Chapter 6.

5.1K 871 72
                                    

Bayu tidak tahu apa yang sebenarnya tengah ia lakukan. Kedua kakinya hanya bergerak sendiri untuk mengikuti kemana Lea pergi.

Bayu sama sekali tidak punya ide kenapa setiap pertemuannya dengan cewek itu selalu diinterupsi oleh Bima. Lea selalu mendapat pesan singkat atau email ataupun telepon dari dosennya itu di saat cewek itu sedang bersamanya.

Adalah hal yang tidak wajar mengingat setiap pertemuan seperti selalu diganggu oleh Bima. Dosennya itu seakan mengetahui pertemuan mereka dan seakan tidak menginginkan pertemuan itu untuk terjadi.

Bayu merasa bahwa semuanya terlihat aneh. Ia tidak bisa diam saja. Jadi hari ini Bayu ingin memperjelas semuanya.

Pemandangan dimana Bima menyambut Lea di depan pintu ruangannya hanya membuat dahi Bayu berkerut. Itu adalah pemandangan yang langka. Pemandangan yang membuat rasa tidak suka muncul dalam dirinya. Perasaan tidak suka yang terasa familiar bagi Bayu.

Bayu terdiam di tempatnya berdiri, berusaha mengabaikan rasa tidak suka yang terus menjadi dalam dirinya. Matanya masih mengawasi dimana Bima tengah menggiring Lea supaya memasuki ruangannya. Ekspresi bahagia cewek itupun tidak luput dari penglihatan Bayu.

Berbagai pertanyaan seakan berputar-putar dalam kepala Bayu. Tapi di samping itu, terdapat sebuah kesimpulan yang bisa menjawab semua pertanyaan itu. Kesimpulan yang bahkan kebenarannya tidak ingin Bayu akui, hanya saja mau tidak mau harus Bayu ketahui.

Bayu terus saja memikirkan itu bahkan ketika ia sampai di Lullaby. Tepukan Anggra pada bahunya hanya membuyarkan lamunannya.

Bayu baru menyadari bahwa sedari tadi ia tidak melakukan apapun. Ia bahkan membiarkan pelanggan menunggu lama di hadapannya. Setelah meringis lalu memberikan sebuah cengiran pada Anggra, ia meminta maaf pada sang pelanggan dan buru-buru membuat pesanan.

"Semuanya baik-baik aja, Bay?"

Anggra bertanya tepat setelah Bayu memberikan pesanan pada pelanggan. Ia menghela nafas. Bayu tahu betul bahwa Anggra memperhatikannya dan mungkin tingkahnya membuat sahabatnya itu merasa khawatir.

Bayu tidak berniat untuk berbohong. Karena sekeras apapun ia mencoba untuk berbohong, Anggra pasti akan mengetahuinya. Jadi Bayu memutuskan untuk menceritakan semuanya kepada sahabatnya itu.

Dan setiap kali Bayu menceritakan semua masalahnya pada Anggra maupun Luke, respon mereka tidak pernah membuatnya kecewa. Kedua sahabatnya itu seakan menghormati ceritanya dan sebisa mungkin memberi solusi untuknya. Jika tidak pun, mereka tahu sekali bagaimana caranya untuk membuat ia merasa tenang.

"Lakuin aja hal yang bener-bener lo inginkan, Bay. Lo tau kita di sini selalu dukung elo." Bayu menatap Anggra. Lalu menatap Luke di sampingnya, sahabatnya itu tengah tersenyum.

Pemandangan itu hanya membuat Bayu merasa termotivasi. Ia akan melakukan hal yang sahabat-sahabatnya sarankan padanya. Bayu sebisa mungkin akan meraih sesuatu yang ia inginkan. Ia akan mencoba sekeras yang ia bisa.

Walau Bayu merasa cukup curiga pada kilatan jahil yang terdapat pada tatapan kedua sahabatnya itu. Kilatan kejahilan yang tidak ia ketahui artinya. Bayu mengabaikannya begitu saja karena ia sudah hafal bagaimana tingkah Anggra dan Luke.

Pada bimbingan hari ini, Bayu masih memikirkan semua hal itu.

Tanpa sadar, ia terus memandangi Bima yang duduk di sampingnya. Mereka memulai bimbingan di sofa seperti biasanya. Dosennya itu terlihat serius. Hari ini Bima mengenakan kemeja berwarna merah marun. Sangat kontras dengan kulitnya yang berwarna putih.

Bayu juga bisa melihat bahwa sepertinya Bima telah memotong rambutnya. Model rambut dosennya itu terlihat lebih segar dan rapi. Bima juga wangi seperti biasanya. Wangi dengan aroma musk. Setiap ia berdekatan dengan Bima, aroma itu selalu memenuhi indera penciumannya--

When Love Comes Around [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang