Chapter 2.

5.9K 888 155
                                    

Bayu menguap lebar lalu setengah membanting ponselnya ke atas meja makan. Tidak mempedulikan dua sahabatnya yang sudah bersiap untuk sarapan, ia justru menelungkupkan kepalanya ke atas meja makan. Niat hati ingin melanjutkan tidurnya kembali--

"Begadang lagi, Bay?"

--jika Luke tidak menginterupsi kegiatannya. Ia sama sekali tidak bernafsu untuk menjawab pertanyaan itu. Hatinya terasa sangat kesal saat menemukan ponselnya tidak menunjukan satupun notifikasi email ataupun pesan dari sang dosen. Dosen pembimbingnya yang mempunyai nama yang mirip seperti namanya.

Semalam Bayu rela menunggu balasan dari sang dosen untuk permintaan jam bimbingannya yang hanya berakhir sia-sia. Balasan tak didapat, tidur larut dan rasa kantuk yang ia terima.

Bima Adipati memang suka sekali mempermainkannya.

Bayu benar-benar berniat untuk kembali ke kamar dan melanjutkan acara tidurnya saat ponselnya bergetar. Sepercik semangat menghampirinya, mungkin saja itu pesan dari salah satu teman ceweknya. Lumayan buat teman jalan untuk menghilangkan ke-baper-an dirinya akan harapan palsu yang diberikan dosennya.

Begitu ia menggeser layar ponselnya, kedua matanya melotot. Bayu mengumpat kata 'brengsek' dengan keras sebelum berlari menuju kamar. Benar-benar tidak mempedulikan dua cowok ganteng yang tengah menikmati sarapan mereka.

Melewatkan sarapan, mandi kilat, mengendarai motor kebut-kebutan, berlarian di halaman dan koridor kampus adalah hal yang Bayu lakukan hari ini untuk bertemu dengan Bima, dosennya. Ia mendapat pesan bahwa laki-laki itu menerima jam untuk bimbingan dengannya tepat pada pukul 8 pagi ini.

Tapi, pagi ini mungkin bukan pagi keberuntungan untuk Bayu.

Bayu baru saja akan mengetuk pintu ruangan Bima saat laki-laki itu muncul setelah membuka pintu. Tatapan tajam yang dilayangkan Bima membuat Bayu sedikit gentar. Di salah satu tangannya terdapat beberapa buku dan Bayu berasumsi bahwa dosennya itu akan--

"Kamu terlambat. Saya ada kelas dadakan. Bimbingan kita adakan lain waktu."

--memberikan kabar buruk. Memancing Bayu untuk berteriak sekeras yang ia bisa. Atau melayangkan satu tinjunya pada wajah kaku Bima. Ataupun menghancurkan kampus ini. Yang mana saja yang bisa membuat amarahnya mereda.

Bima Adipati memang benar-benar suka sekali mempermainkannya.

Tapi daripada melakukan hal-hal yang disebutkan di atas, ternyata Bayu lebih memilih untuk pergi ke kantin yang terletak di sekitaran kampusnya untuk mengisi perut. Rasa lapar memang mengalahkan segalanya. Berterimakasihlah pada dosen psikologinya itu hingga ia melewatkan sarapannya.

Saat Bayu tengah memesan satu porsi nasi goreng kepada salah satu pelayan di sana, seseorang di sampingnya juga memesan makanan yang sama sepertinya. Bayu menoleh untuk mencari tahu siapa sosok itu dan kedua matanya menemukan seorang cewek yang tidak asing baginya. Ia membalas senyuman yang cewek itu layangkan padanya.

Bayu tahu betul siapa cewek cantik itu. Cewek paling populer di kampus yang tidak hanya memiliki kecantikan pada wajahnya tapi juga segudang prestasi. Namanya Lea.

"Hai." Bayu memutuskan untuk menyapa Lea dan kelegaan menerpanya saat tidak menemukan tanda-tanda penolakan dari cewek itu. "Sendirian?" Lanjutnya.

Saat Lea mengangguk dengan gestur merapikan anak rambutnya ke belakang telinga, Bayu terpesona seketika. Cewek berambut panjang itu cantik sekali. Tidak heran bahwa dia menjadi cewek paling populer di kampus.

"Mau duduk bareng?"

Bayu tidak akan pernah menyia-nyiakan kesempatan yang berada di depan matanya. Apalagi kesempatan untuk mendekati cewek seperti Lea. Tapi alih-alih mendapat jawaban, perutnya lebih dulu berbunyi. Tanda bahwa ia sangat lapar. Hal itu menuai ekspresi setengah terkejut setengah geli dari Lea dan Bayu merasa sangat malu.

When Love Comes Around [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang