Chapter 14.

4.8K 778 24
                                    

Bayu berdiri di depan sebuah pintu. Lantas ia tidak langsung mengetuk pintu tersebut. Satu tangannya meremas tali ransel yang ia pakai pada punggungnya. Matanya menatap lurus pada pintu di hadapannya.

Kenapa rasanya sangat gugup?

Bayu merasa payah sekali. Padahal ia hanya harus mengetuk pintu lalu membiarkan seseorang di dalam sana membuka pintu tersebut untuknya lalu ia bisa masuk ke dalam. Tapi rasanya sulit sekali. Ia bahkan harus menghela nafas berkali-kali dan menenangkan ritme jantungnya yang kelewat heboh.

Apa-apan reaksi tubuhnya itu? Ini hanya bimbingan. Apa sih yang Bayu pikirkan? Kenapa dirinya sangat lebay?

Setelah menghela nafas kasar, Bayu memberanikan dirinya. Tangan kanannya terangkat dan kelegaan menerpanya saat berhasil mengetuk pintu di hadapannya tersebut. Sekarang hanya ada rasa gugup pada dirinya untuk menunggu seseorang membuka pintu.

Sedetik setelah pintu terbuka, Bayu bisa melihat sosok Bima.

Rasa gugup itu masih ada, tapi kemudian rasa hangat mulai menjalari hatinya. Bayu tidak pernah menyangka bahwa ia akan merasa selega dan sehangat ini ketika mendapati sosok Bima di hadapannya. Rasanya sudah sangat lama ia tidak melihat sosok itu.

Lebay banget sih gue, Bayu membatin.

Bayu berusaha mengalihkan pemikiran itu. Ia menatap lekat-lekat pada Bima. Sosok itu tidak mengenakan kacamatanya hari ini. Bayu bisa melihat dua kancing paling atas dari kemeja berwarna biru tua yang dipakai Bima terbuka dan memberikan kesan santai pada sosok itu.

"Masuk."

Suara milik Bima hanya menyadarkannya. Lagi-lagi Bayu kepergok tengah memperhatikan Bima. Ia merasa ingin ditelan oleh lantai yang dipijaknya sekarang juga. Memalukan sekali. Bayu hanya bisa mengangguk tanpa berbicara. Ketika kakinya hampir melangkah, sebuah suara lainnya terdengar; hanya menghentikan niatan Bayu untuk melangkah.

"Siapa, Bim?"

Itu suara perempuan, Bayu tahu betul. Tidak lama, seorang wanita muncul. Kedua mata Bayu melebar. Wanita itu cantik dan berambut panjang. Bayu hanya mengerutkan dahinya saat bertanya-tanya akan siapa gerangan wanita tersebut.

"Oh, ada tamu ya?" Tanyanya lagi dengan nada ramah tanpa mau menunggu jawaban atas pertanyaan yang sebelumnya. Wanita itu menunjukan sebuah senyuman pada wajah cantiknya dan berdiri di samping Bima.

"Murid kamu, Bim?"

Bayu hanya memperhatikan interaksi mereka dari tempatnya berdiri. Bima dan wanita itu terlihat akrab, bahkan seperti sangat dekat. Bayu hanya bisa semakin dalam untuk mengerutkan dahinya saat rasa tidak suka mulai timbul pada hatinya atas pemikirannya tersebut.

"Ya udah, aku nggak mau ganggu juga. Bunda udah nunggu aku di butik." Suara wanita itu terdengar sangat ceria dan menatap Bayu dengan senyuman pada wajahnya. Sedangkan Bayu sebisa mungkin membalas senyuman wanita itu.

Bayu memberikan celah bagi wanita itu untuk melewati pintu. Ia mengakui bahwa wanita itu sangat cantik. Benar-benar cantik. Tiba-tiba Bayu mengingat sosok yang dulu bersama Bima di dalam café. Apakah wanita itu adalah wanita yang sama dengan sosok yang ia lihat barusan?

Ketika Bayu akan bertanya, Bima sudah mendahuluinya masuk ke dalam dan ia segera menyusul di belakangnya.

Bayu duduk di ruang tengah. Matanya memperhatikan bagaimana Bima yang membereskan dua gelas kopi yang tadi sempat terletak di atas meja; tepat di hadapan Bayu. Bayu hanya mengira bahwa Bima telah menghabiskan waktu dengan wanita itu sambil minum kopi.

Itu hanya seperti yang ia dan Bima lakukan tempo hari lalu dan seketika Bayu menyadari perasaan tidak suka langsung timbul ke permukaan. Bayu hanya tidak menyukai ketika Bima melakukan sesuatu dengannya tapi juga melakukannya bersama dengan orang lain.

When Love Comes Around [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang