Atau itu memang nama anak itu?

When Love Comes Around [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang