Chapter 4.

5.2K 868 97
                                    

Bayu telah membawa semua barang-barangnya pergi dari rumah. Seingatnya, tidak ada satupun barang miliknya yang tertinggal di sana.

Hari ini Bayu pulang ke rumah hanya karena untuk mengambil beberapa barang milik sang adik. Bagas akan pergi camping selama tiga hari dan Bayu sebagai abang yang baik, sebisa mungkin untuk menyiapkan semua keperluan yang dibutuhkan. Walaupun sang adik menolak bantuannya dengan alasan takut merepotkan.

Bayu hanya berharap bahwa ia tidak akan bertemu dengan sang ayah. Ia baru sempat datang malam hari seperti ini karena ia mempunyai bimbingan yang lumayan menguras tenaga juga kesabarannya.

Berterimakasih lah pada seorang Bima Adipati.

Sebuah dengusan keluar saat Bayu memikirkan orang itu. Tangan kanannya memutar kunci rumah yang selalu ia bawa bersamanya. Keaadan rumah terlihat gelap dan Bayu menyimpulkan bahwa ayahnya belum pulang. Hal itu menimbulkan perasaan lega pada dirinya. Tapi kemudian Bayu seperti merasakan perasaan.. kecewa?

Bayu berdecih. Tidak mungkin ia merasa kecewa karena tidak bertemu dengan ayahnya. Seharusnya ia hanya merasakan perasaan lega, bukan?

Seharusnya. Tapi semakin dipikirkan, perasaan kecewa itu semakin terasa.

Bayu berjalan perlahan, mencoba melupakan pemikirannya. Ia menyalakan lampu dan memandang sekeliling. Keadaan rumah masih sama seperti terakhir kali ia berkunjung, entah kapan itu. Tidak ada yang berubah.

Tanpa bisa dicegah, pemandangan di hadapannya hanya membuat Bayu mengingat semua kenangan bersama ayah, ibu dan juga adiknya. Entah kenangan baik maupun buruk. Semua kenangan itu terjadi di dalam rumah ini. Rumah yang selalu ibunya rawat dengan sangat baik selama beliau masih hidup dan kemudian ia melakukan hal yang sama saat sang ibu tiada.

Rumah ini sangat berharga bagi sang ibu, begitu juga baginya.

Sebuah helaan nafas besar keluar. Bayu merasa bahwa ia harus segera pergi. Maka dari itu, ia berjalan ke arah kamar Bagas berada. Mengambil barang-barang milik adiknya lalu memasukannya ke dalam sebuah koper. Setelah selesai, ia keluar dari kamar tersebut.

Ketika sampai pada ruang tengah, pintu depan terbuka. Menampilkan sang ayah dengan keadaan mabuk dengan seorang wanita yang merangkulnya. Wanita berbeda dari yang Bayu ingat dari wanita-wanita lainnya.

Pemandangan yang pernah ia lihat sebelumnya itu hanya membuat emosinya timbul.

Bayu mengumpat yang seperti ditunjukan untuk dirinya sendiri. Kakinya berjalan. Berusaha untuk tidak melirik barang sedikitpun pada keadaan sang ayah. Pemandangan ayahnya yang seperti itu adalah pemandangan terakhir yang ingin Bayu lihat. Ia merasa bahwa ia benar-benar harus pergi secepatnya.

"Bima."

Tepat saat Bayu melewati sang ayah, tangan kanannya ditahan. Langkahnya terhenti seketika. Bayu mengernyitkan dahinya saat hidungnya mencium bau alkohol yang sangat kuat. Rasa tidak suka muncul dalam dirinya.

Bayu masih tidak ingin melihat keadaan sang ayah yang seperti itu, jadi ia bertahan pada posisinya.

"Bima." Sang ayah memanggil namanya sekali lagi. Kali ini dengan suara yang sangat lirih. Tapi dengan suara dan cara yang sama, yang Bayu sukai dari sang ayah.

Bayu hanyalah seorang Bayu. Ia masih memiliki rasa sayang pada ayahnya itu. Sekarang ditambah dengan rasa tidak tega. Jadi Bayu memutar kepalanya, menoleh pada sang ayah yang tengah menyenderkan kepalanya pada bahu wanita yang merangkulnya. Tangan lainnya merangkul erat pinggang wanita itu. Wajah sang ayah terlihat memerah dengan mata yang tertutup.

Dan saat itu pula, rasa tidak tega yang tadi muncul seketika lenyap. Tergantikan emosi yang kini terasa meluap-luap sampai ke ubun-ubun.

Penampilan sang ayah sungguh tidak pantas untuk dilihat. Semua itu hanya membuat Bayu teringat akan kejadian-kejadian yang berusaha ia lupakan bahkan sampai saat ini.

When Love Comes Around [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang