Koridor sekolah yang biasanya berisik kini harus hening dan tegang akibat ulah dua Primadona sekolah. Sama - sama cantik, tetapi yang satu sederhana dan simple, sedangkan yang satunya lagi berdandan glamor dengan polesan make up yang tidak biasa untuk digunakan ke sekolah.
"Lo ada hubungan apa sama Arkan, Nay?" tanya Nara dengan tenang.
Lawan bicaranya menyunggingkan senyum licik, melihat kepolosan dan kenaifan Nara. Sebenarnya sejak tadi Nara hanya bertanya secata baik - baik. Tapi Nayla nya aja nih yang buat kehebohan dengan volume suara yang keras ditambah gerakan. Entah itu menunjuk Nara tepat di depan wajah, bahkan mendorong bahu Nara. Itu membuat yang lain penasaran, akhirnya malah gini deh.
"Kita deket, kenapa?" jawab Nayla ketus dan nada bicara yang angkuh.
Nara menggigit bibir bawahnya, "gue minta tolong, lo jauhin Arkan ya, Nay?"
Nayla menatap Nara tidak percaya, tangannya terulur memegang dagu Nara dengan kuat.
"Lo siapa larang-larang gue? Hah?"
Nara menepis tangan Nayla dari dagunya dengan kasar, membuat Nayla berdecih remeh.
"Denger ya Naraaa, seharusnya lo yang jaga Arkan, bukan nyalahin gue! Kalau Arkan memang sayang sama lo, kenapa dia mau nemuin gue?"
Nara menggigit bibirnya, mencoba tidak terlihat rapuh oleh kata-kata Nayla yang terngiang di otaknya. Dia meremas roknya dengan kuat, mencoba tidak terpengaruh oleh orang licik yang di depannya ini.
"T-tapi-"
"Ini bukan tontonan, gausa norak."
sontak, seluruh pasang mata teralih ke si pemilik suara yang menyela begitu saja. Semua menatap Arkan bengong sambil sesekali berbisik ke temannya.
"Eh, kunyuk, pada ngerti bahasa Indonesia Kagak? Bubar woi bubar," ucap Kevan ikut menginterupsi.
"Kevan? Emang sekarang bulan puasa ya?" semua menatap Vano dengan tatapan bertanya akibat pertanyaannya yang keluar dari topik.
"Is! Kudet kalian semua, bubar itu buka bareng tau', masa gatau sih?" Vano nyengir sambil menunjuk Kevan, "ciee, kudet yaa?"
Arkan berdecak kesal.
"Aish! No! Bego'nya liat situasi dong, kan babang Arkan gue jadi marah tuh," ucap Kevan kesal.
Jangan marah-marah, mari ramah-ramahh. Sempak coklat...
Dipon yang selalu membawa gitar, refleks memainkan gitarnya dengan lagu sebuah iklan. Awalnya hanya Dipon sendiri yang bernyanyi di awalan lagu, namun Kevan dan Vano malah ikut bernyanyi dengan riuh.
"Ck! Bisa diam?!" kini Arkan yang turun suara, membuat suara jangkrik kembali terdengar.
Tatapan Arkan kembali ke kedua orang yang sama-sama mampu mengukir tawa di bibirnya. Arkan menatap Nara dan Nayla dengan tajam secara bergantian. Nara tertunduk, menatap kosong lantai koridor yang di pijaknya. Sedangkan Nayla memutar matanya malas, tangannya terlipat di dada.
"Masalah apa?" tanya Arkan dingin.
"Ini nih, aku di suruh jauhin kamu katanya," jawab Nayla santai sambil memandang Nara sinis.
Arkan beralih menatap Nara.
"Kenapa, Ra? Kamu bisa cerita kan?" Arkan menatap Nara lembut.
"Kamu masih sayang sama dia?" Arkan tidak kunjung menjawab
KAMU SEDANG MEMBACA
Surrender
Teen FictionCover by Lalinaaa_ Awalnya mudah saja bagi Arkan dan Nara untuk tetap saling percaya dengan komitmen yang mereka genggam. Tetapi bagaimana jika salah satu dari mereka memilih melepaskan?