06.Will Not Be In Vain

4.6K 518 20
                                    


"Meski menunggu tak mudah. tetapi akan ada satu hari dimana waktu akan membuktikan, bahwa sabarmu tak sia-sia."

Jungkook menuruni anak tangga dengan cepat, saat menyadari waktunya tak banyak untuk bisa sampai tepat waktu ke sekolah. Ia baru bisa tertidur beberapa jam yang lalau karena mimpi sial itu.

langkahnya tertahan saat mendapati appanya tengah berkutat di dapur.

jantungnya tiba-tiba berdetak lebih cepat, tapi kali ini detak nyamanlah yang Jungkook rasakan. bukan detak ketakutan saat melihat appanya mabuk.

Kerinduan menyeruak begitu saja di hatinya. Jungkook sangat merindukan appanya.
Bisakah tetap seperti ini, maka Jungkook tak akan meminta banyak lagi.

"Sampai kapan kau akan tetap berdiri di situ?"

Suara bariton itu, sungguh Jungkook merindukannya.

"Ha- a?" Jungkook gugup, Ia seperti sedang bermimpi sekarang

"Duduklah!"
Itu tampak seperti sebuah bentakan daripada permintaan, Jeon Suk kembali menyiapkan masakannya

"Ba- baiklah" Jungkook berjalan gugup mendekati meja makan kemudian duduk berhadapan dengan appanya.

Jungkook mengabaikan tentang Ia yang buru-buru ke sekolah karena kemungkinan Ia akan ketinggalan bus.

Keduanyapun makan dalam keheningan. Tak ada yang berniat memulai percakapan.

Tanpa disadari Jungkook, Jeon Suk mencuri tatap anaknya itu. Jeon Suk melihat bagaimana Jungkook ketakutan dalam tidurnya. Dan Jeon Suk melihat Jungkook meringkuk di bawah meja hanya saja Jungkook tak menyadari keberadaannya semalam.

Jeon Suk sedikit tersadar bahwa penyebab semua kekacauan di keluarganya adalah Ia sendiri.

dan setelah kehilangan istrinya, Jeon Suk tak mau lagi kehilangan Jungkook yang menjadikan dirinya alasan untuk tetap bertahan ditengah banyaknya situasi sulit untuk dihadapi anak seusianya.

❄ ❄ ❄

Pagi ini hari bersejarah dan terindah untuk Jungkook. Ia dan appanya sarapan bersama untuk pertamakali setelah sekian lama.

Kakinya melangkah ringan menuju kelas sambil sesekali menyanyikan lirik lagu yang mengalun di telinganya.

Saat memasuki kelas Junkook pikir dirinya akan terlambat, ternyata masih ada yang belum hadir.

"Woah.. Kau memecahkan rekormu sendiri Kook- ah. Tak biasanya kau datang terlambat, ada apa?"
Jimin langsung menyuguhi pertanyaan, padahal Jungkook baru saja melepas headphone dari telinganya dan berniat duduk.

Mata Jimin menyusuri setiap lekuk wajah Jungkook dan beralih pada bagian tubuh yang lain, takut-takut anak itu terluka.

Jungkook yang merasa diperhatikan intens oleh Jimin-pun mendengus pasrah, Ia sudah tahu apa yang dipikirkan sahabatnya ini.

"Aissh aku tidak apa-apa, berhenti menatapku seperti itu. Aku juga tidak terlambat" ucap Jungkook dengan tangan yang sibuk mengeluarkan buku dari tas hitamnya kemudian mulai membaca.
jimin tak puas mendengarnya karena seperti apapun keadaannya, Jungkook akan tetap mengatakan; "aku tidak apa-apa," "aku baik-baik saja."
Selalu itu jawaban yang Jungkook berikan, sampai-sampai Jimin mengingat dengan jelas semuanya.

"Kau datang terlambat dari biasanya. Cepat beritahu aku ada apa!"

"Tak ada alasan apapun" Jungkook menjawab malas dengan mata masih terfokus pada buku tebal di depannya.

Haruman As DelusionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang