untuk nona tapir

65 7 0
                                    

Masih terekam jelas di memori otakku tentang hari itu. "Terimakasih" katamu tersipu malu. Tidak lupa senyum pengundang semut kamu sunggingkan. Semburat merah berpadu dengan peluh menghiasi wajahmu,indah sekali.

Dalam hati aku bertanya-tanya mahluk apakah kamu ini. Apakah kamu titisan Arjuna?ataukah kamu sebenarnya malaikat nirwana yang turun ke bumi?. Tidak,tidak!!. Mungkin Tuhan menciptakan kamu ketika hati-Nya sedang sangat bahagia. Tidak diragukan lagi.

Kamu melangkahkan kakimu menjauh. Meninggalkan aku yang masih terpaku di tempatku. Ketahuilah bahwa saat itu aku takut hatiku akan ikut melompat keluar bersamaan dengan serentetan kata yang hendak kusuarakan, tapi urung kulakukan.

Lalu perlahan kamu berlari-lari kecil menuju lapangan futsal. Menghampiri teman-temanmu dengan senyum yang sampai ke telinga. Madu!.

Seruan peluit wasit mengembalikan kesadaranku sekaligus fungsi otot-otot tubuhku. Aku menggerakan sepasang kakiku menuju ke bangku penonton.

Mataku menangkapmu yang berlari ke pojokan lapangan mengambil sebotol air mineral yang 47 menit lalu berada dalam genggamanku. Kamu menggenggamnya sebelum meneguk air di dalamnya.

Omo!!. Bolehkah aku berasumsi bahwa secara tidak langsung kamu telah menggenggam tanganku? melalui sebotol air mineral kita telah berbagi genggaman? bisakah?.

Kamu mengarahkan pandanganmu ke diriku lagi dan tersenyum sebelum kamu melenggang ke tengah lapangan dan bersiap bertanding bersama kawan-kawanmu.

Ya ampun kamu sangat keterlaluan telah membuat jantungku berdetak tidak normal selama belasan menit. Saat itu aku yakin bahwa suara detak jantungku lebih nyaring dibandingkan sorak sorai penonton.

Tuan, kamu ulat madhep ati karep dalam diriku.

p.s. ulat madhep ati karep = keinginan lahir dan batin yang menggebu

Prosa Kamar MandiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang