TELAH TERBIT EBOOKNYA. DAPATKAN DI GOOGLE PLAY STORE.
Ini kisah Masha Cameron, gadis blasteran Indo Amrik. Dia putri tunggal Blake Cameron, pemilik Universitas Star of Cameron. Tidak seperti universitas pada umumnya, di sini ada kampus tempat binta...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bear, apa lo tahu gue belajar di kampus ini cuma sekedar iseng doang? Padahal semua orang disini serius, semua orang disini ingin sukses. Semua ingin meraih masa depan gemilang. Kecuali gue. Karena tanpa gue berusaha pun, gue bakalan sukses. Gue tinggal ngelanjutin usaha daddy.
Daddy gue, dia Blake Cameron. Dia midas di dunia hiburan, apa yang dia sentuh akan mendatangkan pundi~pundi emas baginya.
Gue anak kesayangannya, anak tunggal. Nah lo kini paham kan Bear, kenapa gue nyantai, kenapa gue gak serius. Dunia sudah ada dalam genggaman gue tanpa gue perlu berusaha apapun.
Jadi, itu sebabnya gue gak pernah serius dalam hidup gue. Tapi baru kali ini gue melakukannya.
Yap, gue serius sama perasaan gue ke elo, Bear! Apa lo sadar betapa beruntungnya lo Bear? Bahkan gue bela-belain mengikuti mata kuliah yang lo pilih, meski itu termasuk level berat buat gue!
Kayak makul The Writer yang lo pilih. Kenapa sih lo ikut makul berat kayak gini? Apa lo pengin menjadi penulis novel? Penulis skenario?
ARGHH! Hari pertama kuliah saja gue sudah jatuh, Bear. Jatuh tertidur maksudnya. Pasti tadi lo memperhatikan gue ngorok di samping bangku lo kan? Apa gue ngiler? Saat gue bangun, gue ngerasain ada yang lembap di pipi gue.
Dan yang gue dengar pertama kali dari dosen yang membosankan di depan adalah tugas. Menyusun rangkuman cerita Romeo dan Juliet. Pakai gaya bahasa lo sendiri. Idih, males banget kan!
So pasti gue gak akan mengerjakan tugas ini, gue bisa menyuruh orang lain mengerjakannya buat gue. Jadi gue memperhatikan sekeliling hingga pandangan gue jatuh pada cewek gendut di sebelah gue. Dia langsung mengkeret menyadari tatapan jahat gue.
Brak! Gue tendang bangkunya, cewek gendut itu semakin ketakutan!
"Elo siapa?"
"Puttt... Putri, Kak.."
"Kak, Kak, kapan gue kawin sama abang lo?! Heh Put, denger! Lo musti kerjakan tugas yang diberi dosen tadi buat gue! Lo mau kagak? Gue gak maksa, tapi kalau lo gak mau, gue bisa keluarin lo dari kampus ini!"
Muka si gendut jadi pucat, dia menggangguk mengiyakan.
See, mudah kan gue mencari orang yang bersedia mengerjakan tugas gue, Bear? Tapi kenapa lo gak suka, Bear? Bagaikan inang gue, lo menegur gue.
"Masha, itu tugas kamu. Kamu harus mengerjakannya sendiri, jangan memaksa orang untuk menyelesaikan tugas kamu. Itu sikap tak bertanggung jawab!"
Orang~orang langsung menatap lo, Bear. Mungkin mereka heran. Kok ada mahasiswa kere kayak elo yang berani menegur gue yang notabene badgirl, anak pemilik kampus yang sangat ditakuti!
"Gue gak maksa dia, Bear! Gendut! Apa elo merasa gue paksa?"
Mendapat pelototan gue, si Gendut menggeleng ketakutan.
"Kamu memang tak memaksa, tapi kamu mengancamnya! Itu sama saja, Sha."
Tatapan tajam lo, Bear. Bikin gue gak berani membantah. Tapi gue mencoba menawar. "Next gue kerja sendiri, Bear. Yang ini beratttttt."
"Kalau merasa berat, buat apa kamu memaksa ikut mata kuliah ini?" Lo menyindir gue, Bear. Mengapa lo sulit memahami perasaan gue?
"Gue ikut makul ini gegara ngikut lo, Bear! Kalau gak gitu, gue susah menemui elo. Ada saja yang elo kerjain!" gerutu gue kesal.
Lo menatap gue dengan pandangan yang sulit gue mengerti, lalu lo berkata dingin, "tak seperti kamu Masha, aku harus bekerja untuk membiayai hidupku."
"Beasiswa lo.."
"Beasiswa tak termasuk kehidupan sehari~hari. Aku harus bekerja untuk membiayai rumahku yang ada diluar sana."
Gue gak pernah memikirkan hal itu. Uang mengalir dengan sendirinya ke kantong gue. Bear, ternyata hidup lo keras ya. Apa gue piara lo aja kali, supaya lo enggak perlu kerja keras seperti sekarang?
"Masha, mulai sekarang kamu harus mengerjakan tugasmu sendiri. Aku akan membantumu," akhirnya lo menawarkan bantuan semacam itu pada gue.
Tentu saja gue gak akan menyia~nyiakannya, Bear. Itu adalah kesempatan emas bagi gue supaya bisa bertemu elo lamaan!
