15.Promise

4.2K 468 41
                                    

"Jika kau terlalu lelah memperbaiki. Maka ikuti saja alurnya, tapi ingatlah. saat kau hanya mengikuti. Tak banyak yang bisa kau dapatkan"

Namjoon berdiri, memperhatikan intens salah satu siswanya.

Setelah mendengar penuturan Lisa yang memyebutkan apa yang Ia lihat, lantas membuat Namjoon berpikir tentang beberapa kemungkinan.

Sebagai psikolog, Ia bertemu banyak orang yang memiliki berbagai permasalahan, hingga hal yang tak mampu diatasi oleh logika mereka, dan Ia mengerti ada beberapa hal yang tampak salah dengan anak itu.

Maka untuk mengenal lebih baik lagi, Namjoon berjalan menghampiri Jungkook yang tengah duduk sendirian di tribune lapangan in door.

"Sepertinya kau sangat menyukai tempat ini?" Namjoon mulai membuka suara dan duduk di dekat Jungkook.

"Jika saem mengajak bermain, aku tidak ingin belajar dengan tubuh dipenuhi keringat lagi"

Namjoon tertawa singkat, mendengar penolakan tak langsung dari Jungkook.
Walaupun dirinya tak berniat melakukan hal itu.

"Waah sayang sekali kalau begitu" Namjoon berucap seakan kecewa.
"Tapi kenapa kau selalu suka tempat ini?" lanjutnya.

Ingin sekali Jungkook mengatakan apa yang Ia dapatkan dari Yoongi seperti mengatakan; apa itu masalah?

Tetapi tidak mungkin dan tentu tidak boleh dilakukan, Ia berbicara dengan seorang guru. Tidak layak jika bersikap tak sopan.

"Entahlah. Hanya saja keheningan membuatku memikirkan banyak hal saem" dan itulah jawaban dari Jungkook.

"Kau pasti hidup sendirian"

Mendengar itu membuat Jungkook menautkan alisnya.
"Kenapa begitu?" tanyanya.

"Yaaa karena hanya orang yang hidup sendirianlah yang akan menyukai kesunyian terus menerus, kemudian berpikir banyak hal. Hmm bukan meyukai, tetapi lebih kepada terbiasa."

"Waa bahkan saem berbicara seperti seorang psikolog" Jungkook berdecak kagum.

Namjoon tersenyum menaggapi perkataan Jungkook, dan didalam hatinya ingin menjawab bahwa Jungkook mengatakan hal yang tepat.
"Benarkah?"

Dan Jungkook mengangguk.

"Baiklah karena kau menganggapnya begitu, maka dengarkan kata-kata ku. Jangan terlalu memikirkan hal yang menyulitkan secara bersamaan, tapi secara perlahan" Namjoon tersenyum memperlihatkan 'lesung' di pipinya.

"Dan satu lagi, aku masih terlalu muda untuk dipanghil 'saem.' itu hanya berlaku di kelas, dan untuk di luar kau bisa memanggilku hyung, karena itu akan lebih cocok untukku" ucap Namjoon menyudahi ucapannya.

"Apakah harus begitu?" Jungkook merasa canggung untuk hal satu ini.

"Tentu saja. Dan aku akan datang ke rumahmu dilain waktu" ucap Namjoon

"Apakah agar aku memanggil saem, dengan hyung?"

Lagi-lagi Namjoon tertawa. kenapa Ia baru mengetahui, bahwa Jungkook itu anak yang polos.

"Tentu saja tidak. kau tahu? Guru itu untuk dihargai bukan untuk ditakuti, Terkadang mereka yang berkata sopan hanya takut pada gurunya dan akan berujung berani bersikap kurang ajar. Lain halnya dengan menghargai. mereka akan bersikap sopan, karena mereka memang bukan seorang penakut. Itulah mengapa aku ingin mengenal lebih akrab semua siswaku"

Haruman As DelusionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang